Pertemuan di vila tua itu menjadi puncak dari segala dendam yang selama ini terpendam antara Permana dan Satria. Satria, yang selama ini merasa direndahkan dan dihalangi langkahnya oleh Permana, akhirnya menghadapi langsung lawannya itu. Sementara Permana—didorong oleh kemarahan karena istrinya, Luna, hampir jatuh ke tangan musuhnya—siap menuntaskan semua perhitungan lama. Luna yang masih duduk di sofa menahan napas, hatinya berdebar keras melihat dua pria itu saling menatap dengan penuh permusuhan. Ia tahu, tidak ada jalan damai di antara mereka. "Kau pikir kau bisa terus menghalangiku, Permana?" suara Satria memecah keheningan. Tatapannya penuh kebencian. "Aku akan menghancurkanmu, sedikit demi sedikit. Dan aku mulai dari istrimu." Kata-kata itu membakar amarah Permana. Dengan langka