Marisa mengabaikan panggilan El. Ia kembali menaruh ponsel dan membiarkan lelaki itu terus menghubunginya. Tapi rupanya El memiliki sifat keras kepala, ia terus menghubungi Marissa hingga puluhan kali. Akhirnya Marisa pun menerima panggilan itu, karena merasa risih ponselnya terus berdering. "Ada apa?" Tanya Marisa tanpa basa-basi. "Keluar sebentar, aku ingin memberikan sesuatu padamu." Ucap El. "Aku mau istirahat." Balas Marisa. "Aku tau kamu ada di studio butik, cepat keluar atau aku masuk secara paksa." "Apa? Sebenarnya apa maumu?!" Tanya Marisa kesal. "Kita tidak ada kepentingan lagi, untuk apa kamu terus menggangguku?!" Seharusnya hubungan mereka hanya sebatas korban dan pelaku, tapi El berubah menjadi seperti tukang teror. Muncul dimanapun dan kapanpun. "Aku tunggu." Ucap

