Rama memanjangkan langkah, mengulurkan satu tangannya yang bebas, membawa Meta dalam rengkuhannya. Meta menepuk-nepuk lengan Rama. Sementara Ian yang laksana figuran sore itu menahan geram kesalnya. ‘Ehem!’ ‘Buangke! Main peluk bini orang aja!’ Rama mengurai rengkuhannya karena mendengar dehaman Ian. Ia lalu menatap heran pada pemuda asing yang berdiri tegak dengan tatapan yang jelas-jelas menunjukkan jika pemuda itu tak menyukainya. “Oh sayang kenalin. Ini Mas Rama, kayaknya dulu aku sempat cerita tentang Mas Rama, entah kamu ingat atau ngga.” ujar Meta pada Ian. ‘Sayang?’ “Mas Rama kenalin, ini Ian, suami aku.” “APA?” “Woy, biasa aja, ga usah teriak-teriak gitu. Ini makam.” ketus Ian. “Maaf.” ujar Rama, pandangannya masih lekat menatap Meta. Gusar. “Kok ga ada yang ng