TUJUH

1446 Words
"Apa maksudnya?" Kata pertama yang terucap setelah kejadian mengagetkan yang terjadi barusan. Napas Alika masih terengah, masih menatap tidak mengerti mengapa Aldra berbicara seperti itu kepadanya, seolah ia hanya lah seorang wanita p*****r, (akan dipakai ketika suaminya membutuhkan pelepasan). Tidak kah itu terdengar egois, Setelah berbagai makian dan ancaman untuk Alika di hari pernikahan, dan kini dengan seenaknya Aldra mencium dan menyuruh Alika untuk memuaskan nafsu bejatnya. Sungguh pria berhati berengsek! "Kau masih tidak mengerti. Dasar gadis bodoh." Suara tawa meremehkan dengan tatapan mengejek Aldra semakin terlihat bahwa laki-laki itu memang egois. Dan Alika tidak sebodoh itu untuk dikatakan gadis bodoh. Alika tahu. Hanya saja bagaimanapun usia Alika masih terlalu muda untuk memahami. "Memang aku terlalu bodoh untuk bisa memahami kata memuaskan dari seorang pria," ucap Alika sedikit bernada ketus. Lalu suara kekehan mengejek dari Aldra terdengar, dengan gerakan berjalan menghampiri tubuh Alika di depannya. Alarm pintar di otak Alika berbunyi nyaring memperingati Alika untuk segera berlari dan mencari keamanan. Namun dengan bodohnya Alika malah mencari aman dengan bergerak mundur beberapa langkah, mencoba menjauhi Aldra yang saat ini sedang menatap tajam dirinya. Tentu saja gerakan itu sedikit menguntungkan Aldra, hingga laki-laki itu bisa leluasa masuk melewati celah pintu, lalu menutup pintu dan menguncinya. Seketika mata Alika terbelalak panik. "Apa yang kau lakukan? Buka pintunya!" Persetan dengan sopan santun, saat ini harga diri Alika tidak dihargai sedikit pun oleh Aldra, hingga bentakan itu keluar dari mulut mungil Alika. Tetapi nyatanya untuk ukuran seorang gadis kecil, nyali Alika bisa terbilang sangat minim. Karena saat Aldra berjalan menghampiri dengan tatapan tajam. Tubuh kecil Alika tiba-tiba menegang, kembali berjalan mundur saat Aldra semakin menghampirinya dan tubuh Alika berakhir terpojok di dinding kamar. Senyum iblis Aldra tercetak jelas di sudut bibirnya, tanpa menunggu lama Aldra langsung bergerak memenjarakan tubuh kecil Alika di antara kukungan tangannya. Memandang Alika dengan senyuman yang terlihat mengerikan. Alika terdiam, menahan napas dengan perasaan takut, apa lagi saat melihat wajah Aldra yang mulai mendekat. Terima kasih dengan tubuh Alika yang mempunyai refleks yang sangat baik, sehingga tubuh Aldra terdorong hingga memisahkan jarak. "Jangan menyentuhku seenaknya." Suara Alika bergetar, mengantarkan kembali kekehan kecil di ujung bibir Aldra yang menyeringai, Alika tak ubahnya seperti seekor mangsa kecil yang akan diperkosa, dan sialnya yang jadi pemburu kejam adalah suaminya sendiri. "Aku ingin kita membuat bayi malam ini, dan kau tidak berhak untuk menolak." Nada suara Aldra rendah dan lembut, semakin membuat rasa takut yang menggerogoti tubuh Alika semakin terasa menumpuk, bahkan tubuh Alika terasa dingin sekarang. "Aku tidak mau!" Satu bentakan kecil, mampu membuat Alika sedikit mempunyai pertahanan. Memang Alika istri sah seorang Aldra, bagamanapun Aldra mempunyai hak untuk itu. Tetepi Alika belum siap. Terlebih ia tidak mau melakukan dengan cara keterpaksaan. Apakah ini termasuk dosa besar untuknya. Dengan menolak. "UNTUK APA AKU MENIKAHIMU KALAU KAU TIDAK BISA KUTIDURI!" Alika tersentak dengan bentakan keras Aldra di wajahnya, tubuh Alika semakin bergetar, gengaman tangan Alika di ujung dress tidur mengerat. Siapa pun. Tolong Alika sekarang. "Aku menikah karena keterpaksaan, bukan untuk kau tiduri!" Aldra menggeram marah, mendengar nada bicara Alika yang tidak sopan dan angkuh. Menghampiri tubuh Alika lagi, lalu mencekram pergelangan tangan Alika hingga memerah, kemudian menghempaskannya ke ranjang dengan sangat keras. Membuat Alika langsung memekik kaget, dan semakin memundurkan tubuh, ketika melihat Aldra merangkak di atas tubuhnya dengan tatapan bernafsu. Mata bulat Alika semakin melebar saat tubuh Aldra semakin membungkuk dengan wajah yang sejajar, hingga embusan napas Aldra menerpa wajah Alika yang memerah, bukan memerah karena rasa malu atau canggung, tetapi karena amarah yang telah memenuhi kewarasan Alika sekarang. Alika masih mencoba bergerak memukul tubuh Aldra dengan kepalan tanganya. Tetapi itu sama sekali tak berpengaruh. Terbukti dengan wajah Aldra yang kini merunduk untuk mengecup bibir Alika. Lalu geraman kesal Aldra terdengar saat bibir Aldra dengan sialnya tidak mendapatkan benda kenyal merekah Alika, karena gadis itu sudah lebih dulu memalingkan wajah ke arah samping, hingga hanya pipi halus Alika yang bersentuhan dengan bibirnya. Mendapatkan tolakan Alika membuat kemarahan Aldra semakin meningkat, ia langsung mencengkeram dagu Alika dengan erat, tidak peduli dengan kuku-kuku tajamnya yang mengoyak kulit dagu Alika hingga berdarah. Aldra tidak peduli. Ia tidak pernah di tolak. Begitu pun dengan Alika. "Perlu kau tau. Aku pun tidak sudi untuk menidurimu. Tetapi kebahagiaanku dan Hana ada saat aku menidurimu. Jadi kau hanya perlu menikmatinya saja. Agar pernikahan sialan ini cepat terselesaikan." Tanpa rasa bersalah Aldra berbicara dengan tatapan tajam menusuk. Semakin mengantarkan ketakutan lebih untuk gadis kecil itu, yang terlihat menggeleng dengan air mata yang mengalir. "Kau egois!" Alika meludah tepat di wajah tampan Aldra. Membuat raut wajah Aldra kini memerah dengan urat leher yang sudah mengencang. Mengusap ludah Alika di pangkal hidungnya dengan kasar.  "BERANI SEKALI KAU GADIS SIALAN!" Bentakan keras Aldra kembali menggema di ruangan itu. Tanpa pikir panjang Aldra langsung mencekal kedua tangan Alika, melepaskan ikat pinggang di celananya lalu mengikatkan di tangan Alika, kemudian membawa tangan Alika ke atas melewati kepala. Alika tidak kuasa untuk menahan tangis, menggeleng brutal saat Aldra mulai mencumbui lehernya dengan kasar. "LEPASKAN AKU BERENGSEK!" Alika masih mencoba memberontak dengan berteriak di antara suara yang nyaris putus, pergelangan tangannya sudah memerah karena gerakannya sendiri. kedua kakinya tidak bisa bergerak karena tindihan Aldra di pahanya. Aldra sama sekali tidak memperdulikan teriakan-teriakan Alika, masih terlalu asik dengan kegiatan meremas buah d**a Alika. Wajah Aldra bergerak untuk menatap wajah hancur Alika dengan sorot tajamnya. Bibir Aldra bergerak mengecup bibir Alika. Lalu berucap tajam. Mampu membuat seluruh tubuh mungil Alika menegang. "Aku ingin tau sepintar apa tubuhmu bisa memuaskan hasratku gadis kecil." *** Malam semakin larut, tanpa cahaya bulan dan bintang, suara hujan sudah tidak terdengar, mengingat waktu sudah masuk dini hari. Mengantarkan hawa dingin dari hujan yang berhenti. Ah, tidak... ini bahkan terasa panas, membakar tubuh pria yang bergerak kasar di antara rintihan sakit si wanita. Peluh sudah membanjiri tubuh, dan Aldra terlihat semakin menikmati kegiatannya. Tidak peduli bahwa gadis kecil yang beberapa jam lalu ia renggut keperawanannya dengan biadab terkulai lemas beserta leleh air mata yang mengering di wajah. Kenyataannya Aldra mulai ketagihan dengan rasa nikmat dari tubuh yang sedang ia mainkan dengan sangat berengsek sekarang, walau jeritan ngilu Alika semakin terdengar menyakitkan. Nyatanya Aldra tidak mau peduli. Entah sudah beberapa kali mereka menuju puncak o*****e. Dan Aldra tidak mempunyai riwayat hitungan yang benar untuk ia sebutkan. Tangan Alika sudah tidak terikat, hanya terkulai lemas meremas seprai di samping sebagai pertahanan. Aldra kembali mendesah akan orgasmenya lagi. Hingga tubuh Alika kembali remuk beserta hatinya. Bagaimanapun ini pemerkosaan, Aldra bahkan tidak bermain lembut. Napas Alika terengah, dengan d**a yang naik turun mencari oksigen untuk bernapas, tubuh berat Aldra meninidihnya dengan napas yang sama terengah.  Air mata Alika kembali mengalir menyedihkan. Dengan tangan yang semakin mengepal erat di seprai putih yang kusut. Bahkan air mata itu kembali deras saat mengingat bagaimana Aldra memasukinya pertama kali secara begitu b***t. Membobol keperawanannya dengan sikap yang tidak berprikemanusiaan. Tubuh Alika kembali menegang, saat bibir berengsek Aldra kembali menciumi leher dan bahu sempitnya. Seketika hati Alika menjerit. Jangan lagi. Aku mohon. Jeritan hati yang sia-sia, karena suara Aldra terdengar nyata dengan nada seraknya yang menyeramkan. "Menungging, dan kau bisa berpegangan di kepala ranjang." Benar-benar laki-laki iblis. Alika bahkan tidak mampu bergerak sedikit pun, tubuhnya sudah sangat lemas, dan hanya gelengan pelan dari Alika sebagai penolakan. Dan Aldra tidak peduli dengan itu. Nafsunya kembali bangkit dan ia tidak punya waktu untuk membuat tubuh Alika beristirahat sejenak. Dengan sedikit geraman marah, Aldra menunggingkan tubuh Alika secara paksa dan menyampirkan tangan lemas itu di kepala ranjang. Tubuhnya terlalu b*******h dan Aldra sama sekali tidak mengerti, akal sehatnya seolah hilang dan ia hanya bisa kembali menyiksa Alika sampai gadis itu rubuh pingsan dengan hati yang hancur berceceran. *** Udara pagi yang selalu mengantarkan senyum cantik kini sudah tidak terlihat. Tubuh Alika meringkuk di dalam selimut, menangis terisak dengan d**a yang berdenyut sakit. Bahkan bukan hanya jantungnya saja, seluruh tubuhnya juga terasa sakit. Masih jam enam pagi. Tetapi Alika sudah terbangun dengan keadaan hancur tak bercelah, sejujurnya mata Alika terbuka dari jam 4 subuh karena Aldra kembali memintanya untuk melayani hasratnya kembali. Dan semuanya selesai pada waktu setengah jam lalu. Air matanya kembali tumpah, dan itu pula yang menjadi alasan Alika tidak bisa untuk tertidur kembali. Si k*****t yang sialnya bersetatus sebagai suaminya sudah pergi entah ke mana, mungkin ia kembali menyetubuhi tubuh istri tertua dengan cinta menggebu-gebunya, setelah tanpa hati nurani ia memperkosa gadis yang masih dibawah umur. Dan tanpa Alika sadari, di bawah rintik yang berjatuhan dari air shower, di kamar mandi utama milik istri pertama. Aldra sedang merenung merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana candu dari tubuh Alika telah mengusai kewarasannya, hingga membuat pria itu beberapa kali mengerang kasar karenanya. Dan Aldra tidak menyukai rasa candu memuakan yang menggrogiti semua saraf otak dan hatinya hingga membuat ia menjadi manusia setengah gila seperti ini. Bagaimanapun Aldra membenci Alika. Walaupun ia sedikit menikmati pemerkosaan b***t yang ia lakukan semalam… Mungkin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD