Usapan tangan Xabiru beralih ke bibir Grey yang tipis. Pandangannya semakin berselera saat melihat wanita itu hampir tak sadarkan diri. Jiwa penasaran semakin menyeruak meminta untuk dituntaskan. Sedikit menunduk untuk mengecup bibir tipis itu.
"Emmmm ...." Grey mendorong kepala Xabiru sedikit kuat, membuka mata lebar-lebar dengan tatapan sayu bercampur kekesalan. "Kamu memang c***l!" seru Grey.
Xabiru memainkan mulutnya seolah jengkel akan penolakan ini. Sekali lagi menunduk dengan memegang pipi wanita itu.
"Kamu nggak mau bales perbuatan suamimu?" Semakin digesek semakin panas, Xabiru kembali mengompori Grey agar ia mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri.
"Ah Mas Bastian memang jahat!" Grey berdecak kesal, wajahnya berubah kesal sekali. "Dia bilang ingin bekerja, tapi malah ciuman sama cewek lain. Dasar jahat!" Grey mengamuk, memukuli meja di depannya untuk meluapkan kekesalannya.
"Berhenti memukuli meja itu cantik." Xabiru meraih tangan Grey, mengusap lembut jari jemari lentik itu lalu membawanya ke bibir. "Tangan secantik ini tidak pantas untuk merasakan sakit, lebih baik dicium saja," bisik Xabiru mengecup tangan itu dengan mesra.
Grey mulai kehilangan kewarasan, kembali meminum Vodka yang ada di meja bar. Xabiru semakin senang saat mangsa masuk ke dalam perangkapnya dengan cepat. Ia memeluk Grey kembali, mengecup telinganya dan sesekali mengusap lembut paha wanita itu. Sejak tadi sudah sangat penasaran dengan wanita yang sudah bersuami ini.
"Mas ...." Grey mulai resah saat merasakan sentuhan di bawah sana. Pandangannya kabur hingga tak mengenali siapa pria yang sedang bersamanya.
"Mau bermain-main, Nona?" bisik Xabiru, semakin berani tatkala merasakan Grey mulai terpancing.
Tangan Xabiru mengusap lembut paha Grey sampai ke bagian atas. Mengusap kehangatan yang tertutup secarik kain. Xabiru tersenyum kecil, menunduk dan mengecup leher Grey lebih intens. Sedikit godaan membuat wanita cantik yang ada di pelukannya gemetar.
Mata Grey terbuka sedikit, sentuhan itu membuat ia berdebar-debar. Ia memeluk tubuh tegap Xabiru, dalam bayangannya saat ini Bastian yang tengah memberikan sentuhan nakal pada tubuhnya. Grey tersenyum tipis, mendekatkan wajah ke arah Xabiru.
"Miliki aku, Mas ...." Grey mencium bibir Xabiru pelan, benar-benar tak sadar akan apa yang ia lakukan saat ini.
Xabiru menyeringai, menjauhkan bahu Grey sejenak. "Itu bukan ciuman, Babe. Ciuman itu seperti ini."
Xabiru memangut bibir Grey, mengecupnya pelan seraya menekan tengkuk wanita itu. Menerapkan French kiss yang sangat menggairahkan. Menggunakan lidah namun tidak sedikit pun mengenai gigi.
Grey baru pertama kali ini merasakan ciuman yang sangat menggairahkan sekali. Ia tak segan mencengkram kedua lengan Xabiru saat gelombang nikmat itu tercipta. Xabiru yang sudah sangat hafal bagaimana membuat wanita senang mulai berani menyusupkan tangannya dibalik underwear yang digunakan Grey. Merasakan kehangatan itu sudah basah.
Xabiru tersenyum jahat, melepaskan tautan bibirnya dengan Grey.
"So wet," bisik Xabiru sembari melirik ke bawah.
Grey tersenyum malu, sudah sangat lama memang tidak pernah merasakan sentuhan segila ini. Sekarang setelah merasakannya, Grey merasa sangat kurang.
"Mau aku lanjut?" goda Xabiru sembari mendekatkan wajahnya kembali. Sebelum wajahnya turun pada bahu Grey, tubuhnya tiba-tiba ditarik dengan kasar dari belakang oleh seseorang. Bukan hanya itu saja, sebuah pukulan telak ia dapatkan pada wajah dari sosok Bastian yang berdiri dengan tatapan nyalang.
"Lepaskan tanganmu dari istriku!" hardik Bastian segera mendorong Xabiru agar menjauh dari istrinya.
"b******k!" umpat Xabiru, menggoyangkan rahangnya yang begitu pegal seketika akibat pukulan barusan.
"Apa kamu tidak tahu etika? Memaksa wanita mabuk dan mencoba mencari keuntungan dari semua ini?" sergah Bastian.
"Aku? Tentu saja tidak! Istrimu yang datang padaku, sebagai pria yang baik tentu aku tidak boleh menolak bukan?" Xabiru menjawab dengan gaya yang sangat menyebalkan, seolah ucapan Bastian angin lalu bagi dirinya.
Bastian berdecak kesal begitu melihat Grey yang duduk dengan keadaan setengah sadar. Ia segera mendekat dan mencoba menggabungkan.
"Grey, bangun. Kenapa kamu malah mabuk-mabukan?" omel Bastian.
Mendengar suara suaminya Grey membuka mata lebar-lebar. Wajah itu sangat kesal sekali. "Aku begini karena Mas. Kamu jahat! Kamu lebih mementingkan mereka!" Grey meronta dari pelukan suaminya.
"Semua itu nggak bener, ayo kita pulang!"
Bastian menggendong Grey dengan cepat tanpa mempedulikan wanita itu terus berteriak-teriak meminta turun. Xabiru yang melihat itu cukup jengkel karena mangsanya telah lolos, ia kurang cepat.
"Tau gitu langsung aku bawa ke kamar tadi," celetuk Xabiru sambil menegak Vodka miliknya dengan kasar.
***
Grey mengamuk pagi-pagi begitu mendapati dirinya berada di kamar bersama Bastian. Masih teringat jelas semalam bagaimana Bastian berciuman dengan wanita lain dan malah mengusirnya. Grey marah sekali hingga melempar bantal dan guling yang ada di ranjang.
"Greysia! Dengarkan Mas bicara dulu!" hardik Bastian mulai kewalahan mengendalikan kemarahan Grey yang membabi buta.
"Apa ini alasan Mas nggak mau nyentuh aku? Mas punya wanita lain yang lebih memuaskan, Mas Bastian jahat! Aku mau minta cerai!" Grey menangis tersedu-sedu karena rasa sakit di hatinya.
Bastian mendekat, memeluk Grey yang tengah menangis. "Jangan, jangan katakan itu, Grey. Mas—"
"Lepasin! Aku nggak mau dipeluk Mas Bastian, kamu jahat!" Grey berontak dari pelukan suaminya.
"Semalam itu benar-benar diluar rencana Mas. Awalnya Mas cuma datang buat menghargai Pak Devan, wanita itu benar-benar tidak ada hubungan apa pun sama Mas, Grey."
"Kalian berdua berciuman!" Grey menjerit keras seraya menjambak rambutnya sendiri, semakin frutasi saat mengingat bayangan menyakitkan itu.
"Itu bukan keinginan Mas, Grey. Nanti kita temuin dia, kamu dengerin penjelasan kita ya. Semalam kami mabuk sampai tidak ingat ...."
Grey tertawa hambar. "Aku ini memang orang miskin, Mas. Tapi aku nggak bodoh, udahlah akuin aja. Daripada Mas tersiksa sama hubungan pernikahan kita, lebih baik kita bercerai saja. Toh Mas juga nggak pernah mau nyentuh aku 'kan?"
Grey tertawa menutupi lukanya, mengambil sepatu yang semalam dilepas oleh Bastian di sisi ranjang. Membawanya pergi dan berniat untuk kembali pulang. Grey merasa sudah sangat lelah dengan hubungan yang selama ini tidak ada kejujuran di dalamnya.
Sebelum Grey melangkah, Bastian tiba-tiba menarik tangannya lalu tanpa diduga mencium bibirnya dengan panas. Grey sangat kaget sekali hingga sepatu yang dipegang jatuh begitu saja. Untuk pertama kalinya, Bastian mau mengawali ciuman seperti ini. Grey seperti mendapatkan angin segar, membalas ciuman itu lebih intens.
Bastian mencoba menenangkan amarah dalam diri istrinya. Mencium bibir wanita itu dengan lembut dan perlahan mendorongnya ke ranjang. Mulai melepaskan satu persatu kain yang menghalangi tubuh keduanya hingga mereka sama-sama polos.
Grey menelan ludahnya gugup saat melihat keperkasaan suaminya di bawah sana. Masih terbungkus masker hitam tapi sudah terlihat sangat menonjol. Grey meraih leher Bastian untuk menciuminya kembali, tangannya mengusap pelan perut pria itu dan menyentuh keperkasaan yang selama ini belum pernah ia rasakan. Masa bodoh dengan rasa malu, bagian dalam dirinya sudah basah karena ciuman erotis barusan.
Grey benar-benar sudah pasrah dan siap waktu itu. Meminta Bastian untuk menyelesaikan kewajiban sebagai seorang suami.
"Grey ... Mas lupa hari ini sudah ditunggu sama Pak Devan. Nanti—"
"Temui saja klienmu, Mas. Jangan pedulikan aku." Grey mendorong suaminya kasar, meringkuk membelakangi pria itu untuk menyembunyikan wajah yang sangat menyedihkan.
"Maaf ya, kita bisa melakukannya kapan-kapan. Mas sayang sama kamu," ucap Bastian mencium pipi Grey lalu beranjak memakai bajunya kembali.
Grey menangis tersedu-sedu saat mendengar langkah Bastian yang menjauh. Lagi dan lagi ia terus dikecewakan seperti ini.
Bastian keluar kamar dengan langkah terburu-buru sampai lupa menutup pintunya dengan rapat. Pria itu hampir bertabrakan dengan sosok Xabiru yang baru saja keluar dari kamarnya. Mereka bertatapan sedikit sengit, namun Bastian tak begitu peduli dan memilih berlalu begitu saja.
"Dasar aneh," cibir Xabiru jengkel sendiri jika mengingat wajah Bastian.
Pandangan Xabiru beralih pada kamar Bastian. Ternyata mereka menginap di kamar yang saling berhadapan. Dengan matanya yang tajam Xabiru melihat pintu kamar itu tidak tertutup rapat, ia mengernyit heran.
"Memang orang aneh, bisa-bisanya tidak menutup pintu dengan benar," gumam Xabiru, mau tak mau mendekat bermaksud untuk menutup pintu kamar itu. Namun, ia teringat akan sesuatu.
"Dia sedang pergi, itu berarti ... istrinya di kamar sendirian?"
Bersambung~