When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Hannan datang seperti biasa, dalam senyap. Langkah sepatunya bergema pelan di koridor rumah sakit yang mulai sepi di sore hari, kemudian berhenti tepat di depan ruang NICU. Tidak masuk, hanya berdiri dari kejauhan, mengamati bayi kecil di dalam inkubator melalui kaca. Bayi itu—Lingga—masih begitu mungil, rapuh, dan tak berdosa. Sama sekali tak tahu bahwa ayah kandungnya tengah memeluk dilema paling menyakitkan dalam diam. Seorang perawat muda menghampiri ayah kandung Lingga seraya tersenyum sopan. "Pak Hannan?" Yang ditegur menoleh sekilas, kemudian membalas dengan menunduk sopan. "Maaf sebelumnya, tapi kami rasa Bapak perlu tahu sesuatu." Perawat yang menyapa Hannan lebih dulu itu terdiam sejenak, lalu berkata pelan, "Lingga, tidak akan tinggal di sini lebih lama. Ada pasangan yang da