Kata-kata Aldra yang menyakiti Hana masih tersimpan baik di dalam memori kepala wanita itu. Seminggu telah berlalu, dan seminggu itu pula Aldra meninggalkannya. Ruang apartemen milik pria itu yang membuat Hana tetap bertahan hidup, kini tidak jauh berbeda dengan sebuah apartemen tua nan usang. Tidak ada udara baik yang mampu dihirup oleh napas Hana selain kesakitan yang semakin menggerogoti saraf tubuhnya hingga menjadi serpihan menjijikkan. Titik-titik basah di sudut mata Hana sudah tidak mengalir lagi, bahkan mereka sudah terlalu lelah bila harus terus menemani Hana untuk menangis setiap malam. Hana ingin memilih tetap bertahan. Namun serpihan dari hatinya bahkan sudah tidak sanggup lagi untuk lebih bertahan bila akhirnya dirinya juga lah yang akan tersakiti lebih dalam. K