Back to Nafi’s POV Aku terbangun ketika merasakan ada yang mengusik tidurku. Kening, hidung, pipi, dan terakhir bibir. Semua bagian itu diciumi berulang kali. Saat aku membuka mata, wajah Mas Kian berada tepat di depanku. Dia tersenyum. “Aku kelamaan, ya, beli sarapannya? Kamu sampai ketiduran gini. Maaf, tadi ada sedikit masalah.” “Masalah? Masalah apa, Mas?” “Ada dua orang motornya saling nyerempet. Nah, mereka berantem karena enggak ada yang mau ngalah. Aku turun ngelerai bareng bapak-bapak penjual gorengan. Sekarang udah diamankan orang sekitar.” “Oh …” Aku mengangguk pelan. “Tapi Mas baik-baik aja, kan?” “Baik-baik aja, kok.” Aku refleks memejamkan mata— lagi— ketika satu kecupan kembali mendarat di bibirku. Mas Kian menarikku untuk duduk, dan aku patuh. “Masih ngantuk, emang,