Pagi itu, Luna terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Perutnya terasa mual, dan kepalanya sedikit pusing. Ia mencoba duduk di tepi ranjang, tetapi begitu berdiri, rasa mual itu semakin menjadi. Dengan cepat, ia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Permana yang baru saja selesai mengenakan dasi, langsung berlari ke arah kamar mandi begitu mendengar suara Luna. Ia berdiri di depan pintu dengan ekspresi panik. "Luna? Kamu kenapa?!" tanyanya cemas. Luna masih berpegangan pada wastafel, wajahnya pucat dan berkeringat dingin. Ia mengangkat tangan, memberi isyarat agar Permana tidak terlalu khawatir. "Aku cuma... mual," jawabnya lemah. Namun, Permana tidak bisa tenang begitu saja. Dengan cepat, ia menghampiri Luna dan memegang bahunya dengan lembut. "Kamu kenapa tiba-tiba beg