Cemburuan

1314 Words
Aku melihat ponselnya dan ada pesan dari Caroline, dia mengatakan jam delapan nanti dia akan datang ke sini. Ini masih jam 6, biarkan saja Chaing He tidur satu jam dulu. Aku langsung pergi ke ruang tamu berniat memakan camilanku lagi, tapi saat aku sampai di depan TV tidak ada lagi, bibi pasti membersihkannya. Aku membuka kulkas untuk mengambilnya. Sambil makan, aku memperhatikan baju mana yang akan aku pakai, setidaknya baju yang terbuka. Walau memakainya risi, tapi aku harus memakainya. Setelah mencari beberapa lama dan mencocokkannya akhirnya aku menemukan baju itu. Baju merah dengan tali satu, dan belakangnya terbuka sampai setengah badan. Pas dengan tubuh, saat aku mencobanya serasa seperti aku w************n yang menjual diriku. Tapi aku harus memakai ini agar orang tuanya Caroline percaya. Sudah jam enam waktunya membangunkan Chaing He. Aku menarik selimutnya dan menggoyang tubuhnya, memanggilnya namanya tapi dia tetap tidak mau bangun. Kukecup pipinya dan dia tidak mau bangun sama sekali, aku melemparnya pakai bantal dan dia malah menukar posisi tidurnya ke arah sebelah. Karena kesal aku menimpanya dan dia menjatuhkanku. Aku memegang miliknya, dan dia cuma menepis tanganku. Bagaimana cara membangunkan anak yang satu ini. Jika dia terlambat bangun, rencananya bisa terlambat. Aku melakukan aksi pada miliknya, membuatnya membuka mata seketika, lalu melihatku dan tidur lagi. “Bangun, kamu harus mandi, Caroline sebentar lagi datang,” ucapku memukul badannya tapi tetap saja dia tidak mau datang. Aku mengelus dengan lembut, sambil memainkan dadanya yang bidang, dia tersenyum dan aku memukul pipinya pelan. Ternyata dia dari tadi sudah bangun, dan dia hanya mau mempermainkanku saja. “Bersyukurlah kamu lagi datang bulan, selesai itu aku akan memakanmu,” ucapnya langsung pergi ke kamar mandi. Oh iya, aku kan lagi datang. Bagaimana cara dia menyentuhku? Dia tidak mungkin melakukan hal itu bukan? Akan sangat menjijikkan jika itu sampai terjadi, dan pasti aku akan membunuhnya. Selesai dia mandi, aku masih merapikan diriku, tak lupa dia juga mengecek ponselnya menanyakan bagaimana selanjutnya yang akan terjadi. Aku tetap merias diriku sampai jam menunjukkan pukul tujuh. “Satu jam lagi Caroline datang, kamu uda siap?” tanyaku dan dia mengangguk, aku harus menanyakan hal ini, bagaimana cara dia nanti menyentuhku dan aku juga tidak ingin mukaku sampai terlihat. “Aku sedang datang bulan, apa yang akan kamu lakukan nanti? Satu lagi aku tidak ingin wajahku terlihat,” ucapku. Dia hanya diam dan tersenyum sesaat melihatku, aku menelan ludahku apa lagi yang akan dipikirkannya? Dia berjalan semakin dekat, dan aku diam pada posisiku. “Aku tidak akan menyentuhmu, kita hanya perlu telanjang d**a dan ditutupi selimut. Aku hanya perlu menciummu dan mungkin aku akan menggerakkan pinggulku walau aku tidak memasukkannya sama sekali, kamu bisa memakai topeng jika tidak ingin terlihat,” ucapnya. Jawabannya begitu mudah, dia kira melakukan hal seperti itu gampang? Jika dia benar-benar tidak kebawa nafsu bagaimana cara dia melakukan hal itu seperti itu tanpa undangan menggairah dari tubuh. Aku melibatnya dan dia tersenyum. “Di mana Caroline sekarang?” tanyaku dan dia mengecek ponselnya. “Dia masih di rumah, sebentar lagi dia akan datang. Katanya kamu sudah bisa pergi ke hotel, aku batu saja mengirim lokasinya ke kamu,” ucapnya dan aku membuka ponselku. “Tidak, kalian nanti akan berdua. Biarkan aku di sini, dan kita berangkat sama,” ucapku langsung duduk dan dia hanya diam saja. Dia sangat tampan hari ini, kemeja merah dengan jas hitam dan dasi kupu-kupu berwarna merah. Celananya yang tampak licin, dan sepatunya yang sangat bersih. Gayanya melihat jam tangan. Dia memang cocok disebut CEO, aku kira aku tidak bakal menjumpai orang seperti dia. Dan berpikir orang seperti itu hanyalah di novel saja, bukan di dunia nyata. Aku menatapnya dalam, dan rasanya aku tidak menyangka. Suda bertahun-tahun aku di sini menjadi simpanannya. Dia masih memperlakukan dengan baik, dan membuat rasa cintaku padanya semakin mendalam, lenyap sudah kebencian yang aku tanamkan dulu pada dirinya. Seketika dia melihatku dan aku mengalihkan pandanganku. “Caroline, sudah sampai,” ucapnya dan aku langsung mengambil tasku. “Ayo pergi.” Dia memberikan tangannya untuk aku gandeng, dengan cepat aku merangkulnya dan tersenyum padanya. Sesampainya di luar Caroline dan pasangannya memberi tepuk tangan pada kami. “Yang mau jalan aku sama Chaing He, tapi kalian yang terlihat romantis,” ucapnya dan aku tersenyum malu. “Baiklah saatnya kita pergi, Affry kamu sama Naoki dan aku sama Chaing He. Naoki kamu antar Affry ke hotel yang tadi, ingat jangan menggodanya,” ucap Caroline dan aku melihat Chaing He. “Pergilah, aku akan membunuh dia jika berani menggodamu,” jawabnya. “Cukup mengerikan, baiklah ayo kita pergi,” ucap Naoki membukakan pintu mobil buatku, lagi-lagi aku melihat Chaing He. Apa dia membiarkan aku pergi dengan pria lain? Terus dengan seenaknya dia pergi dengan wanita lain. Aku masuk ke mobil, dan Naoki langsung menjalankan mobil dulu sebelum mobil Chaing He berangkat. Selama perjalanan kami memang diam, tapi semuanya sirna saat ada hewan yang mengganggu pemandangan Naoki. “Kamu tidak apa?” tanyaku dan dia menganggukkan kepalanya. “Sudah berapa lama kamu bersamanya?” tanyanya dan aku diam, aku tidak jelas uda berapa tahun aku bersama dia. Dua atau tiga aku tidak ingat sama sekali. “Mungkin dua atau tiga tahun,” jawabku dan dia Cuma tersenyum saja, apa dia pria yang dingin juga sama seperti Chaing He? “Kalau kamu, sudah berapa lama bersama Caroline?” tanyaku dan dia melihatku lalu sedikit tertawa. Apa yang lucu dari pertanyaanku sehingga dia tertawa seperti itu. “Aku dan dia sudah saling mengenal sejak kecil, dan kami sudah berhubungan selama sepuluh tahun.” Sepuluh tahun? Itu sangat lama, kenapa orang tuanya bisa menjodohkan Caroline ya? Pasti ada suatu alasan yang tidak boleh aku ketahu, lagian itu juga bukan urusanku. Aku tidak boleh terlalu mencampuri urusan orang lain, aku melihat ke belakang, dan mobil mereka masih mengikuti kami dari belakang. “Apa kamu siap melakukan ini?” tanyanya lagi dan aku diam. Jujur sebenarnya aku sangat takut, tapi aku lebih takut jika aku kehilangan orang yang aku cintai, aku harus tetap mempertahankannya. “Tidak apa kok, aku kuat,” jawabku sedikit percaya diri. Beberapa menit kemudian kami sampai, di hotel yang dituju. Chaing He turun dari mobilnya dan merangkul Caroline. Pasti banyak mata-mata di sini. Enak rangkul cewek lain di depanku, tanpa rasa bersalah lagi. Aku pun merangkul Naoki pas melewati dia. Kubuang mukaku dan dia tampak kesal, Naoki tersenyum dan baru kali ini dia tersenyum di depanku. Aku tahu kenapa Caroline menyukainya. Bukan hanya karena teman lama tapi karena kebaikannya juga. Ketampanannya dan tak lupa senyum manisnya pula. Beda dengan Chaing He, kadang bersikap sok keren kadang seperti laki-laki b******k. Kami tepat berdiri di depan kamar, sedangkan Caroline dan Chaing He makan malam terlebih dahulu bersama keluarganya. Aku masuk dan Naoki menemaniku di dalam. Dia menjaga jarak dan tak tergoda sama sekali dengan pakaianku, beberapa saat kemudian mereka berdua datang. Chaing He langsung melihatku dan Naoki. Matanya sangat tajam, pasti dia memikirkan hal aneh. “Sebentar lagi orang tuaku datang ke sini untuk melihat-lihat kamu sembunyi dulu Affry dan kamu Naoki cepat pergi dari sini.” Sesuai permintaannya aku sembunyi di kamar mandi, sedangkan Naoki keluar. Tak lama kemudian betul saja orang tuanya datang, mereka berbincang cukup lama dan membuatku sedikit bosan. “Ayo kita keluar dulu Ma, Pa,” ucap Caroline dan entah mengapa rasanya aku menjadi lega. Aku mengintip mereka dari sela-sela pintu. Orang tuanya masih menolak untuk pergi padahal aku suda mau mati rasa. Setelah dibujuk mereka akhirnya pergi, aku akhirnya bisa keluar. Chaing He menatapku tajam dan aku hanya bisa tersenyum. Dia pasti akan memarahiku karena berduaan dengan laki-laki lain. “Kenapa dia harus masuk juga?” tanyanya memojokkan aku ke dinding. Aku sedikit gugup. Aku harus menjawab apa agar dia tidak marah. “Tadi itu, dia hanya menemani aku kok. Aku tidak bohong, dia tidak ada menyentuhku sedikit pun.” Dia mengangkat alisnya dan tersenyum seperti akan membunuhku. Kali ini aku pasti akan dimakannya sampai habis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD