Di dalam mobil yang melaju kencang menuju sekolah Yaya, kepala Pasha penuh dengan pikiran kusut. Bayangan Yaya, senyumnya waktu awal bertemu, dan sikapnya yang ceria seperti terputar terus-menerus di benaknya. Ia menepuk setir mobil dengan kesal. "Kenapa aku seperti ini? Aku sudah punya Mecca. Tapi... kenapa aku tidak bisa mengabaikan Yaya?" gumamnya. *** Satu jam kemudian, bel sekolah berbunyi nyaring, menandakan waktu pulang telah tiba. Siswa-siswi mulai berhamburan keluar dari gerbang SMK Wijaya Kesuma. Di antara kerumunan, seorang gadis dengan rambut panjangnya, Yaya, tampak berjalan bersama dua temannya. Wajahnya ceria, seolah beban ujian terakhir yang baru saja ia jalani sudah terlepas. Namun langkah Yaya terhenti ketika melihat sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat di depan ger