Prologue

180 Words
Shit. There... He was standing there. Berdiri di sana. Di depan pintu rumahku. Dengan kedua tangannya yang terselip di kantong black bomber jacketnya. Smuggy smirk planted on his face. Ia memberi senyum khasnya yang membuat hatiku terasa benar-benar perih. Sungguh, aku tak menyukai kehadirannya. Menyiksaku secara perlahan. Mengunyah jiwaku tanpa ampun. Semua tentangnya benar-benar menyakitkanku. Aku meneguk liurku dengan paksa. Membasahi tenggorokanku. Mengerjapkan mataku. Mengatur napasku yang tertahan sesaat. Jantungku berdetak sangat cepat. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku tidak ingin pulang ke rumahku sendiri. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku ingin pergi jauh meninggalkan rumahku sendiri. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku aku ingin menghentikan napasku hingga dapat terhindar darinya. Masih dengan senyum liciknya dia mengambil langkah maju. Mendekatiku. Menghapus jarak antara kami berdua. Presensinya membuatku  merasa terintimidasi. Bukan karena aku takut kepadanya, namun kenangan bersamanyalah yang menjadi momok mengerikan bagi hidupku. Dengan refleks aku mundur selangkah. Menjauhinya. Ia menghisap rokoknya untuk terakhir kali sebelum membuangnya ke tanah dan menginjak puntungnya. Asap mengepul keluar dari bibir dan hidungnya. Ini berbahaya. Sungguh. "Mau ke mana lo? Nggak kangen sama gue?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD