Mama untuk Papa

1794 Words
Bagi sebagian orang, menjadi Cinta adalah keberuntungan yang luar biasa. Bagaimana tidak, selain cantik dan berprestasi, Cinta mempunyai semua yang orang inginkan. Papa yang tampan serta kaya raya, Sahabat yang baik dan setia, dan juga kekasih yang tampan dan berprestasi sama sepertinya. Sempurna adalah definisi yang bisa menggambarkan gadis itu. Semua orang yang melihat kehidupannya mungkin akan berfikir jika hidup Cinta sangat bahagia. Namun siapa yang tahu, dibalik semua kebahagiaan itu ada satu hal yang tidak bisa Cinta rasakan, Yaitu kasih sayang seorang Ibu. Ibu kandung nya meninggal saat melahirkannya itulah yang membuatnya tidak pernah bisa merasakan kasih sayang seorang Ibu. Jika ditanya apakah dia ingin merasakan kasih sayang ibu? Jawabannya adalah Iya!! Gadis itu ingin sekali bisa merasakan bagaimana indahnya kasih sayang seorang Ibu walau hanya sekali. Sudah beberapa kali Cinta mencoba untuk mencarikan sosok wanita yang bisa menggantikan Ibu nya dihidupnya dan juga Papa nya. Walaupun sebenarnya sampai kapan pun tidak ada yang bisa menggantikan sosok Ibu kandungnya, tapi Cinta tidak ingin egois. Ibu nya meninggal saat dia baru saja dilahirkan, Itu berarti selama 18tahun ini Papanya hanya sendiri mengurusnya. Cinta ingin ada sosok wanita yang bisa mengurus Papanya, Cinta juga ingin merasakan kasih sayang seorang ibu maka dari itu Cinta berusaha untuk mencari pengganti Ibu nya. "Cinta!!" Gadis yang sedang melangkahkan kakinya menyusuri koridor kampus itu lantas menghentikan langkahnya saat mendengar suara terikan seseorang memanggil namanya. Jenni, gadis yang selama ini terlihat tidak menyukainya itu berlari kecil menghampirinya. "Jenni, ada apa?" Tanya Cinta tersenyum ramah. Walaupun ia tahu Jenni tidak menyukainya, tapi dia tetap ingin bersikap ramah pada siapapun. "Ini buat lo. Sorry, kemarin gue lupa kasih kado jadi sekarang gue bawain roti buat lo. Ini Mama gue yang bikin. Semoga lo suka ya," Ucap Jenni sambil memberikan sebuah paper bag yang katanya berisi kue buatan Ibunya. Cinta menatap paper bag itu sambil tersenyum. Dengan cepat ia menerima pemberian Jenni itu "Terima kasih Jen. Sebenarnya Lo gausah repot-repot seperti ini. Lo datang ke acara ulang tahun gue aja itu udah cukup kok," "Gapapa kok, btw sorry ya cuman bisa ngasih kue aja. Lo tahu sendiri kan gimana kondisi keluarga gue?" Cinta mengangguk, Walaupun ia tidak terlalu dekat dengan Jenni tapi dia tahu bagaimana kondisi keluarga Jenni. Apalagi setelah Papa Jennie meninggal. "Sekali lagi makasih ya, Jen. Salam juga buat Mama lo, Makasih udah repot-repot bikinin kue segala. Btw Jen, Gue buru-buru. Gavin udah nungguin, gapapa kan Gue tinggal?" Jenni mengangguk, sambil tersenyum Cinta kembali melangkahkan kakinya menuju parkiran tempat Gavin menunggunya. "Gue bakal rebut semua kebahagiaan yang lo punya, Cinta. Sebagai awal, Gue akan masuk kedalam kehidupan lo, dengan begitu gue bisa dengan mudah mengambil semua yang lo miliki termasuk Papa lo dan juga Gavin tentunya," Batin Jenni sambil menatap tajam kepergian Cinta. Selama ini Jenni memang terlihat tidak menyukai Cinta, bahkan hampir seluruh mahasiswa kampus pun tahu akan hal itu. Tapi untuk sekarang Jenni akan berpura-pura baik pada Cinta, Gadis itu ingin mengambil hati Cinta dengan begitu ia bisa dengan mudah membujuk Cinta untuk mau menikahkan Papa nya dengan Mama Jenni. =Flashback on= Setelah mendengar kabar jika Cinta terpilih menjadi Duta kampus, Jenni sangat marah. Gadis itu kesal karena semua yang ia inginkan berhasil Cinta rebut. Mulai dari Gavin sampai Duta kampus. Cinta selalu saja lebih unggul darinya. "Lo ngapain sih, Jen? Udahlah lupain aja masalah Cinta yang terpilih sebagai Duta sampo itu. Ngapain sih dipikirin, bikin kesal aja yang ada," Ucap Luna yang saat ini berada di kamar Jenni bersama Kezia. Sepulang dari kampus tadi, Luna dan Kezia berniat ingin mengajak sahabat mereka itu untuk hangout seperti biasa. Tapi gara-gara kabar Cinta terpilih menjadi Duta kampus, Jennia jadi badmood dan tidak ingin pergi ke manapun. Alhasil Luna dan Kezia terpaksa ikut Jenni pulang ke rumah nya. Dengan sekali jitakan, Kezia berhasil membuat Luna mengaduh kesakitan. "Duta kampus bukan Duta sampo!! Lo pikir Anggun," Balas Kezia dengan nada kesalnya setelah berhasil menjitak kepala Luna. Sambil mengusap kepalanya yang sedikit sakit, Luna melayangkan tatapan kesalnya pada Kezia yang sudah menjitak kepalanya dengan seenaknya "Yaudah sih yang penting ada kata duta-duta nya," "Kalian bisa diem nggak sih? Gue lagi pusing dan badmood, jangan bikin makin badmood deh!" Sahut Jenni marah. Saat ini dia sedang dalam mode badmood total, tapi teman-temannya malah bertengkar didepannya. "Lo sih, Lun," Ujar Kezia menyalahkan Luna. "Kok gue sih? Lo juga yang mulai, ngapain coba jitak-jitak kepala orang?" "Ya itu salah lo sendiri! Siapa suruh ngeselin," Jenni memijat pelipis nya sambil memejamkan matanya sejenak, Teman-temannya ini kapan sih bisa mengeri kondisinya ?. "Kalau kalian masih mau bertengkar lebih baik kalian pulang saja!!" Teriak Jenni berhasil membuat Luna dan Kezia langsung diam. "Gue lagi mumet, kalian malah bikin tambah mumet. Cariin solusi kek, apa gitu biar gue bisa mengambil semua kebahagiaan Cinta!. Capek gue liat dia lebih unggul mulu!!" "Kenapa nggak lo minta Mama lo buat nikah sama Papa Cinta aja? Kan pas tuh, Mama lo janda, terus Papa Cinta juga duda," Seru Luna spontan. Kezia yang duduk disamping Luna itu pun mengangguk menyetujui saran temennya yang beberapa detik yang lalu membuatnya kesal. "Walaupun gue lagi kesel sama Luna, tapi bagus juga tuh ide nya. Kalau Mama lo nikah sama Papa Cinta kan bagus Jen. Lo bisa jadi kaya mendadak. Udah gitu Lo bisa dengan mudah menghancurkan cinta, karena dengan Lo masuk kedalam hidup nya, Lo bisa lebih leluasa bertindak. Toh Papa Cinta juga belum tua-tua amat, malahan ganteng banget. Cocok sama Mama lo," Jenni terlihat diam memikirkan usul kedua temannya ini. Apa dia harus mengikuti usul itu? Kalau dipikir-pikir omongan Luna dan Kezia ada benarnya, jika dia sudah masuk kedalam hidup Cinta, maka dia bisa dengan mudah menghancurkan hidup Cinta. Lagi pula Mama nya juga pernah mengatakan jika ia suka sama Papa Cinta, pasti Mama nya akan langsung setuju dengan rencana itu. =Flashback off= ,,,,,,,,,,,,,,,,,,, "Kamu yakin mau kenalin Papa mu sama orang lain lagi?" Tanya Gavin. Saat ini Gavin dan Cinta sedang berada di sebuah cafe yang letaknya tidak jauh dari kantor Papa Cinta. Tujuan mereka datang kesini adalah untuk menemui Calon yang akan Cinta kenalkan pada Papa nya. Cinta mengenal orang itu dari Nesya, Nesya bilang orang yang akan dikenalkan pada Papa nya itu adalah saudara jauhnya. "Lagian Papa mu kan udah bilang kalau dia gamau nikah lagi? Kenapa Kamu masih mau menjodohkannya? Bagaimana kalau Papa mu menolak nya lagi?" Lanjut Gavin. Ini sudah ke-5 kalinya Cinta mencoba mencarikan Papa nya istri baru. Yang 4 calon kemarin semuanya gagal karena Papanya menolak semua wanita itu. "Kali ini Aku yakin, Kata Nesya saudara nya itu cantik dan baik. Dia juga seorang dokter, Papa pasti mau kok sama dia," Gavin hanya bisa diam mengikuti rencana kekasihnya itu. Apapun keputusan Cinta, Gavin akan mendukungnya selama itu baik. "Papamu sudah Kamu tlp? Dia mau datang?" Cinta mengangguk mantap "Tadinya menolak, tapi setelah Aku paksa akhirnya dia mau," Jawabnya sambil tersenyum. Tidak lama kemudian datang seorang wanita yang cukup cantik. Wanita itu terlihat memiliki postur tubuh yang tinggi, membuat nya terlihat sangat cantik dan anggun. "Selamat sore, Kamu Cinta bukan?" Tanya Wanita itu. Dengan cepat Cinta beranjak berdiri sambil mengulurkan tangannya pada Wanita itu "Iya Saya cinta. Tante Natasya ya? Saudara nya Nesya?" "Iya benar. Perkenalkan Aku Natasya. Gausah terlalu formal bicaranya," "Iya tante, Eh ayo silahkan duduk tante," Mereka pun mulai mengobrol banyak hal, Lebih tepatnya Cinta dan Tante Natasya. Kedua wanita itu terlihat langsung akrab karena ternyata mereka memiliki hobi yang sama, Yaitu membaca. Tidak hanya itu saja, ternyata mereka juga mempunyai tanggal lahir yang sama. Astaga kenapa bisa kebetulan seperti itu? Apakah mereka sudah berjodoh untuk menjadi Anak dan Ibu? "Tante Natasya seru juga ya ternyata. Aku seperti mengobrol dengan temanku," Ucap Cinta yang sudah mulai berbicara non formal. Cukup lama mereka mengobrol sampai akhirnya orang yang ditunggu-tunggu pun datang. Papa Cinta dengan langkah tegap nya berjalan pelan menghampiri meja anaknya. Pria itu terlihat sangat tampan ketika menggunakan pakaian lengkap kantor nya. "Cinta," "Papa ? Akhirnya Papa datang juga. Aku sudah menunggu lama," Ujar Cinta sambil menarik Papanya untuk duduk dikursi yang bersebrangan dengan Tante Natasya. "Maaf tadi Papa ada meeting dadakan," "Tak apa, Yang penting Papa sudah datang. Oh iya Pa, kenalin ini Tante Natasya. Tante kenalin ini Papaku," Balas Cinta memperkenalkan kedua wanita dan Pria dewasa itu. Sambil tersenyum ramah Papa Cinta mengulurkan tangannya pada Tante Natasya "Halo, Saya Pratama Ayah Cinta," "Saya Natasya," Cinta terlihat menyunggingkan senyum nya saat melihat Papa nya dan Tante Natasya tidak kunjung melepas tangan nya satu sama lain. Sepertinya rencana nya kali ini akan berhasil, Pikirnya. "Ekhem. Pa, Tante Natasya Aku tinggal sebentar gapapa kan? Papa dan Tante ngobrol dulu aja siapa tahu cocok hehe," Sahut Cinta berhasil membuat Papanya dan Tante Natasya langsung melepas jabatan tangan mereka. Sambil berdiri Cinta menarik tangan Gavin untuk berdiri juga "Pokoknya kalian ngobrol dulu aja. Aku sama Gavin mau pergi duluan. Selamat menikmati!," "Om, Tante Kita permisi dulu," Sahut Gavin sebelum Cinta menarik tangannya untuk pergi. Setelah Cinta dan Gavin pergi, Suasana langsung berubah menjadi canggung. Papa Cinta dan Tante Natasya terlihat saling diam, keduanya bingung harus berbuat apa. "Ekhem. Nat, Kamu udah kerja?" Tanya Papa Cinta mencoba mencairkan suasana. Tidak lupa Pria itu juga mengubah cara berbicaranya agar tidak terlalu formal. Sebenarnya Papa Cinta sudah tidak ingin dikenalkan dengan wanita seperti ini, tapi karena tidak mau membuat anaknya kecewa mau tak mau ia menurut. Toh Cinta juga bilang kalau tidak cocok tidak apa-apa menolak. "Saya sudah bekerja mas. Sebagai dokter di Rumah sakit jasmani," "Wow, Kamu seorang dokter?" Tante Natasya mengangguk sambil tersenyum malu "Hehe iya Mas. Hanya dokter kandungan sih," "Mau apapun spesialis nya, pada dasarkan semua pekerjaan itu mulia, Apalagi sebagai dokter. Tidak gampang untuk bisa menjadi dokter, apalagi seorang dokter juga memiliki tanggung jawab yang besar. Aku bangga padamu," "Terima kasih, Mas. Saya juga bangga dengan Mas Pratama, Masih muda tapi sudah sangat sukses seperti ini," Papa Cinta terlihat tertawa mendengar pujian wanita didepannya ini "Masih muda apanya, Sudah tua gini kok. Udah punya Anak gadis lagi," Tanpa mereka sadari sejak tadi Cinta dan Gavin tidak benar - benar pergi. Mereka berdua sengaja bersembunyi agar bisa menguping pembicaraan mereka. "Menguping pembicaraan orang begini tidak baik," Omel Gavin. "Tak apa, Toh ini demi kebaikan. Oh iya, menurutmu apa Papa menyukai Tante Natasya ? Kalau menurutku sih Iya. Tante Natasya juga terlihat menyukai Papa," "Hmmm 50% 50% sih. Bisa jadi mereka suka satu sama lain, tapi bisa juga mereka hanya terlihat akrab untung menghargai satu sama lain," Mendengar jawaban sang kekasih membuat Cinta langsung membalikkan badannya menatap kekasih nya itu "Seharusnya Kamu jawab Iya gitu dong. Biar Aku nya lega," "Kenapa begitu? Lebih baik jawab jujur kan dari pada bohong dan ujungnya kecewa?" "Ya ya ya. Gavin Aderald Dermanta memang susah disuruh berbohong," Ujar Cinta membuat Gavin langsung tertawa gemas. "Sudahlah lebih baik kita pulang sekarang. Jangan terlalu lama mengganggu mereka,"

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD