Ada tangis, ada tawa, dan di antaranya lahirlah semesta kecil yang memeluk kami dengan tangan-tangan mungil mereka. *** Sofi masih terengah. Napasnya berat, kakinya kebas, kelopak matanya memaksa menutup. Rasa lega belum ia dapat sepenuhnya saat lengan Eldra lebih erat merengkuhnya, nyaris membuat napas Sofi kian sesak. Eldra menangis—bukan sekedar menitikkan air mata, namun suara sesenggukannya tajam menyapa pendengaran mereka di ruangan kecil tersebut. Bahunya berguncang, wajahnya tertanam di pundak Sofi yang basah oleh keringat dan air mata. “Bubbie …” lirih Sofi. Ia mengangkat tangan lemasnya, mencoba menepuk-nepuk lembut lengan Eldra. Namun tak banyak tenaga yang tersisa. Bahkan napasnya saja masih belum kembali normal. Kane yang masih sibuk melirik pasangan itu sejenak, terseny