Bab 1. Amanda Tania Putri

853 Words
Pergi ke klub malam, mabuk-mabukan bersama teman-temannya, juga bersenang-senang tentunya sudah menjadi sebuah kebiasaan Amanda. Wanita 25 tahun itu meski usianya sudah dewasa, tidak pernah memikirkan untuk menikah. Demi menghindari memiliki konflik dengan pria atau terlibat one night stand, tentu Amanda harus membawa lebih dari 10 bodyguard untuk menjaga dirinya bersenang-senang. Begitu juga yang terjadi malam ini. Wanita itu pulang dalam kondisi setengah mabuk, ditemani oleh 10 pengawal yang menjaganya. Masuk ke dalam rumahnya yang bak istana, Amanda disambut dengan tatapan ganas dari ayahnya yang ternyata sudah menunggu wanita itu sejak 2 jam yang lalu. Berdiri di samping sang ayah, ibunya tampak tenang dan santai sambil menyeruput s**u coklat yang terlihat asapnya menguar dari dalam cangkir. "Sangat bagus, Amanda. Sangat-sangat bagus." Pak Yadi Anwar, bertepuk tangan sambil melempar tatapan tajamnya pada putrinya tercinta. Amanda Tania Putri, adalah satu-satunya putri kandung Pak Yadi bersama sang istri--Yuni Azzahra--yang saat ini berusia 25 tahun dan selalu pergi ke klub malam tanpa absen. Beruntung Amanda memiliki kesadaran 60%. Wanita cantik itu menegakkan tubuhnya dengan meletakkan kedua tangan di depan sambil memegang handbag miliknya, menatap canggung pada ayahnya yang kini sudah berwajah marah. "Ayah, malam ini aku nggak pergi ke klub malam. Aku menemani Keira yang sedang patah hati. Kalau ayah nggak percaya, ayah bisa tanya sendiri ke Keira," ujar Amanda, memberi penjelasan. "Menemani Keira yang sedang patah hati?" Ekspresi wajah Pak Yadi yang semula garang kini berubah ketika mendengar nama Keira disebut. "Wah, apa dia dikhianati sama pacarnya lagi?" "Iya, betul betul betul. Ayah nggak salah lagi." "Hmmm." Pak Yadi meletakkan jari telunjuknya di atas dagu sambil terus menatap Amanda dengan seringainya. "Terus kamu pikir ayah bakalan percaya dengan apa yang kamu bilang, Amanda? Kamu kira ayah nggak tahu kalau Keira sekarang ada di Paris. Kamu baru saja pulang dari klub malam Tinytune bersama 4 orang teman-teman kamu. Kamu pikir, ayah ini orang bodoh, hah?" Suara Pak Yadi spontan meninggi. Ekspresi wajahnya yang semula terlihat agak ramah kini berubah tajam sambil menatap putrinya yang kini sudah semakin mengkerut ketakutan. "Makanya, Amanda. Kamu itu seharusnya pulang kerja langsung pulang ke rumah, makan malam bersama keluarga, nonton TV bersama keluarga, nge-teh cantik bersama ayah dan ibu. Bukannya kamu pulang dari kantor justru keluyuran pergi ke klub malam." Bu Yuni meletakkan cangkir susunya di atas meja sambil melirik putrinya yang berdiri tak jauh dari posisinya berada. "Aku capek kerja, Bu. Makanya aku bela-belain pergi ke klub malam buat cari hiburan." "Capek kerja apa? Semua kerjaan kamu hari ini kamu serahkan ke Rania. Kamu kira ayah nggak tahu apa?" Suara Pak Yadi semakin meninggi. "Kalau aja ayah nggak paksa Rania untuk bicara, mungkin ayah nggak tahu kalau kamu sudah beberapa hari ini bolos kerja." "Rania cerita ini sama ayah?" Bola mata Amanda melebar merasa dikhianati oleh sekretarisnya itu. "Rania itu ayah ancam akan ayah mutasi dia ke perusahaan kita yang ada di kota jauh dari sini. Ayah juga mengancam dia akan memotong gajinya makanya dia langsung cerita." Pak Yadi mendekati putrinya kemudian langsung menarik telinga anaknya untuk diduduki di sebelah sang istri. "Sakit, Ayah. Ini telinga kalau bukan buatan Tuhan, pasti telingaku sudah lepas dari tempatnya." Amanda menyentuh telinganya yang terasa sangat perih karena ulah ayahnya. "Kamu juga kalau bukan satu-satunya anak ayah, udah ayah singkirkan kamu jauh-jauh hari. Punya anak perempuan 1 biji aja bikin pusing." Pak Yadi berdiri berkacak pinggang di hadapan putrinya. "Kalau begitu, besok ayah akan kirim kamu ke kampung tempat di mana kakek kamu tinggal. Ayah sudah setuju untuk menyerahkan jodoh kamu dengan kakek. Biarkan kakek kamu yang mengurus dan mencarikan jodoh untuk kamu." Spontan bola mata Amanda melebar ketika mendengar apa yang diucapkan oleh ayahnya sendiri. "Ayah nggak bisa gitu dong. Kenapa tiba-tiba udah bahas soal perjodohan aku aja? Ayah tahu 'kan kalau aku ini nggak ada niat untuk menikah? Kenapa dari mengomel aku yang pergi ke klub malam sekarang pindah ke perjodohan?" Wanita itu melemparkan tatapa curiganya pada sang ayah. Tidak menutupi rasa kesalnya karena tiba-tiba saja ayahnya menjodohkannya dengan orang lain. "Salah kamu sendiri karena kamu hidup nggak ada aturannya. Terima nggak terima, kamu harus pergi ke kampung tempat di mana kakek kamu tinggal. Biar kakek yang mengurus soal jodoh kamu. Urusan pekerjaan kamu di kantor, nanti Ardi yang akan mengurusnya." Pak Yadi melemparkan tatapan tajamnya pada sang putri. "Kamu pilih aja, pergi ke kampung tempat kakek kamu tinggal, atau ayah akan cabut semua fasilitas kamu." Amanda menatap tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh ayahnya sendiri. Harus menerima perjodohan yang sudah disiapkan oleh kakeknya, jelas Amanda ingin memberontak. Namun, wanita itu tidak terbiasa hidup susah karena sejak kecil selalu difasilitasi kemewahan, jadi tidak mungkin ia rela semua fasilitas mewahnya ditahan oleh ayahnya. "Aaa! Ayah dan ibu adalah orang tua kejam!" Pak Yadi dan juga Bu Yuni, menggeleng kepala mereka melihat Amanda yang berlari seperti anak kecil masuk ke dalam kamarnya. "Anak kamu itu, Bu," adu Yadi pada istrinya. "Anak kamu juga, Mas. Dia nggak akan bisa lahir ke dunia ini tanpa campur tangan kamu." Yuni melirik suaminya, lalu menggelengkan kepala. Keduanya saling tatap sebelum akhirnya mereka sama-sama tertawa. Menghadapi Amanda yang keras kepala dan sulit diatur tentu mereka juga harus ikut keras.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD