Grey memegang bibir miliknya yang tipis, masih terasa kebas karena ciuman membabi buta dari pria asing yang ditemui tadi pagi. Berulang kali Grey melupakan tentang kejadian mengerutkan itu, bukannya lupa Grey justru semakin terbayang akan setiap sentuhan yang membuat sekujur tubuh merinding.
Grey sampai tidak fokus ketika suaminya bertanya. Padahal saat itu mereka tengah menghabiskan malam dengan menonton drama favorit di ruang tengah. Sebuah kebiasaan yang sering mereka lakukan untuk mengisi kekosongan waktu pada malam hari.
"Tuh 'kan, kamu nggak dengerin Mas ngomong."
"Eh apa, Mas?" Grey terperanjat, mulai memfokuskan pandangan ke arah sang suami yang duduk di samping. Pria itu memakai piyama tidur seperti biasa dengan rambut acak-acakan yang menutupi dahi.
"Ngelamun terus, ya." Bastian terkekeh-kekeh melihat wajah Grey yang kebingungan. Meraih lengan wanita itu agar bersandar pada bahu. "Filmnya udah mau selesai, kamu bilang suka banget sama drama ini."
Menguyel pada ketiak sang suami yang menurut Grey sangat hangat. Mencari posisi paling nyaman dengan bersandar pada bahu Bastian, pun dengan tangan yang melingkari perut suaminya yang keras. Pandangan beralih ke layar televisi, terlalu banyak melamun membuat ia meluapkan drama favorit yang selama ini sering ia tonton.
Jika ditanya kenapa Bastian mau menemani Grey menonton, tentu saja dengan sedikit paksaan. Hari masih sore dan mereka tidak akan melakukan apa pun selain tidur. Grey merasa belum mengantuk ingin menghabiskan waktu berdua dengan sang suami.
"Makasih ya, Mas. Udah mau nemenin aku," ucap Grey, menunduk memberikan kecupan manis di d**a suaminya. "Jarang banget ada suami sebaik Mas yang mau nonton drama," celetuk Grey disertai tawa kecil.
"Enggak ada bagusnya padahal nonton kayak gini." Bastian berdecak pelan, wajahnya terlihat cukup bosan.
"Bagus dong, kayak gini tuh romantis, Mas." Semakin gemas dengan menguyel-uyelkan wajahnya pada d**a Bastian. Sengaja agar Bastian lebih peka jika ia sangat suka diperlakukan seperti ini.
Bastian tetap acuh, sepanjang menonton drama hanya Grey yang sibuk berteriak atau mengoceh saat alur drama itu tidak sesuai dengan yang dia inginkan. Terkadang ada saat-saat yang membosankan membuat Grey cukup mengantuk.
Kini adegan di televisi itu menunjukkan adegan yang sangat erotis.Grey yang melihat itu mulai resah, ia ingat akan ciumannya dengan pria asing tadi pagi. Begitu erotis dan dalam sekali membuat Grey meremas lembut tangannya sendiri. Ia melirik ke arah Bastian yang hanya diam saja. Normalnya seorang pria pasti merasa ingin saat melihat ciuman yang sangat erotis seperti itu bukan?
"Mas," panggil Grey lembut, mengusap kancing baju suaminya pelan.
"Jam berapa ini?" Bastian tiba-tiba bangkit membuat tangan Grey terhempas begitu saja. "Kamu udah nyiapin baju-baju Mas buat besok pergi ke Bali?"
Grey tidak bisa menutupi kekecewaannya saat lagi dan lagi mendapatkan penolakan dari sang suami. Grey merasa sangat lelah sekali setiap saat harus memaklumi setiap penolakan yang menurutnya tak masuk akal. Grey enggan untuk berdebat, memilih diam dengan mengunci mulutnya rapat-rapat.
"Tanpa Mas suruh aku pasti sudah menyiapkan semuanya," sahut Grey dingin. Setiap sabar manusia ada batasannya. Kali ini Grey sudah benar-benar lelah.
"Baiklah, ini sudah malam. Ayo kita kembali ke kamar," ajak Bastian sama sekali tidak merasa bersalah akan sikapnya. Melihat Grey pun tidak.
"Duluan aja, aku masih mau nonton," ujar Grey lebih dingin dari sebelumnya.
Bastian mengangkat alisnya heran begitu mendengar jawaban yang sangat dingin dari bibir Grey. Akan tetapi Bastian tak terlalu memikirkan, segera berlalu begitu saja meninggalkan Grey di ruang tengah.
Grey awalnya masih bisa menahan rasa sakit hati yang ia rasakan. Ketika Bastian pergi, pertahanan itu akhirnya jebol. Ia menangis lirih dengan menutup wajah dengan kedua tangan. Matanya terpejam dengan bibir gemetar menahan tangis yang sangat menyesakkan.
"Haruskah sehina ini meminta hak sebagai seorang istri, Mas?" batin Grey disertai air mata yang perlahan turun membasahi pipinya.
***
Nekat adalah jalan yang dipilih Grey kali ini. Tanpa izin dan sepengetahuan sang suami, Grey mengikuti Bastian ke Bali demi mengugurkan kecurigaan besar yang ada dalam hati. Selama ini Grey masih mencoba berpikir positif, seiring berjalannya waktu sikap Bastian semakin tak bisa ditolerir lagi.
Puncaknya adalah pada saat tadi malam Bastian kembali menolaknya tanpa alasan yang masuk akal. Jika hanya lelah, tak mungkin selama 1 tahun lamanya Bastian tidak menyentuh istrinya sendiri dan dianggurkan begitu saja. Jadi, demi memupuskan kecurigaan Grey, ia mengikuti Bastian yang tengah melakukan pekerjaan di Bali.
Tidak ada hal yang mencurigakan selama 2 hari Grey mengikuti suaminya di sana. Mungkin hanya beberapa kali seorang wanita mendekati Bastian untuk sekedar basa-basi. Suaminya pun masih bersikap biasa saja kepada para perempuan itu.
Namun, pada saat hari ketiga di Bali, Bastian menghadiri sebuah acara jamuan makan malam bersama beberapa koleganya di salah satu mini bar yang cukup terkenal di Bali. Mereka saling bersenda gurau dengan sangat lepas seolah melepas beban pikiran masing-masing.
Grey yang melihat itu hanya bisa diam memperhatikan, suaminya bisa seliar itu saat di luar rumah, akan tetapi saat di rumah Bastian justru menolak setiap godaan yang Grey berikan.
"Selamat malam, Nona. Boleh duduk di sini?"
Tengah sibuk memperhatikan sang suami, Grey dikejutkan dengan kedatangan seorang pria yang tak disangka-sangka. Seorang pria dengan mata hitam kelam seperti galaxy malam yang kini tengah mengulas senyuman penuh makna.
"Kamu?" Grey terhenyak luar biasa tatkala melihat sosok pria c***l yang ditemui kemarin ada di depannya.
"By the way namaku Xabiru." Tak terpengaruh akan keterkejutan dari Grey, pria dengan badan tegap itu mendudukkan dirinya di samping Grey tanpa diminta.
"Oh ya? Aku tidak tanya tuh." Grey melengos, enggan sekali berurusan dengan pria c***l yang baru saja memperkenalkan namanya dengan nama Xabiru ini.
Xabiru memainkan gelas yang berisi Vodka di tangannya. Sesekali melirik Grey yang sejak tadi resah entah karena apa. Xabiru tentu sangat ingat siapa wanita ini, sedikit tak menyangka akan bertemu kembali tanpa perencanaan seperti ini. Bola matanya bergerak-gerak menatap Grey dari atas sampai bawah dengan tatapan penuh minat.
"Mas Bastian!" Grey tiba-tiba berteriak keras hingga membuat Xabiru terkejut. Pria itu melirik ke arah pandangan Grey yang tertuju pada satu titik.
Grey tidak bisa mencegah air matanya tatkala melihat pemandangan yang sangat mengejutkan di depan mata. Meski kakinya gemetaran, Grey mencoba bangkit dari duduknya, menghampiri Bastian yang kini tengah berciuman panas dengan seorang wanita.
Grey yang biasanya sangat lemah lembut seperti kehilangan kewarasan. Menarik baju suaminya dengan kasar hingga ciumannya dengan wanita itu terlepas. Tak sampai disitu saja, Grey tak segan menampar wanita itu dengan sangat keras.
"w************n! Beraninya kamu mencium suamiku!" teriak Grey mengamuk ingin mencakar wanita itu.
"Grey!" Bastian yang kaget melihat sosok istrinya buru-buru memeluk wanita itu sebelum bertindak hal yang lebih parah.
"Lepas! Biarkan aku memberikan pelajaran kepada wanita ini!" Grey benar-benar marah sekali. Merasa dirinya tidak pernah bersalah, kenapa suaminya justru berselingkuh dengan wanita lain?
"Mas bisa jelaskan, jangan membuat ulah!" Bastian membentak keras, justru menarik tangan Grey agar menjauh dari wanita tadi.
Grey yang merasa suaminya membela wanita lain langsung menghempaskan tangan. Wajahnya sudah penuh dengan air mata kekecewaan, kini semakin kecewa akan sikap Bastian yang membentak dirinya di depan banyak orang.
"Aku membuat ulah? Bagaimana denganmu, Mas!" Grey menjerit penuh emosi, tak tahan lagi akan sikap suaminya kali ini. "Kamu yang maksa aku buat kayak gini. Di rumah kamu selalu mengabaikanku dan menolak setiap apa yang aku inginkan. Ternyata kamu sudah punya yang lain?"
"Kamu salah paham." Bastian mencoba meraih tangan Grey namun karena masih sangat marah Grey menolak dan memilih menghindar.
"Mas pulang dan jelasin ini sekarang!" pinta Grey.
"Grey!" Bastian baru saja membuka mulut, akan tetapi suara ledekan dari teman-temannya tiba-tiba terdengar membuat ia sangat malu.
"Kamu pulang dulu, nggak usah macem-macem apalagi buat ulah. Aku ini lagi kerja," ucap Bastian sedikit menarik tangan Grey agar menjauh dari teman-temannya.
Grey tersenyum hambar, kembali menghempaskan tangan Bastian yang memegang tangannya. "Nggak habis pikir aku sama kamu, Mas. Tidak bisakah Mas cukup bilang maaf?"
"Kamu nggak akan ngerti. Mendingan kamu pulang, besok Mas akan jelasin semua." Bukannya meredam amarah sang istri, Bastian justru kembali bergabung bersama teman-temannya. Menganggap kemarahan Grey hanya sebuah angin lalu.
Grey mengusap air matanya dengan kasar lalu kembali ke meja bar yang semula ia duduki. Akhirnya yang ditakutkan terbukti, Bastian memiliki wanita lain yang disembunyikan selama ini.
Xabiru ikut bangkit melihat apa yang tengah terjadi. Keributan seperti ini tentu hal yang sangat disukainya. Ia mendengar semua dengan jelas, memperhatikan wanita ringkih yang kini tengah menangis di meja bar sndirian. Xabiru tersenyum tipis, kembali mendekati Grey dengan tenang.
"Untuk apa menangisi hal yang tidak perlu, Nona?" Sama seperti sebelumnya, Xabiru mengambil duduk di sisi Grey dan berbicara tanpa permisi. "Dalam dunia bisnis hal seperti itu sudah biasa terjadi. Apalagi diberikan secara gratisan, suamimu pasti tidak akan menolak," oceh Xabiru semakin membuat Grey panas.
Grey melirik kesal dengan hati yang begitu sakit. Mungkin jika tidak ada Xabiru di sana ia akan menangis untuk meluapkan kekesalan hatinya.
"Mau?" Xabiru tiba-tiba menyodorkan segelas Vodka kepada Grey. "Dengan ini mungkin bisa membuat hatimu lebih baik," ucapnya disertai senyum tipis yang menggoda.
Grey lagi-lagi tidak merespon, hanya melirik gelas yang berisi cairan kecoklatan dengan aroma yang cukup menyengat itu. Pandangannya beralih kembali ke arah Bastian yang masih asyik dengan para teman-temannya tanpa mempedulikan Grey sama sekali. Hal itu membuat kekesalan Grey bertambah hingga tanpa ragu langsung menyambar segelas Vodka yang diberikan Xabiru dan meneguknya sampai habis.
Xabiru menyeringai senang, umpannya benar-benar dilahap dengan sangat cepat oleh Grey. Dalam keremangan ruangan bar, Xabiru melihat dengan seksama wajah cantik yang terbingkai indah di depannya. Matanya sayu seolah memanggil Xabiru untuk mendekat. Bibir tipis berwarna merah alami itu membuat darahnya berdesir.
Grey yang sebelumnya tidak pernah minum alkohol jenis apa pun langsung tepar begitu menghabiskan dua gelas Vodka di meja. Kepalanya sangat berat hingga hampir ambruk. Untung saja Xabiru dengan sigap menahan, akhirnya Grey terjatuh ke dalam pelukannya.
Xabiru memperhatikan wajah Grey yang semakin dekat dengannya. Dugaannya tak meleset, wanita ini memang sangat cantik sekali dengan kecantikan yang cukup memikat. Tangan Xabiru sedikit lancang mengusap pipi Grey yang begitu lembut, lalu berhenti pada bibir tipis merah jambu yang menggoda.
"Hem ... enak kali ya main sama istri orang?" Xabiru menyeringai, mendadak punya pikiran gila saat melihat wanita cantik yang pasrah di pelukannya ini.
Bersambung~