Part 5

1376 Words
Part 5 Aku sudah terjatuh, dan aku tidak akan melepasnya begitu saja. **** "Tinggalkan anak saya." Perkataan itu membuat senyuman tipis di wajah Ardi Wijaya. Ardi sudah menduga apa yang akan di bicarakan oleh pria di depannya. Ardi juga akan melakukan hal yang sama jika itu mengenai putrinya nanti. Ardi tahu betapa sulitnya menjaga anak perempuan. Karena itu sudah terlihat di depan matanya. "Saya tidak akan meninggalkan sesuatu yang sudah membuat saya gagal fokus." Ardi mengatakan sejujurnya pada pria di depannya kini. Mungkin dengan berbicara dengan pemilik anak perempuan yang menarik perhatiaannya akan sedikit mudah. "Ucapan kamu persis seperti papa kamu katakan pada wanita yang menarik perhatiannya untuk pertama kali. Saya pikir dulu wajar saja, tapi melihat kamu tertarik dengan anak saya membuat saya takut. Apakah kamu bisa menjaganya dengan baik? Karena kami hampir gagal menjaganya. Apa kamu bisa?" Pertanyaan itu menuntun tapi dengan lugas di jawab oleh Ardi. "Saya tidak berjanji tidak akan menyakitinya. Tapi selama dia bersama saya, saya akan menjaganya seperti nyawa saya sendiri." "Sama seperti papa kamu. Apakah kamu tidak sadar bahaya apa yang akan kalian terima nantinya?" Arsen cukup tahu siapa Wijaya. Karena mereka bersahabat baik sejak Arsen duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dan merekalah yang selalu membantu Arsen mendapatkan istrinya kembali setelah badai menimpa kehidupan mereka dulu. "Sangat sadar. Dan saya akan menjaga apa yang saya miliki." "Kamu percaya diri sekali anak muda. Saya bukan orang tua ibumu yang mudah melepaskan anaknya pada lelaki seperti kamu." "Lakukanlah tugas anda. Karena saya akan lakukan tugas saya untuk membuktikan kalau saya pantas untuk anak anda." Ardi melihat jam di pergelangan tangannya. Apple watch ditangannya memperingati jika waktu makan malam akan di mulai. Terlihat dari pesan masuk yang tertera di sana. "Sepertinya kamu sangat konsisten terhadap suatu hal. Terlihat jelas bagaimana nama kamu berpengaruh di dunia bisnis. Tapi kamu tahu anak muda? Saya tidak akan melepaskan mata saya dari kamu." Arsen meninggalkan Ardi yang terdiam di tempatnya. Bukannya terancam, tapi pria itu malah tersenyum. "Jangan lepaskan. Karena saya takut khilaf jika berdekatan dengan anak anda." Langkah kaki Arsen terhenti. "Menyentuhnya seujung kuku mati kamu di tangan saya." "Saya yakin anda bukan orang tua kolot pada umumnya. Karena saya tahu bagaimana sepak terjang seorang lelaki pada umumnya." Pancing Ardi. "Kamu berhasil memancing amarahku anak muda. Kita lihat saja apakah anak saya mudah jatuh dalam pesonamu?" Tantang Arsen. "Lihat saja nanti, jika dia terjebak dalam pesonaku. Saat itu juga saya tidak akan pernah melepaskannya. Bukannya anda tahu bagaimana sepak terjang papa saya bukan?" "Sial Aruan! Kenapa dia melahirkan anak yang sama persis sepertinya. Intinya saya akan mengawasi kalian!" Aruan Wijaya dan Aquena Wijaya adalah pasangan paling sempurna dimuka bumi ini. Melahirkan dua orang anak berbeda jenis kelamin membuat kedua pasangan itu terlihat semakin sempurna. Di tambah dengan sikap dewasa keduanya membuat mereka jarang di terpa isu miring. Berbeda dengan Atmadja. Kehidupan mereka penuh dengan drama. Yang Ardi tahu, semua ulah dari musuh-musuh mereka. Dan Ardi sudah di latih akan itu semua dan ia tidak akan membiarkan satu orang pun melukai Aurellia Atmadja. Sosok yang sialnya berdiri dengan pakaian tidur tipisnya. Membuat pikiran buruk menjalar di otaknya. "Kak di suruh gabung sama Papa." Panggilan lembut itu membuat jiwa gila Ardi menguar. Jika saja dia tidak mempertahankan diri, bisa saja gadis lima tahun di bawahnya habis olehnya. Sabar Ardi, kamu harus cari tahu masa lalu perempuan di depanmu. Lepas itu kamu akan tahu, langkah selanjutnya. "Hemm..." "Kaya ngomong sama tembok. Kalau gitu gak usah aku panggil." Masih terdengar jelas lirihan suara gadis di depannya. Bagaimana bisa lelaki b******k itu melukai dua wanita yang sangat ia jaga. Ardi jadi tidak sabar permainan apa yang akan pria itu lakukan jika tahu gadis di depannya menjadi miliknya. Ardi kembali fokus mengikuti langkah kecil gadis di depannya. Baru saja mereka memasuki lantai rumah, gadis cantik itu tersandung oleh kakinya sendiri. "Lain kali hati-hati. Karena aku tidak akan diam jika kamu terluka, peri kecil." Wangi vanilla tercium jelas di hidung Ardi. Namun ia masih bertahan untuk tidak membuat Aurellia menjauh, hanya karena nafsunya yang tiba-tiba menguar. Entah kenapa bersama Aurelia semua seakan melanggar tugasnya. Tubuhnya serta semua yang dia miliki seakan jatuh dengan pesona Aurelia. Sial! "Jangan sok kenal! Terima kasih sebelumnya." Aurellia berlari lebih dulu membuat Ardi kembali tersenyum. "Tidak sabar." smirk di wajah Ardi tentu saja terekam jelas di mata Aufar saat ini. "Sialan! Kalau gak ada acara makan malam, habis lu sama gue." Aufar muncul entah darimana. Saat melihat wajah m***m sahabatnya. Sejujurnya Aufar khawatir adiknya di serang oleh Ardi. Makanya dia mengikuti Aurelia, dan melihat adegan yang tidak ia inginkan. Menyebalkan bukan? Kalau lelaki itu bukan sahabatnya habis dia di tangan Aufar malam ini. Tapi, karena Ardi sahabatnya dan ia tahu Ardi tidak akan ingkar janji. Makanya dia menahan diri untuk tidak membuat Ardi menjadi perkedel. "Terusik heh? Pikirkan saja wanita yang jadi incaranmu Pak Aufar Atmadja." Ardi tidak peduli umpatan sahabatnya. Yang sekarang ia pedulikan adalah Aurellia yang duduk di sisi Arsen Atmadja. 'Sudah di mulai heh?' Batin Ardi. Ardi sengaja mendudukan dirinya di samping Aurellia. Membuat Aufar dan yang lain menatap lelaki itu dengan seksama. "Habisin makanannya ya, jangan ada yang tersisa. Untuk puding coklat jangan di sentuh ya. Itu buat putri Tante. Dia gak suka makan malam jadi Tante selalu buatkan puding untuknya." "Kok Aurel gak gendut Tante? Padahal kalau Aurel berisi sedikit pasti sexy." Uhukkkk.... Dua manusia berjenis kelamin sama dan usia terpaut jauh tersedak minuman mereka. Siapa lagi jika bukan Arsen dan Ardi. Mereka saling mengisyaratkan peperangan namun kembali ke posisi mereka saat Aurellia menatap penuh heran. "Kompak sekali mertua dan menantu ya. Tidak heran Aufar punya adik ipar kaya Ardi." Rich memang manusia hebat dalam hal merusak suasana. Lihat saja lelaki itu sudah memulaikan aksinya. "Hah? Dia? Lia tidak tertarik dengan pria semacam Ardi Wijaya! Dengar ya Kak Rich yang katanya mau nikah. Tidak ada laki-laki yang Lia sayangi selain Papa, Ayah, Kakak dan Bang Cakra! Jadi selebihnya adal--" "Adik manis yang imut cantik dan sexy dengarkan Kak Rich bicara! Tidak ada wanita yang menolak pesona Ardi Wijaya. Dan kamu belum tertarik sama dia. Udah makan sana, biar tambah sexy!" Ledek Rich. "Cukup Rich. Atau gue sobek mulut lu." Ardi lagi-lagi terpancing. Sialnya kenapa mudah sekali bocah ini mempengaruhinya. Kalau adiknya sampai tahu kelakuan dia sekarang, pasti adiknya akan kembali ke sini. Dan ikut andil menjadikan dia bahan olokkan. "Sudah-sudah. Lanjutkan makan kalian kasian makanannya di anggurin." Aila tahu Ardi menyukai anaknya, terlihat jelas ketika Aufar memarahi Lia tanpa sengaja. Di sana Aila melihat Ardi mencoba menahan dirinya untuk tidak terusik. Tapi semuanya gagal, saat melihat anak bungsunya hampir mencium lantai jika Ardi tak lari bak kesetanan. "Besok Papa dan Mama akan ada perjalanan bisnis selama tiga bulan. Karena tim papa menang tadi, jadi kamu jaga adik kamu." Arsen mengingatkan Aufar akan tugasnya. "Aufar tidak janji, karena Aufar sedang bersiap untuk pertem--" "Tenang saja Kak, aku bisa jaga diri." Ardi sudah menduga. Aurelia memang terlihat dewasa di umurnya yang masih terbilang muda. Mungkin mereka akan cocok? Jangan mimpi Ardi, ingat Cakra! "Jika seperti ini, dengan sangat terpaksa dan tidak rela. Saya meminta bantuan kamu Ardi. Jaga anak saya selama di kampus." "Tanpa Om suruh saya tahu apa tanggung jawab saya." "Mentang-mentant dosen belagu amat." Sindir Andri. "Setuju! Lagian juga kita-kita bisa jaga Aurel kali. Emang situ aja yang bisa heh." Memang dasarnya Rich menyebalkan jadi Ardi sudah malas meresponnya. "Setuju Rich, toh kita yang lebih dulu kenal sama Aurel pasti tahu lah ya." Pancing yang lain. "Lama bukan berarti mengerti bukan?" Tatapan menusuk Ardi kearah teman-temannya membuat Rich dan yang lain mendengus sebal. "Tidak usah berebut seperti itu, aku bisa jaga adikku Papa." Ardi mengenal suara itu. Suara orang yang ia pikirkan sejak tadi. Dan sialnya jika seperti ini akan sulit baginya pendekatan dengan Aurelia. Sial kau Cakra! "Bang Cakra, Lia kangen!" Hati Ardi memanas tatkala Lia berlari kepelukan Cakra dengan wajah Cakra yang menyindir dirinya. Sial! "Om panas banget deh. Apa AC mati ya?" Sindir Rich memperparah keadaan. "Sudah Rich. Lia kembali duduk dan biarkan Abang kamu makan." Bukan Ardi namanya jika dia tidak menguasai keadaan. Ia menghubungi seseorang yang akan membuat seorang Cakra mati kutu. Karena sejak malam ini, Aurellia Atmadja adalah miliknya. Tidak peduli masa lalu membuat mereka jadi menyebalkan, liat saja akan ia tunjukkan kekuatan Wijaya sesungguhnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD