EPISODE || Berlari dan Mengejar

1227 Words
Natalie membuka pintu toilet, lalu masuk ke dalam. Gelenyar aneh itu masih saja membuatnya gila. Sepertinya jika itu diakibatkan oleh serangga adalah sesuatu yang salah. Seperti sesuatu tengah bermain di bagian bawah sana. Natalie mencoba duduk di toilet, dengan sedikit membentangkan kakinya.  Dia menggigit bibirnya, dengan mata terpejam. Dia mencoba meraba lewat luar, barangkali memang ada semut. Tapi jemarinya tak merasakan apapun. Dan rasa itu malah kian menjadi-jadi. Anehnya, di sela rasa itu ada sedikit kenikmatan yang tak pernah dia rasakan. Entah ini definisi rasa nikmat seperti apa, yang jelas, Natalie tak bisa mengatakannya. Tak berselang lama, sesuatu yang membuatnya sampai menggigit bibir, hilang seketika. Dia dibuat melongo dan terdiam tanpa suara. Benar-benar aneh. Lalu tanpa menunggu lama lagi, Natalie segera bangkit dan merapkikan roknya. Cukup merasa lega.  Dan setelah itu, Natalie keluar dari kamar mandi. Dia membuka daun pintu ketika ketiga sahabatnya sudah berdiri di sana. Natalie cukup terkejut dibuatnya. Mereka bertiga menatap Natalie dengan tatapan penuh tanya. "Gimana? Beneran semut?" tanya Ayumi mewakili ketiganya. Natalie menggeleng. "Yah, kirain semut," sahut Ayumi terdengar kecewa. Mendengar itu Natalie, Mila dan Selin memutar mata malas. Bagaimana bisa Ayumi masih berpikir seperti itu? Kemudian Natalie melangkah duluan yang langsung diikuti ketiga temannya. Setelah sampai di kelas, Natalie langsung disambut oleh Alan. Cowok itu duduk rapi dikursi milik Natalie. Cukup keheranan, sejak kapan Alan sudah kembali ke kelas? Natalie kira, cowok itu masih ada di kantin. "Lan, bisa minggir?" pinta Natalie. "Minggir Lan, minggir!" seru Ayumi dengan nada yang dibuat-buat seperti tukang parkir. Selin malah terkekeh mendengarnya. Sementara Mila, dia sudah duduk di tempatnya yang terletak di samping kursi Natalie. Karena sang pemilik sudah menyuruhnya pindah, alhasil Alan pun menurut. Dia berdiri di sisi meja Natalie dan mempersilahkan gadis itu untuk duduk. "Hmm, Natalie, nanti sore mau pergi sama aku gak?" ajak Alan penuh harap. Dia memainkan jemari tangannya. Seolah tak menggubris, Natalie kembalikan badannya, merogoh tas miliknya dan mengeluarkan buku paket Biologi, kemudian ditaruh di atas meja. Dengan sengaja, dia memang mengabaikan Alan. "Nat?" panggil Alan lagi. "Udah sih Bro, kalau ditolak mah jangan nyosor mulu," komentar Ayumi, meledek Alan. Tapi cowok itu tak menanggapinya. Natalie menoleh ke arah Alan. "Maaf Lan, gue sibuk," katanya, yang langsung membuka lembar pertama buku paket di depannya. Sebenarnya, Natalie bukanlah gadis sombong dan mudah menolak ajakan orang lain. Tapi karena Alan selalu mengusik dengan ajak kan pergi bersama, itu membuat Natalie muak sendiri. Meski hanya sebuah ajakan yang bisa ditolak kapanpun, tapi Natalie merasa cukup terganggu. Sementara itu, Alan juga jadi cowok tidak pernah peka. Padahal, Natalie sudah menolaknya ratusan kali tapi tetap saja mengejar terus dan terus. Cowok itu terlalu gigih. Padahal, setau Natalie, salah satu teman kelas mereka ada yang menyukai Alan. Namanya adalah Pricila. Terlihat, gadis itu sering sekali curi-curi pandang pada Alan tapi Alan memang dasar cowok tidak peka. Tidak hanya itu saja, Pricila juga pernah berkata padanya bahwa dia memang menyukai Alan. Karena hal itu, Natalie jadi merasa tidak enak. Alan setiap hari mengejarnya sementara Pricila terus mengejar Alan yang menolaknya. "Yaudah kalau kamu sibuk." Terlihat kedua bahu Alan turun, wajahnya murung dan dia segera berbalik lalu melangkah pergi. "Hish! Lo kenapa sih selalu tolak ajakan Alan. Padahal kan kita bisa sekalian ikut nanti ditraktir," protes Ayumi menyayangkan penolakan Natalie yang sebenarnya bisa menguntungkan dirimu. "Lo suka sama Alan?" tebak Natalie. Dia membuka lembar berikutnya pada buku paket di depannya. Ayumi justru tertawa pelan. "Aneh-aneh lo Nat. Gak salah lo nanya itu ke gue?" tukasnya, sambil melirik Natalie yang memfokuskan matanya di kertas putih. "Kenapa? Siapa tau aja lo mau jadi saingannya Pricil." Natalie menjawab sambil menoleh ke belakang. "Jangan ngadi-ngadi lo Nat kalau ngomong. Surya lo kemanain coba?" komentar Selin, dia main salip saja. "Nah, bener tuh kata Selin. Surya ayang embeb gue mau dikemanain kalau gue sama si Alan. Lagian tipe gue juga bukan yang kek Alan gitu." "Oke, gue catat perkataan lo ya," kata Natalie cepat. Dia segera berbalik lagi dan mengabaikan Ayumi yang terlihat manyun. "Ntar kalau gue kemakan omongan gue gimana dong Sel?" Ayumi malah terlihat takut karena sudah berbicara asal. Pasalnya, akhir-akhir ini yang namanya karma betulan ada, bukan hanya mitos belaka. Tapi Selin memang dasarnya menyebalkan, gadis itu mengendikan bahu acuh, tak mau tau dan tak mau pusing. "Tapi, Yum emang lo yakin bisa langgeng sama adik kelas? Secara, banyak kasus kakak kelas pacaran sama adik kelas berakhir putus." Natalie mencoba berkomentar lagi, tapi dia tak berniat berbalik. "Ih apasih, kenapa lo malah bahas gue sama Surya? Kan tadi bahas lo sama Alan!" kesalnya. "Mending lo terima tuh si Alan. Daripada lo ngarep terus sama si Jastin, kakak kelas yang nggak pernah peka!" sembur Ayumi keras, seolah-olah dia memang sedang mengatai tepat di telinganya. Karena tak terima jika Ayumi membawa nama Jastin diperdebatan mereka, itu membuat Natalie melirik sinis gadis dengan rambut sebahu itu. "Please deh, tadi bahas Alan kok sekarang jadi Kak Jastin?" sindirnya tak terima. Selin melihat perdebatan itu hanya menggaruk kepalanya yang memang cukup gatal karena beberapa minggu tak keramas. Sambil meminkan ponsel di tangannya, Selin tenang-tenang saja melihat Ayumi dan Natalie seperti itu. Toh, pikirnya mereka nanti akan rukun kembali. "Bodo amat! Lo juga bawa-bawa Surya gue!" kesalnya, menjulurkan lidahnya mengejek Natalie. "Lagian kenapa juga suka sama cowok macem tembok gitu." "Kok lo sewot sih?!" Natalie baru akan berdiri dan menghampiri Ayumi kalau saja Mila tak berdeham dan menyuruhnya untuk menatap ke sekeliling ruang kelas. Hampir seluruh siswa memang memperhatikan mereka berdua. Karena tak mau menanggung malu, akhirnya Natalie duduk dengan terpaksa. Dia masih dongkol pada Ayumi. Jujur saja, Natalie tak suka pada siapapun yang menjelek-jelekan Jastin. Ya, memang agak berlebihan tapi itu memang fakta. Kak Jastin adalah kakak kelas yang selalu Natalie damba sejak dia masuk SMA ini. Singkat cerita, saat itu Natalie adalah murid baru yang tidak tahu dimana letak toilet, perpustakaan, ruang guru dan tempat-tempat lainnya. Saat dia hendak pergi ke perpustakaan untuk mengambil buku yang disuruh oleh guru, tanpa sengaja ia bertemu dengan Jastin. Dan, saat itu Jastin yang kemungkinan melihat ekspresi kebingungan di wajah Natalie langsung bertanya dan saat Natalie sudah menjelaskan, ia pikir Jastin akan pergi begitu saja. Tapi seperti sebuah keajaiban, Jastin justru mengantarkannya sampai ke depan perpustakaan. Dan sejak saat itu, Natalie mulai merasa ada yang aneh dengan perasaannya. Setiap kali dia bertemu dengan Jastin, dia merasa ada yang aneh. Jantungnya memompa darah lebih cepat dari biasanya, tapi Arterinya juga terasa tersumbat saat itu juga. Mungkin bisa dibilang, Natalie suka bagaimana Jastin menjadi dirinya. Sifatnya yang pendiam, dingin, cuek dan kata murid-murid sini, dia adalah salah satu bad boy di sekolah ini. Mendengar cerita itu, seakan Natalie ingin kisah cintanya seperti genre fiksi remaja kebanyakan. Gadis biasa yang dicintai oleh most wanted bad boy sekolah. Satu hal lagi yang membuat Natalie terus berharap agar bisa mempunyai kisah seperti cerita fiksi remaja kebanyakan. Yakni dengan fakta bahwa cowok itu selalu sendirian. Maksud Natalie, dia tak pernah terlihat bergandengan dengan lawan jenis, atau bahkan dengan temannya. Dia hanya sering menghabiskan waktu sendiri dengan bermain basket, ataupun entahlah, karena Natalie tak tau banyak. Yang jelas, suatu saat nanti ia harus punya keberanian sekadar untuk menanyakan apa warna favoritnya. Suara hak sepatu mengetuk-ketuk lantai pualam membuat semua murid lantas menegakan duduknya, bersiap pada alat tempur di atas meja dan menyambut sapaan dari guru yang masuk ke kelas dengan gaya nyentrik yang tak pernah lepas. *** Jangan lupa masukan ke library ya guys?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD