“Cara makan lo nggak banget sih? Muka lo juga nggak banget untuk dilihat.”
“...”
“Ah, jadi nggak selera makan gue lihat lo.
Gue mau cabut.”
“T-Terus? Batagornya nggak jadi beli ya, Kak?” tanya Kyra masih baik kepada Aldo meskipun cowok itu menghinanya.
“Nggak.”
“Kenapa?”
“Gue udah mual nggak mood makan gara-gara liat muka lo itu!”
Deg!
Sebuah kalimat dari Aldo mampu membuat Kyra insecure kembali. Ia yang tadinya sudah dapat berkompromi dengan dirinya sendiri untuk tidak lagi membandingkan dirinya dengan orang lain serta insecure, kini mulai kembali memulai masa-masa sulitnya lagi karena ucapan yang keluar dari dalam mulut Aldo yang menyadarkannya tentang betapa tidak berharganya dirinya di mata orang banyak.
Kyra tahu bahwa ia tak secantik yang lainnya. Kyra juga sadar bahwa ia tak se-good looking para siswi yang bersekolah di SMA tersebut. Ia sadar bahwa ia hanya remahan Rengginang biasa. Yang mudah rapuh jika ditekan walaupun pelan.
“Rawat kek udah gue bilang juga, mana ada yang mau sama lo selain gue? Kalau nggak karena taruhan aja gue nggak bakal mau sama lo! Dasar jelek!” sentak Aldo yang mengeluarkan kata-kata sarkasnya di depan Kyra dan banyak orang di sana.
Ya, perkataan Aldo masih terngiang di dalam benak Kyra.
Kata-kata yang menusuk, perlakuan yang tak mengenakkan, serta sifatnya yang suka berubah-ubah membuat Kyra menambah beban pikiran di dalam isi kepalanya karena Aldo.
Sebenarnya Kyra memang juga sudah sadar diri kalau ia tak secantik wanita yang lain. Namun apakah Aldo tidak memikirkan perasaannya dan seluruh perbuatan baik yang sudah Kyra lakukan untuknya?
Jika memang Kyra tidak secantik yang lainnya, seharusnya Aldo memendam saja apa yang ingin ia katakan bukan? Demi menjaga hati dan perasaan seorang Kyra agar tidak menjadi beban pikiran untuk gadis itu insecure karena teman-temannya yang memang terlihat lebih good looking dibandingkan dengan dirinya.
Sekarang, Kyra sedang duduk di bangku kelasnya.
Waktu jam istirahat sudah selesai yang meminta seluruh siswa dan siswi untuk memasuki kelas mereka sesegera mungkin.
Pelajaran bahasa Indonesia telah selesai berganti dengan pelajaran matematika. Puji syukur kepada Tuhan pelajaran matematika hari ini adalah jam kosong karena guru yang mengajar matematika hari ini berhalangan masuk dikarenakan sakit.
Terlebih lagi guru matematika tersebut tidak memberikan anak-anaknya tugas melalui perantara guru yang lainnya ataupun ia sendiri yang berinisiatif mengirimkan pesan teks kepada ketua kelas untuk mengerjakan soal matematika.
Sebenarnya bukan hanya guru matematika di kelas Kyra saja yang tidak mengajar melainkan guru-guru yang lainnya pun sama seperti itu. Mereka dipanggil kepala sekolah untuk rapat seluruh mata pelajaran yang menyebabkan beberapa siswa dan siswi baik kelas sepuluh, sebelas, dan dua belas bebas berkeliaran dimana-mana.
Ada yang berkumpul di lapangan dengan geng mereka, ada yang sedang bermain basket ataupun futsal, dan tentu juga ada yang sedang bermain video musik yang sedang hits pada zaman sekarang ini.
Mereka berekspresi dengan gaya dan cara mereka tersendiri. Kantin juga yang tadinya sepi karena para siswa dan siswi sudah masuk ke kelas kini kembali ramai dengan para murid yang memang tidak kenyang-kenyang meskipun sudah makan banyak saat jam istirahat tadi.
Karena kelas Kyra sedang jam kosong dan tak ada guru yang mengisi kelas tersebut, anak-anak mulai melakukan apa yang mereka inginkan.
Ada yang tidur, membaca novel, bermain game, makan, dan kegiatan random lainnya.
Sementara Kyra, ia terlihat seperti anak ambis dengan mempelajari pelajaran yang ada di dalam bukunya membuat beberapa siswi yang memang mempunyai sifat iri dan dengki di dalam lubuk hatinya tak suka melihat Kyra yang ingin belajar menjadi anak ambisius agar mendapatkan nilai yang memuaskan.
“Kyra!” ujar siswi kelasnya tersebut.
Kyra yang sedang membaca buku pelajaran tersebut membenarkan kaca matanya dan melihat siswi tersebut.
“Iya? Ada apa ya?”
“Lo ngapain?”
“Aku?” Kyra malah balik bertanya dengan polosnya.
“Iyalah, lo! Siapa lagi kalau bukan lo?”
“Oh... Aku lagi baca buku.”
“Nggak usah sok jadi anak ambis deh lo Kyra!”
“...”
“Muka belum benar aja sok-sok jadi anak ambis!”
Deg!
“Benerin dulu tuh penampilan lo! Nggak banget tahu dilihat orang-orang. Mana sok jadi pacarnya Kak Aldo lagi.”
“...”
“Paling sebentar lagi lo juga putus sama dia, hahaha. Udah ketara sih perlakuan dia sama lo aja kayak gitu.”
“Ya wajar ya dia memperlakukan lo kayak di kantin tadi. Lo tahu kan karena apa?”
“...”
“Ya karena lo itu cuma jadi b***k dan pembantunya Kak Aldo aja! Makanya dia memperlakukan lo nggak baik kayak gitu. Eh, salah deng ada yang kurang,” siswi tersebut mendekat dan membisiki kata-kata yang menyakitkan tepat di depan telinga Kyra, “lo juga kan' mainannya Kak Aldo.”
“...”
“Hati-hati loh, Kyra. Nanti lo bisa dibuang kapan aja. Duh, kasihan ya?”
“...”
“Gue ngomong begini karena untuk reminder aja ya untuk diri lo bukan karena apa-apa loh ya. Ya meskipun memang pada dasarnya gue nggak suka sama lo dari dulu karena penampilan lo yang nggak banget itu!”
Hening.
“Culun dan cupu!” tukasnya lalu pergi meninggalkan Kyra di sana.
Kyra hanya bisa menelan salivanya yang kasar dan mencoba menetralkan hatinya dan pikirannya agar tidak terbawa ke dalam emosi dan perasaan yang menurut Kyra malah akan membuatnya semakin hancur berantakan.
Sebenarnya bukan hanya itu saja Kyra dicaci dan dimaki. Bahkan rasanya setiap hari ia mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan karena fisiknya yang berbeda dari yang lainnya.
Terlebih lagi Aldo ikut campur dan masuk ke dalam ke hidupan Kyra yang membuat dirinya semakin menjadi bahan cacian dan makian orang-orang di sekitarnya karena dekat dengan idola sekolah tersebut yang bukan main-main tampannya.
Mantan Aldo juga sepertinya kebanyakan dari kalangan cewek-cewek cantik yang mempunyai followers i********: yang banyak serta mengerti tentang fashion, Skincare, Make up, dan semua yang berkaitan dengan trend anak wanita zaman sekarang ini.
Entah lah, Kyra pun tidak tahu jika orang-orang akan membandingkannya dengan apa kalau dirinya dibandingkan dengan mantan-mantan Aldo yang berjibun banyaknya.
Sepertinya hanya Kyra inilah pacar Aldo yang berpenampilan apa adanya. Kalau kata orang-orang di sekitarnya Kyra itu lusuh, cupu, culun, dan tidak menarik sama sekali.
Hanya Aldo yang mampu menjadikan Kyra sebagai pacarnya dan menembaknya dengan cepat tanpa adanya proses pendekatan sebagaimana orang ingin menjalin kasih.
Ya karena aku hanya sebagai bahan taruhannya dan pembantunya. Kyra membatin dalam hati.
***