Bermula

2356 Words
Hufffff... Hahhhh... Hufp.. hahhhh.. Hufpp.. hahhhh... "Loe ngapain sih ?" "Hah.. eh.. " kaget ku saat mendengar suara Farish yang sekarang menatap aneh pada ku. "Gue... gue.. gue gugup Rish " ujarku sedikit berbisik padanyanya. Sambil melirik sedikit pada Bunda yang sedang mengobrol dengan Tante Sandra mamanya Veranda. Dan kak Dyo terlihat sedang mengobrol dengan om Tumiharja dan Seorang pria yang mungkin seumuran denga Kak Dyo. Pria itu Sandy kakak laki - laki nya Veranda. Yap ! Malam ini, sesuai rencana Bunda. Malam di mana Bunda akan melemar Ve. Dan sekarang, aku dan keluarga ku sudah berada di ruang tamu rumah nya Veranda. Tapi sang tuan putri masih belum turun dari kamarnya. Kata tante Sandra, Ve lagi siap - siap, sebab dia baru pulang sebelum kami datang, karena tiba - tiba ada pasien yang masuk. "Santai aja kali, baru juga ngelamar gimana ijab qobul coba ? Bisa pingsan loe " kekeh Farish meledek ku. Aku hanya mendengus padanya. Kembali aku menenangkan diri ku sendiri dengan meraih minuman yang tadi di suguhi oleh tuan rumah. Plak.. "Aw.. apa sih Bun ?" Tanya ku heran saat Bunda mengplak tangan ku yang hendak meraih minuman orange itu. Eh.. "Itu jeruk, kamu kan alergi Nal" tegur Bunda pada ku. Aku melirik pada Segelas air yang berwarna orange di atas meja. Lalu tersenyum bodoh pada Bunda. Efek gugup kali ya.. hehhe Aku pun beralih pada minuman lain nya. Jatuh pada sirup merah. Dan meneguk nya sedikit. Lumayan buat dahaga ku. Aku kembali duduk tegap. Membuang nafas kasar ku. "Keynal sekarang mimpin sendiri perusahaan Papanya ya ?' Tanya Om Tumiharja yang tiba - tiba mengajak ku mengobrol. "Eh.. i.. iya om.. sejak Ayah gak ada, aku yang ganti " jawab ku mencoba sebiasa mungkin. "Om kira, kamu bakal tetap mau jadi pengacara " ujar Om Tumiharja pada ku. " mau nya sih gitu, cuma Ayah lebih suka kalau aku nerusin bisnis nya " jawab ku padanya dengan sopan. "Bentar ya, Saya panggil Ve nya dulu " ku dengar suara Tante Sandra yang pamit sama Bunda dan teh Melody. Lalu ia beranjak menaiki tangga rumah mewah ini. Aku dan papanya Ve mengobrol tentang berbagai hal. Dari perusahaan, rumah sakit, dan lain sebagainya. Yang jelas papanya Ve kayaknnya tau kalau aku lagi gugup. Makanya ia sedang mengalihkan rasa gugup ku dengan cara mengobrol. Sesekali Farish ikut ngobrol, begitu jiga dengan kak Dyo. Untuk lamaran malam ini, memang lebih pribadi yaitu hanya aku dan Bunda. Sedangkan Kak Dyo dan Teh melody hanya mewakili keluarga besar ku yang lain. Kalau Farish.. dia memang sudah seperti kakak untuk ku, atau Anak untuk Bunda. Bahkan kadang Bunda lebih sayang padanya di banding aku. "Nal. " senggol Farish pada lengan ku dengan berbisik. "Apa ?" Tanya ku menoleh padanya. Ikut herbisik juga. Dia menunjuk dengan dagunya ke arah tangga. Dan aku menoleh,.. Deg.. ! I..tu.. bidadari ? Cantik banget. Veranda menuruni tangga dengan perlahang. Langkah nya yang anggun membuatnya semakin terlihat layaknya seorang putri. "Makin cantik ya ' Aku hanya mengangguk mendengar suara Farish. Mata ku hanya terfokus padanya. Yang sedang tersenyum pada semuanya. Berjalan dengan di gandeng mama nya menuju ke arah ku.. Tidak. Maksud nya ke arah kami. Acara lamaran berlangsung dengan lancar. Aku tidak ingat Bunda ngucapin apa aja, begitu juga dengan Kak Dyo. Aku gagal fokus. Malah sibuk melirik Veranda yang duduk di antara orang tuanya tadi. Aku sempat menahan nafas saat ve akan menjawab lamaran Bunda. Dia berkali - kali melirik pada ku seolah meneliti. Apa dia ingat aku ? Itu yang terlintas saat dia melirik pada Ku tadi. Bahkan dia menggantungkan jawabanya nya tadi sebentar. Membuat ku semakin deg deg kan. Tapi semua nya lancar, Ve menerima nya. Dan langsung di amin kan Bunda. Dan juga aku, tentu dalam hati. Dan berlanjut ke acara bertukar cincin. Sebagai tanda pertunangan. Dan memutuskan tanggal untuk pernikahan kami. Semua di urus Bunda dan juga Tante Sandra. Aku hanya bisa diam, menjawab jika di tanya. Dan sekarang, Aku dan Ve sedang duduk di halaman rumah nya. Di atas ayunan, tadi Ve mengajak ku untuk ngobrol sebentar. Tapi, sudah sepuluh menit kami duduk dalam diam. Tidak ada obrolan dari kami. Aku memilih menatap ke arah depan. Di mana terdapat sebuah kolam ikan. Yang di kelilingi oleh lampu - lampu taman. "Aku punya pacar " Jleb... Tuhan.. Tenggelamkan hamba ke kolam itu sekarang.. Sumpah nyesek banget waktu dia bilang gitu. Tapi aku mencoba untuk santai. Lalu menoleh padanya seolah bertanya. "Aku mencintai nya " Jleb... Dua kali. Sekali lagi, gue beneran nyeburin diri ke kolam itu. "Kenapa nerima lamaran Ku ?" Tanya ku tenang, mencoba untuk tidak berteriak padanya. Kalau ada orang yang di cintainya kenapa dia menerima. Dia punya hak untuk menolak. Ini pernikahan, bukan main - main. Ini sakral. "Aku gak bisa nolak, papa dan mama sudah terikat janji dengan orang tua kamu " jawab nya dengan lirih sambil menatap ke arah kolam. Huft... Ya.. aku ngerti kok.. "Maaf " ucap ku menatap ke arah kolam lagi. "Kalau kamu gak mau, nanti aku akan bicara sama Bunda buat ngebata... ". "Jangan " selanya cepat. Membuat ku menoleh heran padanya. "Aku gak tega, tante Widya kayak nya senang banget tadi, aku gak tega " Huft... Dari dulu, dia gak pernah berubah. "Bukan nya kamu punya pacar dan katanya kamu mencintai nya ? " "Huft.. " dia menghela nafas berat dan lelahnya. Lalu kembali mengarahkan pandangan nya ke kolam itu. "Papa gak setuju dengan hubungan kami, karena dia hanya staff biasa " ujarnya dengan lemah. Ooo... "Trus gimana ? Kamu gak mungkin kan menikah dengan ku sementara kamu masih menjalin hubungan dengan pria lain " ujar ku padanya. Dia menoleh pad aku. "Gak boleh ya " "Eh.. " Apa maksud nya ? Dia mau jalani dua sekligus gitu. Mana bisa, emang nya aku di anggap apa. "Aku bercanda kok, kamu kaget gitu. " Huft... untung dia bercanda. Kenbali aku menoleh pada kolam ikan itu. Ya Allah.. Pemandangan di samping ku jauh lebih bagus dan lebih indah. Kenapa aku malah memilih melihat kolam ikan itu sih. HuftNal.. "Kenapa kamu mau di jodohkan dengan ku ?" Kembali ia bertanya sambil menoleh pada ku. Aku ikut menoleh padanya. "Bunda sudah sangat ngebet pingin aku nikah, itu karena hampir semua teman - teman arisan nya anak nya sudah pada nikah dan punya cucu, jadi ya.. gitu.. " ujar ku padanya. Aku bisa melihat dia tersenyum, kembali ia menerawang kedepan. "Kamu yakin dengan pernikahan ini ?' Tanya seolah pada dirinya sendiri. "Aku tau kamu Keynal, aku tau gimana kamu saat masih sekolah dulu, satu sekolahan tau siapa Keynal si Trouble maker SMA mulia " Kali ini, aku bener - benar ingin menenggelamkan diri ke laut, bukan lagi kolam. Bunda.. "Masih ?" Tanya nya kini menoleh pada ku. "Apa ?' Tanya ku tidak mengerti dengan pertanyaan nya. "Aku tidak yakin dengan pernikahan ini , jika pasangan ku, sering bergonta - ganti wanita kencan nya, bahkan tidur dengan berbagai wanita " Oke.. kali ini, aku hanya bisa diam. Karena dia benar, Hey... siapa yang rela suaminya masih main di luar dengan wanita lain. Alhasil. Aku hanya diam, tidak menjawab. Dan aku yakin dia menebak sendiri jawabannya. Karena setelah lima menit aku belum juga menjawab. Dia tersenyum sinis, lalu beranjak meninggal kan ku. Bagus .... Gue udah ngebuat kesan paling bodoh. Ngebuat dia makin ilfil sekaligus jijik sama gue... Aku hanya bisa merenungi nasib sial ku sekarang. *** Veranda PoV "Huft..." aku menghela nafas berat ku. Entah untuk keberapa kalinya. Obrolan ku denga nya Malam itu berakhir dengan mood ku yang memburuk. Padahal, kesan pertama aku bertemu dengan nya, dia baik. Itu terlihat saat dia mengobrol dengan Feni salah satu pasien ku. Awalnya aku tidak tau kalau itu dia. Karena aku memang tidak terlalu dekat. Aku tau kalau itu Keynal saat malam itu. Saat aku keluar kamar, menuruni tangga. Dan melihat ke arah ruang tamu, di mana acara sedang berlansung. Dia duduk dengan Farish, ya.. aku ingat Farish, karena dia salah satu anggota osis dulu. Dan sedang mengobrol dengan papa. Fikiran buruk ku dengan perlahan lenyap saat melihat interaksi nya dengan tante Widya Bunda nya. Dia terlihat sebagai anak yang penurut dan sangat menyayangi Bunda nya. Dan itu sedikit membuat ku bisa menerima perjodohan ini. Tapi saat aku bertanya tentang salah satu sikap jelek nya yang sangat mengganggu ku dan dia hanya diam, tidak membantah atau apapun. Di situ, kembali aku merasa ragu. Dan sekarang ? Masalah ku dengan Keenan harus selesai. Laki - laki yang lima tahun ini menjadi kekasih ku. Laki - laki yang aku cintai dari dulu hingga sekarang. Mau tidak mau aku harus bicara padanya. Karena cepat atau lambat dia akan tau semuanya. Dan aku tidak mau dia tau dari orang lain. Makanya hari ini aku ingin bertemu dengan nya. Berharap kalau aku tidak menyakitinya. Walau itu terasa mustahil. Jelas aku akan menyakiti nya. "Ve,, " Aku menoleh pada Shania yang masuk keruangan ku. "Udah ketemu Keynal ?' Tanyanya pada ku. Aku mengangguk lemah. "Aku gak yakin Shan, " ucap ku dengan lirih. Shania menghela nafas berat nya. "Trus kamu mau nya gimana ?' Tanyanya pada ku. Dan aku hanya bisa mengindikkan bahu ku. Tanda tidak tau. Jujur fikiran ku buntu sekarang. "Hari ini, aku akan ketemu Keenan. Dan mengakhiri semuanya " ujar ku lemah padanya. Ia menatap iba padaku, lalu menggenggam tangan ku mengelus nya mencoba menyabar atau menguatkan ku. *** Langkah ku menjadi perlahan saat melihat punggung bidang pria yang menjadi tempat ku untuk bersandar lima tahun ini. Punggung tegap yang selalu membuat ku nyaman. Tanpa sadar, air mata ku jatuh begitu saja. Ya Tuhan.. Aku gak sanggup untuk menyakiti nya.. Tapi.. Aku sudah tidak punya pilihan lagi. Menarik nafas dalam - dalam, lalu membuang nya. Mengusap air mata ku. Kembali melanjutkan langkah ku menuju Keenan yang sedang duduk di kursi putih panjang memandang ke danau. "Hai.. " sapa ku mencoba memasang senyum. Ia menoleh, dan tersenyum pada ku. Ya Tuhan.. Apa aku akan terus melihat senyum itu dari nya. "Hai.. ayo duduk " balas nya menepuk sisa kursi yang di dudukin nya. Aku menuruti nya, duduk di sampingnya. "Gimana hari ini ?" Tanya nya pada ku dengan senyum manis nya. "Baik, lumayan lah " jawab ku sekena nya. Kini aku sadar, ada yang beda dengan tatapan nya kini. "Ken, " panggil ku menyentuh bahu nya saat ia menatap jauh ke danau. Ia menoleh tanya pada ku. "Kamu ada masalah di kantor kamu ?" Keenan tersenyum, senyuman yang aneh menurut ku. Senyuman itu membuat ku menjadi cemas. Lima tahun menjalin hubungan dengan nya, membuat ku sangat mudah menebak nya. "Kamu mau ngomong sesuatu ?" Tanyanya pada ku. Sedikit membuatku terhenyak. Dia tau aku mau bicara sesuatu. Belum sempat aku menjawab Keenan tersenyum kecut. "Sayang.. " ucapan ku terhenti saat dia berbalik ke sampingnya. Ke arah tas kerja yang ada di sampingnya. Ya Tuhan.... Hukum aku sekarang, Aku menyakiti nya.. "Bukannya masih ada sisa waktu Setahun lagi ?" Ujarnya menyodorkan ku sebuah undangan. Bagaimana dia bisa mendapatkan undangan ini ? "Tadi nya aku fikir aku salah baca, tapi itu nama mu, iya kan ?" Tanyanya dengan suara bergetar. Air mata ku sudah tidak bisa ku tahan lagi. Terjun bebas dengan deras memandangi undangan di tangan nya. Undangan pernikahan ku dengan Keynal. Yang akan di laksana kan minggu depan. "Kenapa harus begini Ve ? " "Maaf " ucap ku dengan suara bergetar. Tidak sanggup melihat nya, melihat air mata yang lolos dari matanya. "Aku sudah berusaha Ve, aku berkeerja tiada henti buat kamu, aku lembur kayak orang gila, buat menuhi syarat dari papa kamu, aku sudah berusaha , bahkan sedikit lagi, sedikit lagi, semua selesai Ve, " ujarnya dengan lirih. Aku menatap nya dengan penuh penyesalan. "Maaf " lagi, aku hanya bisa mengatakan maaf padanya. Ini terlalu sakit.. Untuk pertama kali nya aku melihat emosi nya, pertama kali nya aku melihat nya begitu terluka dan kecewa. Bahkan luka itu melebihi luka saat papa menghina nya dulu. "Seharusnya gak begini kan ? Kenapa Ve ? Ini terlalu sakit Ve. "Ujarnya mulai terisak. Aku tau ini sangat sakit. Tapi apa yang bisa ku lakukan ? Tidak ada. Papa sangat keras kepala. Selama ini papa selalu menuruti kemauan ku. Tidak membantah apapun permintaan ku. Hanya sekali, yaitu saat aku ingin menikah dengan Keenan. Tapi papa tidak suka. Dan papa juga tidak pernah meminta apapun pada ku. Kecuali malam itu, papa minta aku menerima pinangan Keynal. Dan itu juga dengan memohon. Jadi, apa yang bisa ku lakukan saat papa sudah begitu ? Tidak ada. Aku hanya bisa menuruti permintaan papa. Aku memeluk Keenan dengan erat. Meminta maaf beribu - ribu kali. Mungkin memang kami tidak berjodoh. Atau Tuhan punya rencana lain untuk kami. "Aku sangat mencintai mu Ve, sangat mencintai mu " ucapnya membalas pelukkan ku. "Aku juga Ken, aku juga mencintai mu " balas ku mengecup pipi nya. Kembali memeluk erat tubuhnya. Meredamkan tangis kubdalam dadanya. Ini sakit banget.. *** "Keynal ?" Ucap Shania saat dirinya baru saja sampai di lobby rumah sakit. Dan melihat Keynal yang masih menggunakan pakaian kerjanya. Lalu ia melangkah lebih dekat untuk memastikan. "Keynal "panggil nya yakin saat ia sudah di dekat Keynal. Dan membuat pria tampan itu menoleh pada nya. "Shania ?" Ucap Keynal sedikit ragu. Sekaligus mengingat siapa gadis di depannya itu. Shania mengangguk dengan senyum manis nya. "Hai.. apa kabar?" Sapa Shania dengan ramah. Keynal ikut tersenyum. "Baik, loe ?' Jawab Keynal sekaligus bertanya. "Baik juga, btw, ngapain ? Siapa yang sakit ?" Tanya Shania pada Keynal. Keynal terlihat mulai salah tingkah dia menggaruk keninga nya yang tidak gatal. "Gue mau jemput Veranda " ucap nya sedikit malu. Bahkan pipinya memerah. Shania yang sedari tadi menahan tawa nya. Akhirnya pecah, melihat tingkah Keynal yang layak nya ABG yang lagi kasmaran. "Hahahahah.. loe lucu banget.. wkkwk " Keynal mendengus kesel pipi nya semakin memanas. "Apaan sih "dengus Keynal malas. Sedangkan Shania masih tertawa. "Shan, udah ih.. malu di liatin orang tuh " tegur Keynal mulai risih karena banyak mata yang menatap aneh pada keduanya. "Haha.. oke... oke.. aduh sakit perut gue.. hhahaha " ujar Shania mencoba meredam tawa nya. "Ve gak ada, loe telat jemput nya, dia udah pergi jalan sama pacarnya... ups " ujar Shania dengan santai. Saat sudah selesai baru dia menutup rapat - rapat mulutnya merasa keceplosan. "Oh... " tangga Keynal mendadak lesu. Dia menghela nafas berat nya. Shania menjadi tidak enak dengan Keynal. "Yaudah kalau gitu, gue balik aja, loe mau gue anterin ?" Jawab Keynal pasrah. Lalu menoleh pada Shania. "Gue bawa mobil, thanks tawaran nya " ujar Shania tidak enak. Keynal mengangguk, lalu ia pamit pada Shania. "Key.. " panggil Shania saat Keynal sudah berjalaj dua langkah. Keynal kembali berbalik. "Dia cuma mau nyelesain masalah nya dengan pacar nya " ujar Shania pada Keynal. Ia tidak menanggapi nya, hanya tersenyum pada Shania. Lalu pergi meninggalkan lobby rumah sakit itu. Bersambung...............
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD