9

965 Words
Pulang dari rumah sakit, istirahat sebentar lalu buka praktek itu sungguh menguras energi. Belum lagi Kania yang minta ditemani makan diluar. Aku tak mengerti kenapa Kania sangat manja padaku. Padahal dulu dia anak yang mandiri waktu masih di panti. Mungkin Om Bambang ayah angkatnya yang selalu memanjakan Kania. Yah.. jadinya begitu. Tapi sepertinya ibu sangat sayang sama Kania. Apa karena Kania ini anak panti ya? Atau mungkin karena dia anak angkat dari temannya dulu? Ibu bahkan mewanti-wanti agar aku menjaganya di kota Kembang ini. Memang aku ini suaminya apa? Merepotkan sekali. Tapi demi ibu, aku jalanin aja. Ngomong-ngomong soal ibu, dulu beliau pernah berkata sebelum aku mutasi ke Bandung. Beliau ingin aku menikah dengan Kania. Waktu itu aku gak bisa jawab. Entahlah... aku belum yakin kalau menikah dengannya. Meskipun aku memang menyayangi Kania, tapi sayang disini bukan berarti aku harus menikah dengannya. Aku sayang dia dan aku ingin menjaganya. Mungkin seperti seorang kakak pada adiknya. Tidak lebih. Di kota Kembang ini sebenarnya aku sudah punya apartemen yang sudah lama tidak ku tempati. Masalah kostan aku hanya cari alasan saja agar bisa bertemu dengan gadis gugup itu. Sore ini aku sedang libur praktek. Ini hari sabtu. Sebenarnya Kania merengek minta ditemani shopping tapi aku bilang aku ada urusan jadi tidak bisa mengantarnya. Padahal aku hanya malas. Wanita kalau belanja suka lupa waktu. Terus saja mutar-mutar tempat perbelanjaan hanya mencari selisih harga yang tak seberapa. Aku duduk sendiri di balkon kamarku. Tiba-tiba saja aku teringat gadis itu. Siang tadi aku memintanya untuk mengantarku mencari kostan. Dia bilang bisanya besok. Tapi aku ingin bertemu dengannya sekarang. Ada semacam dorongan untuk selalu ingin bertemu dengannya. Aku tidak tahu kenapa. Rasanya jika aku belum bertemu maka rasa penasaran akan menyiksaku sampai malam. Baiklah. Aku harus menemuinya. Ini baru pukul 18.30. Setelah shalat maghrib aku segera meluncur ke tempat itu. Di depan gerbang kostan aku bertemu dengan wanita paruh baya yang hendak menutup pintu gerbang. Padahal ini masih sore. "Assalamualaikum... permisi bu?" Wanita itu menoleh untuk sesaat dia keningnya berkerut. Mungkin baru melihatku. Aku tersenyum padanya. Hahaha..lihatlah senyumku berhasil membuat dia terpana. Seketika langsung ramah. "Wa'alaikum salam... cari siapa ya?" "Oh itu.. saya cari Aisha bu. Ada?" "Oh... Aisha. Baru saja dia pulang. Kenapa? Nanti saya sampaikan?" "Saya mau minta tolong di antar mencari kostan, bu." "O ya? Di tempat saya saja. Kebetulan ada yang kosong satu. Bagaimana?"Tawarnya padaku. Wah aku sih maunya iya aja. Apalagi satu komplek dengan Aisha. "Oh begitu ya? Saya mau bertemu dulu sama Aisha boleh bu?" "Tentu saja boleh. Mari saya antarkan." Aku melihat sekeliling kostan ini. Kamar mana yang kelak akan kutempati? Aisha sepertinya belum menyadari aku datang. Sampai akhirnya dia melihatku. Lihatlah! Mata indahnya melotot kaget melihatku! Hehehe.. Aku menyapanya. Bagaimana lagi, aku ingin bertemu dengannya. "Hai...." sapaku. "Dokter???" "Maaf mengganggu. Boleh saya masuk?" Aisha melirik wanita yang mengantarku tadi seperti minta persetujuan. "Kalau bisa, jangan lewat pukul 10 ya, maklum Aisha kan gadis." Wanita yang dipanggil Bu Saodah itu memberi batasan. Aku pun maklum. "Siap bu. Saya tidak lama kok." ucapku sambil tersenyum. Aku langsung masuk. Kan sudah diberi izin. Kostan Aisha ini terbilang sempit. Mungkin seukuran dengan kamar di apartemenku. Hanya ada ruang tamu merangkap ruang televisi, satu kamar tidur, dapur dan WC. Sempit sekali. Aku melihat dengan ekor mataku. Aisha nampak kaget karena aku langsung masuk. Mau bagaimana lagi, daripada aku diluar dan kedinginan! "Maaf sempit, dokter mau minum apa?" "Tak apa. Nyaman kok, aku mau teh manis, boleh?" "Tunggu sebentar, dok." Aisha ke dapur. Aku melihat sekeliling. Meskipun kostan ini kecil tapi Aisha pandai menata ruangan. Rapi dan bersih. Tok..tok..tok... Suara ketukan pintu membuatku berdiri dan melihat keluar. Siapa ya yang bertamu jam segini? Dan ternyata seorang pria! Hm.. sepertinya pria itu kira-kira 2 tahun di atas Aisha. Kenapa perasaanku jadi tidak enak ya? Semacam perasaan tidak rela jika Aisha berhubungan dengan orang itu. Aku memutuskan untuk keluar. "Hei.. cari siapa?" Aku menyapa pria tadi. Wow, ekspresinya kaget campur heran. Hahaha.. biarlah dia kaget. "Anda.. siapa?" Dia malah tanya. "Lho, anda siapa? Dan cari siapa?" Aku masih kekeh dengan pertanyaanku. Naluri lelakiku bangkit. Aku tidak mau dikalahkan oleh pria ini. Apalagi dari segi usia, aku jauh lebih tua di atasnya. "Siapa ya? Dokter ini minumnya... Lho ada kamu??" Aku menoleh ke dalam. Aisha sudah selesai membuat minum rupanya. Dan lihatlah.. betapa dia senang melihat pria ini! Hah! Aku makin tidak suka dengan situasi ini, tapi aku tidak mau kalah! Lelaki itu tersenyum pada Aisha. Cih! Pasti nyari muka deh! Lihatlah dia ingin memikat Aisha! Kupastikan tidak akan berhasil! "Iya.. Aku gak ganggu kan?" Lelaki itu melirik padaku. Jelas sekali kamu pengganggu! Aku merutuk dalam hati. Aisha melirik sekilas padaku. "Oh tidak kok, kalian sudah saling kenal belum? Baiklah. Dokter.. ini Rohan teman sekampusku. Dan Rohan ini dr Bintang." Aku berusaha tersenyum pada pria yang bernama Rohan itu. Kami bersalaman. Ada tatapan tak suka dari Rohan padaku. Sepertinya dia menyukai Aisha! Lihat saja tatapannya seperti memuja begitu! Aku tidak boleh membiarkannya! Bukan apa-apa, aku hanya khawatir bagaimana jika Si Rohan itu bukan orang baik? Bertamu saja kok malam begini! Pasti ada maksud lain sepertinya! "Sebaiknya kita duduk di luar saja. Tidak enak rasanya kalau di dalam." "Oh ya Rohan ada apa?" Aisha membuka percakapan setelah kami duduk di luar. "Tadinya aku mau ngajak kamu nonton, tapi sepertinya kamu sedang ada tamu ya?" Rohan sekali lagi menatapku dengan tatapan tak suka. "Oh ya begitulah... Maaf ya Rohan lain kali saja. Lagipula aku masih banyak tugas dari kampus." Aku bisa bernafas lega sekarang. Aisha menolak ajakan Rohan! Baguslah, jadi aku tak perlu khawatir lagi sekarang. "Ya, sebaiknya kamu cepat pulang ya, nanti keburu udahan filmnya." Aku tersenyum puas sekali. Rasanya seperti habis menang kompetisi saja! Aisha nampak sedikit kesal padaku. Tapi aku tidak peduli yang penting aku berhasil menggagalkan acara nonton mereka! Hehehe..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD