Aku ingin menangis. Ditatap tajam oleh Mas Bima membuatku merasa seperti benar-benar melakukan kesalahan besar. Kalau saja statusnya aku nggak menikah dan kami bukan ipar, rasa maluku pasti nggak sebesar ini. Apa dia akan mengubah pandangan terhadapku? Mencap sebagai perempuan penggoda, karena Mas Danu punya niat ingin menciumku? Apa Mbak Asha nggak ingin menemuiku lagi karena perbuatan kami di ruang tamu hampir bisa disebut sebagai tercela? Aku ... benar-benar panik. "Pergi dari rumahku, Nu! Jangan berbuat dosa di sini." Mas Bima melontarkan kalimat itu dengan wajah datar tanpa ekspresi, sementara Mbak Asha di sebelahnya menatap penuh tanya. Dia melewatkan sebuah insiden. Andai dia turut menyaksikan, mungkin dia akan sama marahnya seperti Mas Bima. "Kupikir level bajinganmu tahu kondisi