Udara malam terasa sejuk dan lembap ketika Andini menatap langit–langit kamar. Suara detak jarum jam terdengar begitu keras dalam keheningan. Sudah lewat pukul sepuluh malam dan Hannan belum juga kembali. Di dalam kotak bayi, Lingga telah terlelap, napasnya tenang, wajah mungilnya sesekali meringis dalam mimpi bayi yang tak terbaca. Sedang Andini melulu gagal memejamkan mata. Dia tidak bisa diam di tempat. Perasaannya gelisah, ada sesuatu yang menggeliat di dalam d**a sejak persidangan itu selesai. Entah mengapa, dia ingin sekali bertemu Hannan. Bukan karena sesuatu yang mendesak, bukan pula karena urusan penting. Dia hanya ingin berbincang, mengucapkan terima kasih. Itu saja. Setidaknya, itu yang dia yakini. Lama kelamaan, kegelisahan menjelma menjadi gelombang tak kasat mata yang terus