Pagi ini Fathan dan Azra kembali bersekolah seperti mana biasanya.
Setelah mengantarkan Azra ke kelasnya, Fathan pun berjalan menuju kelasnya. Ia melihat anak-anak kelasnya tengah bergerombol membuat lingkaran di lantai membicarakan tentang pengumuman SNMPTN kemarin.
Terkecuali dengan Jessie yang nampak tidak tertarik dengan topik pembicaraan tersebut. Jessie terlihat menyendiri dengan duduk di kursinya sembari membaca buku komik.
"Selamat." ucap Fathan kepada Jessie. Sekarang ia sudah berada di depan meja Jessie.
Jessie mendongak ke atas dan melihat Fathan. Demi apapun, Jessie ingin sekali membalas apa yang dikatakan Fathan namun lagi-lagi gengsinya segera menepis semua itu. Ia harus bersikap menjauhi Fathan. Lagipula dirinya dan Fathan tidak dapat bersama bukan? Gawat, jika begini rencananya untuk menghindari Fathan bisa gagal. Tidak, Jessie tidak mau terlibat pendekatan dengan Fathan. Lebih baik ia segera pergi dari sana.
"Mau kemana?" tanya Fathan menghalangi jalan Jessie.
Hening.
"Je? Mau kemana?"
Masih hening. Jessie tidak selera berbicara dengan Fathan. Karena Fathan terus-terusan bertanya kepadanya akhirnya Jessie pergi dengan menabrak bahu Fathan agar anak itu menghindar.
Fathan cukup terkejut saat melihat apa yang dilakukan Jessie. Fathan benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi kepada Jessie. Namun jujur saja, setelah melewati banyaknya hari dan bulan dilalui hidupnya terasa hampa semenjak Jessie menjauhinya tanpa sebab.
Fathan yang tadinya ingin menyerah tiba-tiba segera bangkit kembali. Jika memang ia ada salah ia akan segera memperbaikinya dengan Jessie.
Ia merasa ada yang kurang saat Jessie menjauhinya maka dari itu Fathan ingin meminta Jessie untuk bersikap seperti dulu kembali.
"Gue harus kejar Jessie!"
***
Jessie berjalan menuju perpustakaan. Ia berharap dirinya menemukan ketenangan di sana. Namun belum sampai dirinya masuk Fathan langsung menghadangnya dari depan.
"Selamat Jessie, lo keterima di ITB jurusan MIPA sama kayak gue." ucap Fathan.
"..."
"Gue nggak nyangka kita bakal satu kampus nantinya di jurusan yang sama. Semoga kita satu kelas lagi, ya."
"..."
"Oh, ya, Je. Ada sesuatu yang mau gue omongin sama lo."
"..."
"Gue ada salah ya sama lo?" tanya Fathan to the point, "selama berbulan-bulan, lo selalu menghindari kontak mata dan lisan sama gue. Apa salah gue sama lo, Je? Kalau memang gua ada salah tolong katakan gue salah apa?"
"Lo nggak ada salah, Than. Gue yang egois." Jessie membatin.
"Je?"
"..."
"Jujur, selama ini gue ngerasa sepi saat lo menjauhi gue. Lo orang kedua setelah Azra yang bisa bikin gue nyaman dengan siklus pertemanan ini. Asal lo tahu Je, gue sebenarnya nggak bisa banyak omong kayak gini,"
"..."
"Gue lebih suka irit bicara daripada banyak bicara karena menurut gue ini sangat melelahkan. Tapi karena lo orang yang bisa buat gue nyaman, gue bisa banyak bicara sama lo. Gue bisa jadi diri gue sendiri di hadapan lo. Karena lo tahu apa? Lo orang spesial di hidup gue." jujur Fathan. Ia mengungkapkan semua perasaannya.
"..."
"Gue cuma pengin kita berteman baik lagi kayak dulu, Je. Udah itu doang."
"Percuma Than, kalau lo nyimpan perasaan ke Azra. Itu malah buat gue semakin sakit." kata Jessie akhirnya berbicara.
Kedua alis Fathan langsung bertautan. Bingung dan tidak mengerti dengan apa yang Jessie katakan.
"Maksudnya?"
"Lo punya perasaan sama Azra kan?"
"Azra? Nggak. Dia sahabat gue, Je."
"Tapi kalian bisa sedekat itu, Than. Gue melihat kalian sangat dekat. Dan gue rasa lo sama Azra adalah pasangan yang cocok."
"Hah?" Fathan terkekeh mendengarnya, "nggak, Je. Lo salah paham. Dekat bukan berarti suka, jauh bukan berarti benci. Kita cuma teman, Je."
"Jadi gue salah paham?" Jessie membeo.
"Maybe, lo cemburu sama Azra?"
"Eh? Enggak."
Fathan mengacak-acak rambut Jessie gemas, "Ngapain cemburu sama anak itu. Azra juga lagi dekat kok sama Hans.
"Kalau lo dekatnya sama siapa?"
"Sama lo. Tapi lo-nya menghindar dari gue. Makanya gue minta sama lo buat tetap stay," Fathan tersenyum kepada Jessie, "gue tahu apa yang lo rasain. Tentang perbedaan keyakinan kita bukan? Untuk itu jangan lo pikirin Je, meski kita beda kita tetap bisa berteman bahkan bersatu."
"Semoga..." Jessie membatin dalam hatinya, "tapi sepertinya nggak mungkin."
"Jadi, hari ini kita temenan lagi ya kuak dulu. Nggak musuhan lagi kan?" canda Fathan.
"I-Iya." kata Jessie akhirnya.
Ya, sekeras apapun Jessie menolak dan menghindari Fathan. Ia tetap akan jatuh hati dan luluh kembali dengan Fathan. Sifatnya, perilakunya, kelakuannya, semuanya Jessie suka karena mirip dengan kepribadian yang ia miliki.
Terlebih lagi Fathan cuek kepada para cewek terkecuali dirinya dan Azra. Jessie harus bisa memaklumi jika Fathan memiliki sahabat. Ia tak boleh egois sepenuhnya meminta Fathan untuk bersikap ramah hanya pada dirinya.
"Baca buku yuk di perpustakaan. Sebelum bel masuk bunyi." kata Jessie mengajak Fathan untuk membaca buku sebelum masuk ke kelas.
"Ayo." jawab Fathan menyetujuinya.
Mereka berdua pun memasuki perpustakaan. Sebelum itu mereka diharapkan untuk membuka kedua sepatu mereka karena memang ketentuan memasuki perpus di sekolah Fathan seperti itu.
Lalu, Fathan dan Jessie mencari buku yang akan mereka baca. Mereka sempat memperebutkan sebuah buku novel yang baru saja rilis akhir bulan kemarin. Namun setelahnya mereka malah tidak jadi membacanya dan malah tertawa-tawa.
"Wah, novel terbaru yang baru aja rilis akhir bulan kemarin." ujar Jessie dengan mata berbinar. Tangannya bergerak untuk mengambil novel tersebut namun ia kalah cepat dengan Fathan yang saat itu juga langsung merebut buku novel tersebut.
"Eh? Balikin!" kata Jessie tak terima.
"Males."
"Fathan, balikin! Gue dulu yang nemu itu buku!"
"Lo yang nemu tapi gue duluan yang ngambil. Jadi gue yang baca duluan."
"Aih, mana bisa gitu lah!"
"Bisa lah."
"Fathan balikin bukunya!" Jessie berseru.
"Nggak mau."
Karena merasa geram dengan apa yang dilakukan Fathan. Jessie iseng mencubit lengan Fathan yang membuat Fathan refleks berteriak membuat seluruh orang yang ada di perpustakaan itu bingung dan melihat ke arahnya dan ke arah Jessie.
"Kalau mau pacaran di luar ya Kak, hargai kami para jomblo yang sedang mencari bahan halu di perpustakaan." sindir salah satu murid kelas 10.
"Iya, Kak. Kami tahu kok kalau Kakak udah pacaran. Tapi pacaran kan ada tempat dan waktunya, Kak. Nggak baik pacaran di dekat jomblo. Kakak berdua mau kena azab apa?"
"Tau tuh."
"Eh? Nggak. Kami berdua nggak pacaran. Kami hanya teman."
"Yah, kasihan udah dekat cuma dianggap teman. PHP tuh cowoknya, Kak."
"Nggak jelas." sinis Fathan ke adik kelas tersebut. Tangannya menarik tangan Jessie ke rak buku lain menjauhi adik kelasnya yang julid tersebut.
Ya, begitulah mereka. Akhirnya semesta kembali mempersatukan Fathan dan Jessie setelah lama tidak berkomunikasi.
***