“Dengan segala penuturanmu barusan, saya justru semakin ingin menikahimu. Saya serius. Kalau perlu, cepat-cepat!” Aku tercengang. Aku bahkan sampai menganga tak habis pikir. Ini adalah jawaban yang tidak pernah kuprediksi sebelumnya. Mas Kian tidak kerasukan, kan? Maksudku, aku mengerti kalau pandangan orang pasti ada kalanya berbeda. Namanya juga dua kepala. Tapi ini? Aku benar-benar tak mengerti. Bahkan sampai beberapa detik berlalu, aku masih menganga tak percaya. Aku sungguh tak mengerti dengan jalan pikiran Mas Kian. Apa katanya? Semakin ingin menikahiku? Cepat-cepat? Yang benar saja! “Sampai kapan kamu akan bengong seperti itu, Fi?” Mas Kian mengibaskan tangannya di depan wajahku. “Atau nunggu kemasukan serangga?” “M-mas Kian gila, ya? Kok bisa malah makin ingin ngajak saya n