Sebuah Sandiwara

1110 Words
Situasi di depan mansion Permana semakin tak terkendali. Wartawan dari berbagai media berkumpul, membawa kamera dan mikrofon, menunggu pernyataan dari Permana atau pihak keluarga. Kilatan lampu kamera terlihat dari celah-celah pagar tinggi yang melindungi rumah megah itu. Nenek Hilma mulai merasa terganggu dengan keramaian tersebut. Chelsea, yang biasanya bermain di taman depan, kini hanya bisa duduk di ruang tamu dengan wajah bingung. "Nenek, kenapa banyak orang di luar? Mereka mau apa?" tanya Chelsea polos. Nenek Hilma mencoba tersenyum, meski hatinya gelisah. "Mereka hanya ingin berbicara dengan Ayahmu, sayang. Jangan khawatir, Ayah akan menyelesaikannya." Di ruang kerjanya, Permana tampak serius berdiskusi dengan tim suksesnya. "Ini sudah keterlaluan. Saya tidak bisa membiarkan keluarga saya terjebak dalam situasi ini lebih lama," ujar Permana dengan nada tegas. Salah satu anggota tim memberikan saran, "Kita harus segera meredam berita ini, Pak. Jika dibiarkan, ini bisa merusak citra Anda, terutama menjelang pemilu. Kami sarankan Anda mengadakan konferensi pers dan memberikan klarifikasi langsung." Permana mengangguk setuju. "Baik, atur konferensi pers di balai kota. Pastikan semua wartawan hadir. Saya akan memberikan pernyataan resmi." Sore harinya, konferensi pers digelar dengan cepat. Di depan para wartawan, Permana berdiri tegak dengan wajah tenang namun serius. "Saya ingin meluruskan berita yang beredar belakangan ini. Saya dan keluarga saya sangat menghormati Bu Luna sebagai guru Chelsea. Tidak ada hubungan pribadi di luar profesionalitas antara kami. Fokus saya saat ini adalah membangun kota ini dan menjaga Chelsea," katanya. Permana juga menambahkan, "Saya berharap media dapat menghormati privasi keluarga saya, terutama Chelsea yang masih anak-anak. Kami ingin dia tumbuh dalam lingkungan yang tenang dan nyaman." Setelah konferensi pers, perlahan para wartawan mulai meninggalkan mansion Permana. Nenek Hilma merasa lega, meski sedikit kecewa karena masalah ini mengganggu rutinitas keluarga mereka. Di tempat lain, Luna yang menonton pernyataan Permana dari televisi hanya bisa menghela napas panjang. Ia merasa lega bahwa Permana telah memberikan klarifikasi, meski dirinya tahu bahwa gosip tidak akan langsung berhenti. Namun, ia tetap berharap situasi ini akan segera reda dan kehidupan mereka semua bisa kembali normal. Setelah pernyataan resmi dari Permana di konferensi pers, berita mengenai kedekatannya dengan Luna mulai mereda. Namun, di media sosial, cerita ini justru memicu gelombang komentar yang tak terduga dari para netizen, terutama para pengikut setia Permana. Di kolom komentar akun media sosial Permana, netizen mulai mengungkapkan dukungan mereka terhadap kemungkinan hubungan antara Permana dan Luna: @sweetdreams87: "Kalau benar Pak Permana dekat dengan Bu Luna, itu bagus banget! Beliau terlihat tulus dan nggak memandang status sosial. Jadi pemimpin harus punya hati seperti ini!" @mawar_hati: "Bu Luna orang yang baik dan sederhana, cocok banget buat Pak Permana dan Chelsea. Mereka terlihat seperti keluarga bahagia!" @vote4permana: "Kalau sampai mereka bersatu, saya yakin elektabilitas Pak Permana bakal naik! Ini bukti dia pemimpin yang rendah hati." @chelsea_fansclub: "Bu Luna kayak ibu peri buat Chelsea. Dukung banget mereka jadi keluarga sesungguhnya!" Sementara itu, Luna yang jarang bermain media sosial mulai mendengar kabar ini dari teman-temannya sesama guru. Salah satu rekannya berkata, "Luna, kamu harus lihat ini! Orang-orang malah mendukung kamu dan Pak Permana bersatu. Mereka bilang kamu cocok jadi calon ibu walikota!" Luna hanya bisa tersenyum tipis dan menggeleng. "Aku tidak ingin memikirkan hal itu. Yang penting, situasi Chelsea membaik dan masalah ini segera selesai." Di sisi lain, Permana pun mulai menyadari tren opini publik ini dari tim medianya. "Pak, komentar netizen banyak yang mendukung Anda dan Bu Luna. Bahkan ada yang bilang ini bisa meningkatkan citra Anda sebagai calon pemimpin yang peduli rakyat kecil," jelas salah satu anggota tim. Permana merasa dilematis. Di satu sisi, ia ingin fokus pada pemilu dan menjaga profesionalitas. Namun, di sisi lain, perhatian publik terhadap kedekatannya dengan Luna terus tumbuh. Sambil memandangi foto Chelsea yang tersenyum bahagia saat bersama Luna, Permana mulai berpikir, "Mungkin ini bukan hanya soal citra. Tapi, apakah Luna benar-benar bisa menjadi bagian dari hidup kami?" Hari itu, Luna menerima undangan dari Permana untuk menemani Chelsea bermain di sebuah taman rekreasi anak-anak. Permana beralasan ingin menghabiskan waktu bersama Chelsea dan berpikir Chelsea akan lebih nyaman jika ada Luna. Tanpa curiga, Luna menyetujui permintaan tersebut, karena ia juga merindukan Chelsea. Ketika tiba di taman bermain, Chelsea terlihat sangat bahagia. Luna dengan sabar mendampingi Chelsea bermain perosotan, ayunan, hingga karusel. Sesekali, Luna tertawa bersama Chelsea, sementara Permana mengamati mereka dengan senyum tipis di wajahnya. Namun, tanpa sepengetahuan Luna, tim sukses Permana berada di lokasi tersebut, diam-diam mengambil foto dan video. Mereka sudah merancang narasi konten yang akan dipublikasikan di akun media sosial Permana. Setelah sesi bermain selesai, Luna merasa hari itu benar-benar menyenangkan, meskipun ia sempat bingung dengan beberapa kamera yang terlihat di sekitar taman. Sore harinya Tim sukses Permana memposting foto-foto momen tersebut di akun resmi Permana dengan caption: "Sehari bermain bersama putri tercinta. Sebagai seorang ayah, momen seperti ini sangat berharga. Terima kasih kepada Bu Luna yang telah mendampingi Chelsea dengan penuh kasih sayang." Postingan itu langsung menuai ribuan like dan komentar: @putrimelati87: "Pak Permana ayah yang luar biasa! Bu Luna juga terlihat seperti sosok ibu ideal buat Chelsea. ❤️" @rakyatbicara: "Pemimpin yang punya sisi keluarga seperti ini pasti tahu cara peduli pada rakyatnya. Dukung penuh Pak Permana!" @chelsea_fanpage: "Bu Luna dan Chelsea kelihatan akrab banget! Cocok jadi keluarga harmonis!" Namun, Luna baru mengetahui soal postingan tersebut ketika salah satu rekannya di sekolah mengirimkan tautan. Melihat namanya disebut dalam narasi politik tanpa persetujuan, Luna merasa terganggu. "Kenapa aku tidak diberi tahu soal ini sebelumnya? Aku hanya ingin membantu Chelsea, bukan menjadi bagian dari kampanye politik," pikir Luna dengan hati kecewa.Namun dia tak mampu mengatakan apapun pada Permana. Di sisi lain, Permana mulai merasa bersalah. Meski awalnya ia setuju dengan rencana tim sukses, melihat bagaimana Luna ditarik ke dalam pusaran politik tanpa persetujuannya membuat Permana mulai mempertimbangkan ulang prioritasnya. "Apakah aku terlalu jauh melibatkan Luna dalam hal ini?" batin Permana, menatap foto-foto yang kini menjadi viral di media sosial."Tidak, ini demi tujuanku tercapai, aku tak peduli dengannya, yang terpenting aku bisa menjadi walikota masalah dengan guru TK itu bisa ku urus nanti." "Wahhh cucu nenek keliatan sangat happy banget sih,"Nenek Hilma menggoda sang cucu. "Iya nek, kan Chelsea habis main sama Ayah dan Bu Luna," ujar Chelsea anak berusia 4 tahun itu terlihat sangat bahagia. "Nenek senang sekali melihat cucu nenek tersenyum kembali. "Hilma memeluk Chelsea dengan bahagia. Dan kebahagiaan itu di sampaikan Nyonya Hilma pada Luna. "Haloo nak Luna, terimakasih ya, sudah mengajak Chelsea bermain, dia sangat bahagia sekali ." Lirih Nenek Hilma menahan tangisnya. "Sudah lama sekali Ibu tidak melihat Chelsea sebahagia ini." "Iya bu, saya hanya bisa melakukan itu untuk Chelsea." jawab Luna. "Tapi... tidak bisakah Nak Luna, berbuat lebih untuk Chelsea?" Cicit Hilma. "Maksud ibu?" "Maksudnya, Ibu sangat berharap jika Nak Luna mau menjadi ibu dari Chelsea ," "Apa ?" bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD