Bab 19

2316 Words

Kesempatan bagus ini tentu saja tidak ku sia-siakan begitu saja. Aku menempeli kemanapun Kafa pergi. Berulang kali menyebutkan namanya—dan berulang kali juga melihat wajahnya merona. Bisa ya, orang malu hanya dengan dipanggil namanya saja? Dia tidak menolak—malah dia sendiri yang memintanya. Tapi lihat, kalau tidak wajah yang bersemu, pasti telinganya yang merah. Seperti sekarang, saat kami baru saja selesai sholat di masjid yang ada di mall. Kali ini aku harus ikhlas karena Kafa tidak lagi mengimami—karena kebetulan berada di tempat umum dan ada orang lain yang sudah menjadi imam. Aku masih membenahi dandananku saat kulihat ia keluar masjid dengan rambut basah yang berantakan. Buru-buru kusapukan liptint nude pink samar ke bibirku, setelah merasa tidak ada yang rusak—jembret—ku tutup kac

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD