It wasn’t just a birth. It was the moment time paused, pain turned sacred, and love split itself into two new souls. *** Begitu Eldra keluar untuk menerima telepon dari Dirga, Tara—sang bidan senior—mendekati ujung ranjang bersalin. “Bunda, saya cek dulu ya bukaan jalan lahirnya?” ujarnya santun. Sofi mengangguk pelan. Ia menggenggam jemari Lian yang menemaninya. Wajahnya teramat lelah, namun sorot matanya tetap bersemangat meski napasnya sesekali tersengal kala menahan sensasi nyeri yang datang dan pergi. “Relax, ya Bund. Saya usahakan senyaman mungkin,” ujar Tara lagi sembari mengenakan sarung tangan medis. “Tarik napas yang dalam, Bund.” Sofi menurut. Genggamannya di jemari Lian menguat karena takut. Sementara Lian menepuk-nepuk lembut punggung tangan Sofi dengan tangannya yang beb