LIMA PULUH TIGA

1448 Words

London, satu bulan kemudian. ‘ting-tong!’ Ian bergegas melangkah ke arah pintu utama kediaman mereka. Hari ini, ia dan Meta menunggu kedatangan tamu yang berjanji akan mengunjungi mereka bulan lalu. “Bapak Bramantyo?” sapa Ian begitu pintu terbuka. Pria di hadapannya tersenyum ramah. “Pak Ian?” “Ian saja Pak.” “Oke.” Bramantyo mengulurkan tangan yang tentu saja disambut hangat oleh Ian. “Silahkan masuk, Pak.” “Ya, terima kasih.” “Maaf saya tidak menjemput Bapak. Kebetulan badan masih remuk redam rasanya.” “Sudah berobat?” “Sudah Pak, hanya flu biasa. Tapi memang flu di tempat dingin begini lebih menyiksa dibandingkan flu di Jakarta yang cuacanya terus menerus panas.” Bramantyo hanya terkekeh menanggapi. Tak lama, Meta datang mendekati keduanya, membawa nampan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD