Beban berat yang selama ini berada di kedua pundak Aldra, kini mulai menemui titik ringan. Aldra pikir ini semua akan berjalan mulus menuju kebahagiaan yang kekal. Tetapi tetap saja rasa bersalah itu masih bersarang di bagian sisi dari jiwa terdalam Aldra yang mengerang akan kefrustrasian. Mungkin kalau diperbolehkan. Aldra lebih memilih terkubur hidup-hidup di perut bumi lalu mati. Dari pada harus terikat dengan jalan takdir yang nyaris membuat seluruh dunianya runtuh lalu menghantam kepalanya hingga hancur. Sebenarnya jenis permainan apa yang sedang takdir rencanakan untuk hidupnya? Mengapa terasa begitu rumit dan sulit. Mobil yang dikendarai Aldra masih melaju dengan pelan, bahkan tangan Aldra terlalu lemas untuk sekedar menyetir ke arah yang benar. Persetujuan Hana