2

3071 Words
Tujuh tahun kemudian. Shakka mendengus kesal pada gadis cantik yang dari kepala sampai ujung kaki dihiasi warna merah. Warna kesukaan Shakka. Jangan terlalu kaget jika tidak butuh waktu lama bagi Shakka untuk menemukannya. Dia Wyne-nya Shakka, ingat, ‘kan? Wyne tampil cantik untuk cowok tak ada otak? Tampil sempurna kemudian memasang senyum malu-malu pada orang lain tapi selalu seperti macan kelaparan kalau berhadapan dengan Shakka. Ia tentu masih ingat kapan terakhir kali melihat wajah cantik yang enggan untuk membalas tatapannya itu. Beberapa bulan yang lalu ketika SW (Shakka’s Wifey), sebuah geng konyol yang entah kenapa Wyne bergabung dengan mereka, setor muka di hari sidangnya. Kenapa cewek cantik selalu seenaknya dan menyusahkan kaum cowok saja? Lihat saja apa yang bisa Shakka lakukan. Sebelum memulai aksinya, Shakka terlebih dahulu mengirim file-file dari penyimpanan google drive yang ia dapatkan tadi pada Ilham. Ia tidak bisa membiarkan Ilham menunggu terlalu lama sama seperti dirinya yang tidak akan membiarkan Wyne menyelesaikan makan siangnya dengan cowok yang sama sekali bukan tandingan Shakka. Me: Pakai otak lo ya, Ham, salah-salah lo juga yang merana nantinya. Mengetikkan pesan menggunakan kedua tangannya dengan santai, kemudian ia menekan tombol kirim. Berbarengan dengan dirinya yang duduk di sebelah Wyne kemudian mengecup pipi kanan cewek cantiknya dan bergumam pendek. “Cowok baru?” begitu tanya-nya. Butuh waktu satu minggu bagi Wyne untuk mendekati Zico. Semalam suntuk ia habiskan untuk menyembunyikan postingan-postingan yang di dalamnya ada wajah Icin setelah tanpa pikir panjang mem-follow akun Ziko dan mengiriminya pesan-pesan murahan betapa ia sudah menyukai pria itu sejak lama. Bahkan Wyne sudah tidak lagi mem-follow akun instagram Icin saking ia niat sekali untuk memberikan pelajaran pada cowok laknat ini. Mari Wyne jelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Icin atau yang pegawai kependudukan kenal dengan nama Cintya Zahrah adalah salah satu teman baiknya. Sama-sama anak SW. Wyne dan dua belas orang SW lainnya baru mengetahui bahwa ternyata ada yang ingin macam-macam dengan Icin. Dan yang paling membuat Wyne muak adalah bagaimana Ziko mengasari teman baiknya, meludahi wajahnya dan bahkan katanya di masa lalu Ziko pernah menjebak Icin dan Dimas. Oke, cerita ini menjadi terlalu lebar ternyata. Baiklah Wyne akan menambahkan keterangan agar siapapun yang sedang membaca bisa mengerti dengan cepat. Dimas adalah adik tiri Ziko yang berpacaran dengan Icin. Dulunya, maksudnya sekarang mereka sudah tidak pacaran lagi. Si Brengsek itu, maksudnya Ziko, pernah menyodorkan minuman yang sudah dicampur sildenafil pada Icin dan Dimas. Tidak pernah dengar istilah itu? Mungkin kamu sering mendengar obat perangsang. Setelah Adik tiri dan pacarnya setengah telanjang, Ziko kemudian berubah dari manusia jahannam menjadi malaikan baik hati. Melaporkan pada orang tuanya tentang apa yang sedang Adiknya lakukan. Lalu cowok tak berakhlak bernama Shakkampret ini tiba-tiba datang mengacaukan rencananya. Tidak, tidak hanya mengacaukan, kecupan barusan benar-benar sudah menggagalkan semuanya. Apa Shakkampret tidak tau bahwa diantara dua belas orang temannya hanya dia sendiri yang memiliki nyali untuk langsung turun tangan membalas perlakuan kurang ajar Ziko pada Icin? Waah.. cari mati namanya ini. “Dia siapa?” tanya Ziko sama sekali tidak senang. Cewek yang selama seminggu ini selalu mengirimkan foto-foto seksinya, mengaku single dan setelah bertemu langsung ternyata memang memiliki lekuk tubuh indah dan menggiurkan tiba-tiba dikecup di depan mata kepalanya sendiri. Apa cewek ini pikir ia bisa mempermainkan Ziko? Mengepalkan kedua tangannya, Wyne sama sekali tidak ingin semuanya berakhir bahkan sebelum ia memulai. Ia harus memutar otaknya agar keadaan segera menguntungkannya. “Pacarnya, lo siapa?” Shakka beruntung karena Wyne butuh waktu lama untuk berpikir. Di saat terpojok seperti sekarang Wyne justru terlihat paling menggemaskan bagi Shakka. “Jangan percaya, Bang, dia dari dulu memang ngarep banget biar bisa sama Wyne,” akhirnya Wyne mendapatkan cara untuk mendapatkan kepercayaan Ziko lagi, ia bahkan memanggil diri sendiri dengan namanya agar semakin terkesan imut. Berdiri tiba-tiba, ia mendekati Ziko dan duduk di samping pria itu ketika Shakkampret sibuk dengan ponselnya. “Jelas-jelas barusan dia bilang lo pacarnya, lo jangan main-main sama gue!” ucap Ziko menatap tajam pada gadis yang sudah berhasil menarik perhatiannya ini. Namun kemudian bola matanya bergerak liar karena pria itu merasakan dada Wyne pada lengannya. Gadis ini terlalu menyenangkan untuk dilewatkan. Bahkan di pertemuan pertama saja, Ziko sudah merasakan kelembutan dadanya. Sial! Si Seksi ini benar-benar harus membuktikan bahwa dirinya tidak ada hubungan apa-apa dengan cowok di depan mereka. “Wyne ga bohong!” ucap Wyne pura-pura panik, takut jika Ziko tidak mempercayainya. Gadis licik ini bahkan sudah mengaitkan lengannya pada tangan Ziko sejak beberapa saat yang lalu, juga menatapnya dengan tatapan yang tidak akan bisa pria itu tolak. Wyne ini penulis yang karyanya selalu mejeng di rak best seller Animedia dengan rate 18+. Ia bisa memainkan segala peran mulai dari cewek polos, cewek genit tapi masih harus jaga image sampai ke cewek yang sedang ia perankan saat ini. Cewek gampangan kalo bahasa June mah. “Dia suka Wyne tapi Wyne sukanya Abang, gimana supaya Abang percaya Wyne?” tanya gadis pemeran utama kita lagi. Wyne memang tidak pernah menjadi pemeran utama dalam hidupnya tapi dalam tiap skenario yang ia buat, dimana ada dirinya di dalamnya, dirinyalah pemeran utamanya. Di saat wanita dewasa dan pria dewasa di depannya saling tatap-tatapan, apa sebenarnya yang tengah Shakka lakukan dengan ponselnya? Shakka melupakan sesuatu, ia belum mengecek akun instagram cewek itu sejak beberapa minggu belakangan. Mengecek apapun tentang Wyne sudah seperti rutinitas baginya. Ia tidak pernah sepenasaran ini pada seorang perempuan yang bergabung dengan cewek-cewek bodoh yang menggilai dirinya, oke tolong keluarkan Icin dari daftar cewek-cewek bodoh itu karena mulai beberapa waktu ini ia sudah berteman dengan Icin, melihat apa saja yang Wyne Amelia lakukan. Apa saja yang membuat Wyne Amelia tertarik. Dan ternyata, alih-alih menemukan apa yang membuat Wyne Amelia tertarik, Shakka justru menemukan kenapa pria bodoh di depannya ini tertarik pada Wyne. Darahnya mendidih melihat puluhan foto yang si cewek gila kirimkan pada Ziko. Pahanya, dadanya, semua bisa Shakka lihat dengan sangat jelas. Ia terlalu larut dalam emosi sehingga tidak meladeni ucapan Wyne. “Lupain cewek murahan ini, dia cuma mau harta lo,” ucap Shakka yang sudah terlanjur sakit hati pada Wyne sehingga kata yang keluar dari mulutnya adalah kata murahan. Ziko tercenung. Cowok yang mengakui cewek cantik ini pacarnya tiba-tiba saja menyebutnya murahan. Memangnya ada pacar yang seperti itu? “Bisa lo tinggalin kami?” tanya Ziko. Dan soal motif Wyne yang pria ini tuduhkan, Ziko tidak akan percaya dengan mudahnya. Apalagi pada orang yang baru pertama kali dilihatnya. Sedang di samping Ziko, Wyne menatap datar pada Shakka yang mengatainya murahan, cowok laknat itu belum tau saja Wyne bisa menjadi semurahan apa. “Dia tau kalo bokap lo memonopoli transportasi darat se-Indonesia, see? Dia udah nyelidikin lo terlebih dahulu sebelum ngirimin foto-foto nyaris bugilnya,” ucap Shakka tapi matanya tidak lepas dari Wyne yang menatap benci padanya. Tatapan yang membuat Shakka terus ingin membuat Wyne melihatnya demikian. Ia muak dengan tatapan memuja semua orang dan Wyne memberikan apa yang ia inginkan. “Jangan percaya, Bang, dia pasti pengen juga dikirimi foto-foto cantik-nya Wyne, dia iri sama Abang.” Meski memang tidak sepintar, secerdas dan selicik Shakka, Wyne tau apa yang kira-kira memicu tatapan itu muncul di wajah Shakka. Jangan remehka Wyne, ia menghabiskan masa-masa SMAnya untuk menyelidiki pria itu. Yang membuat Ziko menghempaskan tangan Wyne adakah karena kedua orang ini terus saja saling sindir, menyebutkan keburukan masing-masing mulai dari yang paling baru sampai pada masa-masa SMA. Mengetahui keduanya sudah sangat tau tabiat masing-masing, Ziko menjadi malas. Ia suka cewek seksi apalagi yang terang-terangan menggodanya tapi kalau urusannya dengan pacar orang, ia mundur. Ziko tak ingin seperti ayahnya. “Jangan hubungi gue lagi, lo bukan tipe gue,” ucap Ziko menatap Wyne untuk terakhir kalinya. Padahal sayang sekali, bibirnya belum pernah Ziko dapatkan. Sial! Shakka yang senang karena merasa telah menang langsung meletakkan kedua tangannya di atas meja, satunya menyangga pipi kanannya kemudian tersenyum sehingga kedua lesung pipinya terlihat jelas, “Jadi, sayang, kenapa kita tidak selesaikan saja makan siangnya? Kasihan kamu sudah seksi begitu tapi ditinggal kencan,” katanya menatap Wyne remeh. “Mati saja lo manusia terkutuk!” ucap Wyne geram, ia menyambar tasnya kemudian menyiramkan minum Ziko tadi pada Shakka. Ketika sampai di ambang pintu Wyne lagi-lagi bertemu dengan orang suruhan Shakka. Rasanya bukan hal aneh jika Shakka selalu membawa bodyguard-nya kemana-mana. Wyne bahkan merasa sudah akrab dengan wajah yang satu ini. “Maaf, Nona,” ucap pria itu tersenyum, tidak tau saja senyumnya sama sekali tidak bagus. “Tuan Shakka ingin Nona makan siang dengannya. Nona tidak bisa kemana-mana sebelum makan siang dengan Tuan.” Wyne memangku kedua tangannya, pengunjung lain bisa keluar restoran ini. Yang ingin masuk pun mereka beri jalan, tapi tentu tidak dengan dirinya. Otak Gara memang bekerja dengan cara yang sama persis dengan otak tuannya. “Maaf mengganggu kenyamanannya, Nona,” ucap pria itu pada sekelompok wanita yang berniat keluar dari restoran. Sementara di belakang sana, Shakka yang merasa tubuh bagian atasnya lengket karena jus mangga yang Wyne siramkan padanya sedang bersenandung, menunggu Wyne menyerah dan duduk kembali di depannya. Tenang saja, bukan hal yang susah bagi Shakka untuk mendapatkan apa yang ia inginkan sekalipun itu dari Wyne Amelia, manusia yang paling tidak menyukainya. Shakka sedang ditunggui pelayan. Karena Wyne terlalu lama, ia memutuskan untuk memesan saja toh ia tau apa yang cewek itu sukai dan yang tidak. Salah satu yang Shakka tau pasti adalah Wyne tidak menyukainya. Ketika ia sedang melihat-lihat menu, ponsel Tuan muda itu bergetar. “...” Shakka tidak mengucapkan salam ataupun kalimat sapaan karena yang saat ini bicara padanya adalah ajudannya sendiri yang sedang berduaan dengan Wyne. Kadang Shakka kesal sendiri mengingat Wyne selalu lebih lama bersama ajudannya itu. “Katakan pada Nonamu itu kalau aku bisa membuka bajuku kalau dia mau,” ucap Shakka kesal setelah mendengar alasan Wyne dari ajudannya. Wyne yang menyiramnya dengan cairan kuning ini dan sekarang ia beralasan jijik makan dengan Shakka karena ulahnya sendiri. Kembali terdiam karena sang ajudan sedang menyampaikan pesannya pada Wyne, tapi beberapa saat kemudian Shakka terpaksa menjauhkan posel dari telinganya karena Wyne berteriak. Teriakannya di ponsel dan teriakan aslinya sama-sama nyaring, membuat kuping Shakka sakit. Tak lama kemudian Wyne sudah duduk di depannya dengan muka paling tidak sedap di pandang. Muka yang paling Shakka sukai untuk ditunjukkan setiap gadis padanya. “Aku sudah pesankan,” ucapnya seolah beberapa menit lalu mereka tidak saling melempar makian. Aku-kamunya langsung dalam mode on. Wyne tentu tidak perlu menanggapi ucapan tidak penting manusia laknat di depannya ini. “Kenapa kamu ga mau aku buka baju? Tubuhku masih sebagus dulu kok,” ucapnya mengingatkan kejadian yang tentu keduanya tidak akan lupakan begitu saja. “Diam lo, Shakkampret! Pancing emosi gue lagi dan lo bener-bener bakal jadi Tuan yang satpamnya gue cium,” ucap Wyne dengan intonasi yang selalu ia peruntukkan pada Shakka. Hanya Shakka. Shakka terpaksa diam. Ciuman pertamanya dengan Wyne benar-benar tidak ada romantisnya sama sekali. Wyne Gila Amelia pernah sangat marah padanya dan memberikan ancaman tidak masuk akal, berupa Wyne yang akan mencium pria yang sedang berdiri di ambang pintu sana yang barusan bercengkrama seperti teman lama dengannya. Shakka tentu tidak akan percaya Wyne sanggup melakukan ancamannya hanya untuk membuatnya menjauhinya sampai ia melihat sendiri Wyne menarik tengkuk pria itu. Beruntung Shakka gesit dan menarik cewek gila itu ke arahnya. Dan boom, jadilah ciuman pertama mereka yang ingin, sangat ingin Shakka lupakan. Tidak berapa lama kemudian pelayan datang, membawakan makanan kesukaannya. Wyne tidak habis pikir. Sungguh. Dia yang menjadikan Shakka tokoh utama novelnya, bahkan sampai menyelidiki apa yang cowok ini suka dan tidak suka sampai hapal luar kepala, tapi kenapa semua ini berakhir dengan Shakka yang juga mengetahui apapun tentang dirinya? Shakka yang mengetahui apapun tentang dirinya tentu saja karena pria ini memilihnya. Tapi Wyne bersumpah ia tidak terlalu menonjolkan dirinya di antara anak-anak SW lainnya. Jadi apa yang membuat pria ini menempel seperti lintah padanya? “Silahkan dimakan, Nona..” ucap Shakka sambil tersenyum senang. Menirukan bagaimana cara ajudannya bicara. “DIAM!” Ponsel Wyne di atas meja berdering dan Shakka lebih dulu menyambar benda itu. Berniat menjawab panggilan yang masuk tapi ternyata bukan pria barusan. Tertulis ‘J U N E’ di layar ponsel Wyne. Calon Abang iparnya. “Abang telfon,” ucap Shakka mengembalikan ponsel itu pada si empunya. “Abang gue!” ucap Wyne ketus. “Abang kita.” “Amit-amit.” “Wyneeee…” sapa June dari seberang sana. June memang selalu seceria ini kalau dia sedang ada maunya. “Cepet, gue sibuk,” balas Wyne sambil terus mengawasi Shakka. “Semua makanan kita udah ga layak makan, expired semua. Lo nanti belanja ya?” “Oke. Jemuran jangan lupa.” “Oke, Dikku…” dan June langsung memutuskan sambungan telfonnya. “Abang bilang apa?” tanya Shakka begitu Wyne kembali pada piringnya. Abang Abang Abang, Wyne saja yang Adik kandung tidak pernah memanggil June sesopan itu. Pernah sih, tapi jarang. Jadi kalau Shakka pikir ia bisa mendapatkan perhatiannya melalui panggilan Abangnya untuk June, dia salah besar. Arjuna Madhava lebih seperti anaknya alih-alih Abang kok. “Abang kaget ga ya, kalau aku ngapel malam ini?” tanya Shakka lagi. Sebelum mendapatkan perhatian Wyne dia tidak akan berhenti. Kecuali kalau ia memiliki hal-hal mendesak saja. “Sekali lagi lo Abangin Abang gue, ini garpu nancep di leher lo!” ucap Wyne sadis. Terbukti ampuh, Shakka menghabiskan makannya dalam diam. Tapi ia tidak bisa lepas begitu saja dari pria ini semudah itu. Selesai makan, Shakka meminta tanggung jawab Wyne karena telah mengotori bajunya. Kalau tau begini Wyne tidak akan menyiram Shakka dengan jus mangganya Ziko. Lihat seberapa lama ia terjebak bersama Shakka jadinya. Wyne akui Shakka memang menggunakan otaknya dengan baik. Dia bahkan sampai membahas masa lalu, membuat Wyne tidak berkutik. Dia menuduh Wyne yang melanggar privasinya, bahkan menyebar luaskannya pada semua remaja di Indonesia. Ingat soal Shakka? Bukan pria laknat ini tapi novel pertama dan keduanya yang Wyne maksud. Karena telah menjual kisahnya tanpa izin, Shakka meminta sedikit ganti rugi dengan membelikannya sepasang pakaian. Katanya, kapan lagi dia menikmati royalti dari kisahnya sendiri? Bosan setengah mati, Wyne tidak henti-hentinya melirik pada jam tangannya. Pria ini seperti sengaja sekali mengelilingi satu mall hanya untuk menemukan sepasang pakaian yang paling mahal. Tidak malu apa ya, berkeliling dengan cairan kuning yang telah mengering dan memberikan kesan menjijikkan itu? “Ini toko terakhir.” Wyne bersumpah akan meninggalkan Shakka jika dia tidak memilih baju dari toko ini. Menyadari toko apa yang sedang mereka masuki, Wyne tau bahwa ia tidak akan bisa membelikan June banyak makanan enak bulan ini. Sial sekali, Shakka ingin merampoknya. “Ga ada buku baru gitu, Wyn? Bual aja sekuel Shakka, My CEO yang judulnya Sang Shakka,” ujar Shakka sambil melewati deretan baju-baju yang tidak terlalu menarik baginya. Yang paling menarik justru cewek yang dari tadi mengikutinya dari belakang. “Kiamat dong kalo judulnya Sangkakala..” cibir Wyne. Sang Shakka? Dia pikir dia sesempurna itu? Asal tau saja, waktu Wyne menulis Shakka, My CEO kemudian prekuelnya Shakka, dia hanya tidak punya contoh pria idaman waktu itu. Wyne Amelia menghabiskan masa awal remajanya dengan menggemari novel-novel dimana tokoh utama laki-lakinya adalah orang yang tampan, kaya, dingin dan sekalinya jatuh cinta menjadi begitu posesif. Tidak hanya menggemari novel-novel tersebut Wyne Amelia kemudian bertransformasi menjadi penulis novel favoritnya itu. Disinilah Shakka Orlando Padmaja, sang pangeran sekolah mendapatkan perannya. Bagi Wyne Shakka adalah orang yang paling tepat untuk menjadi visualisasi karakter utamanya. Shakka berasal dari keluarga kaya, dia tampan dan paling penting dia tampak anti dengan perempuan manapun. Keberuntungan kemudian membawa Wyne pada satu geng aneh yang bernama Shakka’s Wifey (SW). Geng yang keberadaannya hanya untuk memuja kesempurnaan Shakka. Namun di saat yang bersamaan Shakka justru ingin membubarkan geng tersebut karena membuatnya merasa seperti topeng monyet yang selalu dikerumuni. Wyne tidak peduli dengan ketidaksukaan Shakka atas geng barunya karena satu-satunya yang ia pedulikan adalah riset novel pertamanya. Demi riset, untuk pertama kalinya Wyne mencoba menjadi gadis-gadis bodoh di novel-novel koleksinya sendiri. Sekali lagi, semua ini demi maha karya yang akan disanjung oleh remaja se-Indonesia. “Tulis aja gini: Shakka cerai sama Bella gara-gara Bella selingkuh, Shakka juga akhirnya tau kalau anak mereka sebenarnya bukan anak mereka. Terus sekarang Shakka lagi ngejar-ngejar penulis kesayangannya Animedia yang super seksi.” Yap, kalian tidak salah dengar. Wyne memasangkan SHakka dengan ketua gengnya sendiri. Wyne memilih Bella untuk dijadikan pasangan Shakka di dalam buku karena Bella lah yang paling gigih untuk mendapatkan hatinya Shakka. Jadi, perlu ditegaskan sekali lagi, novel pertama Wyne Amelia semuanya tentang Shakka Orlando Padmaja dan Belladiva Wicaksono. Jika bukan tentang mereka berdua, Wyne tidak akan sampai pada puncak kejayaannya seperti sekarang. Yap.. Wyne pikir itulah yang membuat novelnya meledak. Perpaduan karakter Shakka dan Bella adalah versi nyata novel-novel yang selalu nangkring di Animedia atau di jejeran Best Seller Innovel dan Dreame, salah satu platform baca paling hawt abad ini dengan tag : dominant, possessive, arrogant, gorgeous, bold, icy, selfish dan ambitious. “Tulis aja sendiri!” “Kamu dong, yang nulis..” “Gila, ya.. lo niat belanja atau engga?” hardik Wyne yang kakinya sudah sakit belum lagi ia merasa kedinginan karen pakaiannya yang kekurangan bahan. Bersamaan dengan itu seseorang menyapa Shakka. “Oh, hai, Mama..” Shakka tidak tau kalau ia bisa bertemu dengan Mama di sini. Mana ada Keysha juga. Belum lagi pakaian Wyne yang serba ngepas ini. Namun lebih dari itu, ada sesuatu yang membuat Shakka mengumpat keras di dalam hati. Wyne memang sempat menoleh saat mendengar seseorang memanggil nama Shakka. Begitu melihat bahwa yang muncul adalah wanita yang pernah hampir menamparnya bertahun-tahun lalu, Wyne memilih untuk masa bodoh. Kuku cantiknya bahkan lebih menarik dari mamanya Shakka. “Kamu sama siapa?” tanya Naya pada putra sulungnya sambil memberikan penilaian pada Wyne, penulis kesayangan Animedia, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Wyne tidak mati gaya sama sekali. Paham kalau mamanya Shakka menilainya dari ujung kaki sampai ujung kepala, Wyne mengibaskan rambutnya, membusungkan dadanya bahkan melakukan pose-pose yang dilakukan oleh pada model saat memperagakan busana. Biar tau sekalian mamanya Shakka dan melarang putranya untuk mendekati Wyne lagi. Yap seperti dulu. “Ahahaha… permisi ya, Ma.. ini temen aku lagi sakit jiwa. Kami ke rumah sakit jiwa dulu, permisi, Ma..” ucap Shakka menarik Wyne menjauh dari Mama dan kembarannya. Lebih tepatnya, ia membawa Wyne menjauh dari Keysha. Setelah ini ia akan bicara dengan Key, kembarannya itu harus mendengarkannya. Keysha pasti merasa kesal karena ia tidak tau apa-apa tentang Shakka. Yang Key tau selama ini adalah Shakka tidak pernah bisa mendapatkann perhatian Wyne. Bukan Shakka yang bisa membuat Wyne menemaninya belanja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD