"Bang?" Vania meminta ijin pada Erwan. Urusannya dengan Zidan harus dibereskan, tidak bisa hanya didiamkan saja. Erwan menganggukan kepala, ia tahu Vania bisa dipercaya, dan ia tahu, Zidan memang harus diajak bicara. "Terima kasih, Bang." Vania berjalan menemui Zidan di bawah tatapan mata Erwan. "Kak Zidan!" Vania memanggil Zidan. Zidan yang sudah berdiri di samping motornya menatap Vania. "Kak!" Vania memanggil lembut Zidan. Vania berdiri di hadapan Zidan. "Nia!" Zidan menatap wajah Vania dengan pandangan sendu. Sedikitpun ia tidak menyangka, kalau gadis yang selama ini dicintainya, sudah menikah dengan saingannya. Erwan saingannya sejak lama. "Kak Zidan harus semangat. Kak Zidan harus punya kemauan yang kuat, untuk berubah lebih baik." Vania memberi nasehat kepada Zidan. Vania