1

682 Words
Halo selamat datang dan silahkan melihat-lihat dulu wkwkk.. Seperti yang aku tulis di blurb depan, kamu tidak perlu meninggalkan like kalau kamu memang tidak menyukai ceritanya dan tidak punya rencana untuk mengikuti setiap babnya. Aku memang keras soal like karena bagiku dukungan pembaca bukan dari memencet tombol hati/like. Jangan menyumbang like karena mereka yang benar-benar menyukai cerita ini pada akhirnya akan memberikanku like. Jadi jangan terlalu berpikir cerita ini menyedihkan apalagi fakir like. Kemudian dengan kamu meninggalkan begitu saja cerita ini saat kamu sadar alur dan temanya tidak cocok dengan selera kamu, kamu telah membantu orang-orang yang mungkin datang setelah kamu, juga yang mungkin akan sangat menyukai cerita ini, untuk membaca bab 1 sampai extra part dengan tanpa koin. Terima kasih. Selamat membaca. . . . “Sst..” June menoleh pada teman baiknya. Mail namanya dan mereka sudah berteman sejak keduanya sama-sama mengetahui bahwa mereka menyukai gadis yang sama. Aneh? Tidak kalau kamu sama-sama berasal dari golongan cowok tidak terlihat di satu sekolahan. Dan sama-sama tidak berniat menyatakan perasaan karena penolakan itu nyata. Mail mengulurkan secarik kertas pada sang sahabat. Begini cara kerja persahabatan mereka. Mail memberi June contekan dan June akan memberinya makan. Simple, hidup tidak perlu susah-susah. Melirik jam tangan hadiah ulang tahun yang ia dapatkan lima tahun lalu, June kemudian menggeleng pada sang sahabat. Sudah tidak ada waktu. Kalau ada satu hal saja yang tidak ingin ia ingkari di dunia ini adalah janjinya pada Wyne Amelia. “Permisi, Bu,” ucap June sambil mengangkat satu tangannya. Secepat ia mendapatkan perhatian dari pengawas ujian, June segera permisi ke toilet. Teman-temannya yang sempat mengangkat kepala dari soal ujian ketika mendengar suaranya kembali menekuni lembar tersebut. ‘Ya.. buletin yang bener,” cibirnya pada semua orang. “Selametin tas gue ya, ‘Il” pinta June pada Mail dan tidak melirik lagi pada LJK (Lembar Jawaban Komputer) di atas mejanya. Bagaimana ya mengatakannya? Mail terlihat ingin berhenti menjadi temannya June. Tapi di saat yang bersamaan, dia terlihat ingin berhenti menjadi dirinya sendiri hahahahah. Parkiran Bina Bangsa terlalu sepi saat June mengendap-endap sambil mendorong motornya keluar dari area sekolah. Tidak perlu khawatir ketahuan karena jam segini satpam sekolah mereka sudah ngorok. “June!” pekik seseorang ketika June tepat lewat di depan batang hidung satpam sekolah. Pria paruh baya itu terperanjat dan seketika melotot melihat siapa yang ingin kabur padahal ujian masih berlangsung. Hanya kelas dua belas saja yang sekolah hari ini, sudah pasti dia salah satu peserta ujian, bukan? Wyne bisa membaca gerak mulut June dan tanpa diperintahkan untuk yang kedua kali ia langsung berlari. Di belakang sana June juga melakukan hal yang sama. “Hei, kembali kamu!” teriak satpam pemalas itu dari gerbang sekolah. “Bodoh, motor lo ‘kan bisa nyala,” protes Wyne ketika June dan motornya sudah meninggalkan Wyne jauh di belakang. Abang satu-satunya Wyne Amelia memang mempunyai badan yang terlalu sehat dengan tenaga yang tidak perlu diragukan lagi, sayangnya otak sang Abang suka tidak berfungsi. “Oh, iya.” June berhenti berlari seketika kemudian mengemasi napasnya yang berserakan. Baru setelah ritme napasnya teratur, ia mengengkol motor ninjanya itu. Beberapa menit setelah berkendara dengan Wyne yang memeluk erat pinggangnya kini mereka tiba di gedung Animedia. Penerbit mayor yang semua penulis ingin karya mereka dilirik olehnya. Sedang tujuan kedua kakak-beradik itu ke mari adalah karena ia harus menandatangani novel perdananya yang tiba-tiba meledak. Wine bahkan tidak pernah berharap Shakka, My CEO, judul novelnya, akan bisa dicetak sampai empat kali seperti sekarang. Ya ampun, ini benar-benar cetakan ke-empat loh. “Bang,” panggil Wine pada June. Tanpa menyuarakan pertanyaanya pun June langsung paham. Cowok yang lebih tinggi darinya itu mengangguk tegas. “Kalau memang pembaca lo segitu penasaran sama Shakka. Untuk novel kedua lo, tulis prekuelnya aja. Lo bisa jadi penulis erotis kalo nulis sekuel Shakka, Wyn. Ingat betapa kagetnya Animedia waktu tau lo cuma siswi kelas sebelas?” tanya June pada sang Adik. Wyne mengangguk cepat pertanda ia mengerti. Kata June begini, meski otak lo itu emang udah tercemar sama bacaan-bacaan lo selama ini, yang penting jangan sampe orang lain tau. Cukup Wyne, June dan Tuhan saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD