EPISODE || Gelenyar di kantin

2202 Words
Di kantin sekolah, saat semua murid sedang mengisi perut mereka... "Guys!  Gue mau ngomong nih!" seru Ayumi tiba-tiba, membuat ketiga sahabatnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Mila, Selin dan termasuk Natalie menoleh ke arahnya dengan ekspresi yang berbeda-beda.  "Ngomong tinggal ngomong kek, pakai acara deklarasi dulu," sewot Selin.  Ayumi melirik tidak suka. Mengabaikan selin dan mulai mengatakan sesuatu, "Mungkin ini agak sensitif, tapi sejak semalam gue habis nonton film tentang hal-hal Gituan sekarang gue bisa membedakan cewek yang bener-bener masih tersegel sama yang udah buka segelnya!"  Mila, Natalie dan Selin mengeryit. Pembicaraan macam apa yang baru saja dibuka oleh gadis dengan rambut seleher itu. Mata bulatnya mengisyaratkan bahw Ayumi terlihat sangat antusias dengan topik yang dia comot secara tiba-tiba. Berbeda dengan ketiga lainnya. Mereka tampak tidak antusias justru merasa aneh meskipun sudah tahu bahwa Ayumi ini gadis seperti apa. Jelas sekali, Ayumi ini gadis yang otaknya hanya dipenuhi oleh hal-hal sensitif. Dia sangat suka mempelajari sistem reproduksi bahkan dia sampai hafal betul tentang pelajaran itu. Ketertarikan yang cukup aneh.  "Terus, apa untungnya buat kita tahu soal itu, ha?" Selin kembali membalas. Dia sesekali menyantap mie yang dipesannya.  "Ya ... ya buat wawasan aja. Sekaligus bisa buat pembahasan kalau pas kita gabut, 'kan? Siapa tahu ada temen cewek kita lewat nah, pas tuh kita bisa----" "Apaan sih, lo. Udah deh jangan bahas gituan. Ini masih di area sekolahan!" tegur Natalie. Dia cukup tidak suka ketika hal seperti itu dibahas ketika mereka makan, Bukankah sedikit, menjijikan? Ayumi adalah salah satu sahabat Natalie--gadis yang akan diceritakan di kisah ini. Kapasitas otak Ayumi memang bagus, hanya saja otaknya dipenuhi oleh hal-hal berbau konten dewasa jangan lupakan pula mulutnya yang ceplas-ceplos. Entah, mungkin di dunia ini tak ada gadis lain sepetinya. Tapi sepertinya tidak juga, karena pasangan Ayumi adalah Selin. Dia juga sahabat Natalie. Ayumi dan Selin punya otak yang sama. Di otak mereka hanyalah hal aneh-aneh yang dipikirkan.  Mungkin pepatah ini benar, jangan menilai seseorang dari luarnya. Ya, pepatah itu berlaku untuk Ayumi dan Selin. Sejauh ini, walaupun mereka memang cukup kotor pikirannya. Tapi mereka baik, ramah, dan sangat Bestfriendable. Tak heran, jika Selin dan Ayumi mudah akrab dengan siapapun. Tapi Selin, orangnya agak sensitif. Untuk menunjukan betapa sensitifnya dia, coba beri kritikan pada gerakan rambut panjangnya. Dia akan mengoceh bagai petasan gantung. Semua tau, dia membutuhkan waktu lama untuk merapikan rambutnya itu. Dan Natalie Elf, adalah siswi kelas XI IPA yang beberapa bulan lagi akan berusia 18 tahun. Dia sudah melewati masa Sweet seventeennya dengan cukup indah. Selama sekolah di SMA ini Natalie tak pernah menorehkan sesuatu yang berkesan. Dia tidak cukup pandai, baik di bidang apapun. Terlebih itu musik. Jangan harap karena Natalie hanya bisa berteriak saja.  Oleh sebab itu, ia bukan siswi yang terkenal di SMA ini. Tapi, cukup banyak yang mengenalnya sebagai salah satu siswi tercantik di SMA ini. Ia memang biasa saja, tetapi Natalie adalah salah satu murid yang  ramah, baik dan jangan lupakan kecantikan dan wajah imutnya yang mampu memikat lawan jenis. Tidak hanya satu-dua orang saja yang mengakatakn bahwa Natalie cantik. Predikat itu sudah melekat sejak dia masuk sekolah SMA. Sudah cukup sering Natalie mendengar kalimat itu. Dan, hal itu patut untuk Natalie syukuri dengan terus merawat diri.  Natalie dan dua lainnya menatap Ayumi malas. Ayumi memang gadis yang paling absurd di antara dirinya, Selin dan Mila. Dapat dikatakan jika otak Ayumi yang paling gesrek. Harusnya, gadis itu sedikit malu, minimal jika tidak malu pada sahabatnya, malu-lah pada murid lain yang juga sedang menyantap makanan mereka. "Tapi guys, bukannya ilmu gue itu penting banget? Nggak banyak kan orang yang  bisa ngelakuin itu?" Selin sepertinya tidak bisa terima, lantas berdiri menyuarakan protesnya. "Ya, elah! Gue juga bisa bedain kali!"  Ayumi mencibir, mendongak dengan tatapan tidak suka. Alisnya terangkat satu, seolah menantang, dagunya terangkat. "Coba sebutin ciri-cirinya! Gue bakal akuin kekalahan gue kalau lo bener-bener bisa!"  Sebenarnya, Natalie dan Mila tidak paham apa yang sedang Ayumi dan Selin bicarakan. Mereka terus membahas hal seperti itu. Hampir setiap hari.  "Dari pada ributin gituan, mending habisin makanan kalian. Sebentar lagi masuk kelas." Mila kali ini ikut menyahut.  "Diem dulu deh!" tegur Ayumi.  Alhasil Mila mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Mengalah dari Ayumi. Natalie tersenyum, bermaskud agar Mila tidak perlu mngambil hati omongan Ayumi. Natalie dan Mila harus mencoba untuk tidak muak pada dua sahabat mereka itu. Mereka berdua yang cukup waras dari Ayumi dan Selin hanya menggeleng karena tingkah Ayumi. Sepertinya urat malu Ayumi dan Selin memang sudah putus. Sangat berbeda dengan Mila, gadis itu memang lebih pendiam dari yang lain. Lebih jutek, juga misterius. Mila adalah kontra dari Selin dan Ayumi. Mila tidak suka pada pembahasan yang selalu mereka bahas karena ujung-ujungnya akan membahas tentang sesuatu yang sensitif seperti yang baru saja mereka bahas. Ya, meski Mila paham, usia mereka berada pada masa di mana ingin tau tentang hal seperti itu. Terlalu misteriusnya Mila, hingga Natalie, Selin, dan Ayumi belum pernah ke rumah gadis itu. Mungkin karena Mila adalah murid pindahan dari Jepang. Mereka baru berteman beberapa bulan lalu. Dulu, Ayumi sempat ingin mampir ke rumah Mila, tapi gadis itu selaku beralasan agar Ayumi tidak datang ke rumahnya.  "Rumah gue lagi dibenerin atapnya, lain kali aja, ya?" "Gak ada bibi di rumah, dia lagi ngambil cuti. Gue juga gak bisa masak buat kalian." Atau seperti ... "Minggu depan aja gimana? Gue ada les musik." Minggu depannya ..., "Maaf ya guys, gue lagi sakit kepala. Lagi pengen tidur." Sangat misterius. Sehingga ketiga temannya pun tidak pernah tahu di mana sebenarnya Mila tinggal. Bayangkan, mereka sudah berteman cukup lama tapi tidak tahu alamat rumah Mila. Selain itu, saat kerja kelompok, Mila tidak pernah mau rumahnya dijadikan sebagai tempat berkumpul. Pokoknya, dia punya banyak alasan agar temannya tidak datang ke rumahnya. Ada satu hal lagi yang membuat Mila terkesan misterius dan juga sangat menutup diri. Ketika diajak berfoto bersama, dia selalu menolak. Lebih tepatnya, akhir-akhir ini dia terlalu banyak beralasan. Dulu, dia masih menolak dengan wajar. Mengatakan bahwa dirinya malu. Akhir-akhir ini, Mila bahkan tidak segan membentak Ayumi yang sering mengajaknya berfoto. Ayumi tak suka saat Mila menolak ajakan mereka, dan selalu menanggapinya dengan tak santai. Oleh karena itu, mereka berdua sering bertengkar dan berdebat. Sementara Natalie, hanya berusaha memahami Mila. Barangkali, dia hanya ingin menjaga privasinya. Pada dasarnya setiap orang berbeda-beda-kan, ada yang suka mengekspos tentang dirinya dan ada yang tidak. Selin mengangkat dagunya dan mulai menjelaskan dengan jari tangan yang menghitung. "Pertama, orang yang udah nggak rapet pasti udah punya anak. Kedua, udah punya suami. Ke---" Belum sempat Selin melanjutkan perkataannya, Ayumi lebih dulu memotongnya. Mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Apaan! Ya iyalah kalau itu emang fakta, goblok!" kesal Ayumi karena merasa tertipu. Sebenarnya bukan seperti itu, hanya saja penjelasan Selin tidak seperti yang dia maksud.  Tingkah Ayumi dan Selin membuat Natalie terkekeh. Tapi sepertinya, kekehannya itu membuat seseorang di sudut kantin tak berhenti memandanginya. Ia memang bukanlah gadis most wanted di sekolahan ini. Ia hanya Natalie Elf, murid biasa yang kata siswa lain memiliki paras ayu yang katanya juga bisa memikat hati para murid laki-laki. Terutama Alan Winiard--laki-laki yang duduk di sudut kantin itu adalah murid yang juga satu kelas dengannya. Cowok anggota osis itu, terus mengejar cintanya. Padahal, Natalie dengan terang-terangan menjauh. Dia selalu menolak barang-barang yang Alan berikan, entah itu bunga, buku, pakaian dan juga sesuatu yang berkilap seperti cincin, gelang dan kalung. Jujur, diberi benda-benda seperti itu setiap hari membuat Natalie merasa risih.  "Terus, lo mau yang gimana?" Selin memutar bola matanya malas. Dia akhirnya duduk. Ayumi berdecak tak suka. "Maksud gue, bukan emak-emak yang udah bersuami dan punya anak. Maksud gue GADIS!" jelasnya dengan amat penuh kekesalan. Jika dilihat-lihat, Ayumi seperti seorang guru Matematika, menjelaskan pada muridnya yang sama sekali tidak paham. "Ya elo nggak bilang gitu, Nyet!" protes Selin. Dia menyeruput kuah mie miliknya dengan santai.  Ayumi mendengus kesal. Sesaat gadis itu senyum-senyum sendiri seperti orang gila. "Kalau gitu gue menang dong? Nggak perlu mengakui kekalahan, 'kan?" Natalie yang melihat itu hanya bisa tersenyum tipis, ya dia harus bisa memaklumi otak Ayumi yang kemungkinan agak miring. "Weeh! Siapa juga yang taruhan! Perasaan gak ada, kan Mil, Nat?" Selin menarik turunkan alisnya pada Mila dan Natalie, seolah meminta persetujuan dua gadis itu Ya, Natalie rasa perkataan Selin memang ada benarnya. Dia mengatakan faktanya ketimbang Ayumi yang ... mungkin memang mengatakan hal yang sama tapi bagi Natalie itu terlalu kedengaran seperti .... "Udah ah! Males gue!" kesal Ayumi karena merasa dipermainkan. Natalie terkekeh mendengarnya, terlebih Selin. Mereka berdua memang senang menertawakan Ayumi. Sementara itu, Mila hanya diam di tempatnya, dia hanya terus mengaduk makanan yang dia pesan. "Tapi kalian tau gak apa maksud gue ngomong gitu?!" Ayumi bertanya, nada suaranya masih kesal. Selin dan Natalie kompak menggeleng. "Kalian mau tau?" Ayumi sudah serius dengan apa yang akan dia bahas. Sepertinya, dia mendapat gosip terbaru. "Nggak." Selin menjawab cepat. Dia terkekeh kemudian. Disambut kekehan juga oleh Natalie. "Kurang ajar lo! Dendam apa sih lo sama gue Sel?!" kesal Ayumi lagi, memelotot ke arah gadis itu. "Sabar ya Bambang!" komentar Natalie di tengah kekesalan Ayumi. Tapi tenang saja, walaupun Ayumi memang terlihat bar-bar dan terlalu sering marah, sebenarnya gadis itu baik. Walaupun diejek berulang kali pun, dia tak akan benar-benar marah. Gadis itu memanyunkan bibirnya. Rasanya, senang sekali melihat Ayumi dalam mode kesal. Ekspresinya terlihat semakin lucu. Segera, Natalie mengambil ponsel miliknya dan di momen itu dia langsung membidik wajah Ayumi yang terlihat kesal. Setelah berhasil, dengan iseng dia menunjukannnya pada Ayumi. "Astaga! Lo kurang asem banget sih Nat!" kesal Ayumi. Dia terlihat ingin menangis. Sementara Natalie dan Selin semakin tertawa keras. "Beneran seneng gue marah ya kalian?!" tukas Ayumi. "Kayak bisa aja lo. Lo koar-koar, hahaha." Selin tertawa lagi. Itu semakin membuat Ayumi kesal. Hari ini, sepertinya objek bulian memang dirinya. Segera, Ayumi melempar Selin dengan kerupuk yang ada di depannya dan berhasil mengenai hidung gadis itu. Tak mau kalah, Selin juga melakukan hal serupa. Hingga kerupuk di depan mereka dijadikan mainan oleh dua orang itu. Mila yang memperhatikan ditempatnya berdecak tak suka. "Bisa diam nggak?!" ketus Mila. Bahkan dia menatap tajam Ayumi dan Selin. Bukannya langsung diam, Selin dan Ayumi justru saling pandang dan keduanya kompak menampilkan deretan gigi mereka. Selin dan Ayumi memang selalu mengabaikan apa yang keluar dari mulut Mila. "Udah sih jangan marah-marah." Ayumi meletakan kerupuk di tempat semula.  "Iya, udah muka tegang ditambah sering marah makin tegang, tau gak Mil." Selin ikut menimpali perkataan Ayumi barusan. "Berisik!" sahut Mila tak suka. "Sabar," ujar Natalie, mencoba menengahi. Dia tak mau perkelahian justru terbit di kantin ini. "Mending sekarang kita habisin makanannya. Jangan ada yang bercanda lagi." Mereka semua mengiyakan yang Natalie katakan dan mulai fokus dengan makanan mereka. Namun, tepat saat Natalie yang baru saja akan meraih botol saus yang berada di tengah meja dia justru merasakan sesuatu seakan bermain di bagian pangkal paha miliknya. Hingga Natalie bergerak gelisah dan segera duduk kembali seperti semua ketika dia berhasil mengambil botol saos tersebut. Natalie mendesis pelan, sesuatu aneh yang bergerak di bagian pangkal pahanya terasa terus bergerak dan menjadi-jadi. Refleks Natalie melebarkan kedua kakinya dengan gerakan abstrak. Dia terus berusaha menghilangkan rasa di pangkal pahanya.  Sementara itu, Mila dan Selin yang duduk dekat dengannya, merasa aneh dengan gerak-gerik Natalie.  "Nat, kenapa?" Mila bertanya.  Ayumi jadi memfokuskan perhatiannya pada Natalie. "Lo kenapa Nat?" Natalie yang tak tau hanya mengendikan bahunya. Dia tak tau bagaimana menjelaskannya. "Kenapa sih?" Kali ini Selin mencoba bertanya ketika Natalie tengah mengigit bibir bawahnya dengan mata yang menatap ketiga temannya. "Gak pa-pa, cuma gue gak gau kenapa di bagian bahwa gue kek ada yang gerak-gerak gitu. Agak geli," jawab Natalie dengan malu-malu. Dan apa yang Natalie duga  benar, penuturannya barusan mendapat gelak tawa dari Selin maupun Ayumi. Dua orang itu selalu saja tidak pernah serius. Entah kapan mereka dapat serius menanggapi sesuatu. Mila berdecak, dan menatap tak suka pada dua gadis itu. "Bisa gak, diam sebentar? Kalian kalau cuma mau bercanda jangan disutuasi kek gini!" ketus Mila lagi-lagi. Dan itu mampu membuat Ayumi dan Selin terdiam. Aura Mila benar-benar menakutkan, bahkan Natalie juga takut melihatnya. "Anjir, paling semut," cicit Ayumi, masih saja bisa berkomentar. Natalie melirik Ayumi tak suka. Kenapa dia malah berpikir seperti itu? Apa yang Ayumi bilang tentu tidak benar. Natalie selalu menjaga kebersihan tubuhnya. Jadi, tidak mungkin seekor semut bisa bersarang di bagian berharga miliknya. Jangan samakan pula Natalie dan Ayumi yang sehari saja kemungkinan hanya mandi satu kali. "Nat, coba lo ke toilet dulu," saran Mila. Dia merasa kasihan pada Natalie yang terus bergerak gelisah. Saran Mila itu diangguki oleh Natalie. Dia lantas bangkit dan melangkah menuju toilet. "Nanti kita susul ke toilet Nat!" teriak Ayumi saat Natalie mulai menjauh. Arah menuju toilet sama dengan arah kantin menuju kelas mereka. Selin geleng kepala. "Ada-ada aja tuh anak," celetuknya. Lalu menyuapi dirinya dengan satu sendok nasi goreng yang dia curi dari milik Ayumi. Karena kesal, Ayumi mengeplak tangan Selin. "Enak aja main comot-comot! Makanya kalau suka Nasi goreng jangan beli mie!" protesnya, disambut kekehan oleh Selin. Mila? Gadis itu tak berekspresi sama sekali. Dia sudah jengah menghadapi Ayumi dan Selin. *** Jadi guys, ini cerita fantasi yang sangat berbeda dari cerita lainnya. kalau kalian pikir cerita ini bakal kayak cerita VampirxSerigala atau cerita time travel atau alien or something like that! Kalian salah besar. Untuk tau ini cerita apa, mending baca sampai endingnya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD