Bab 23

2254 Words

Kata-kata Rama masih terngiang dikepalaku bahkan setelah aku mendapatkan tidur yang cukup. Bukannya membantu, tapi Rama membuat susunan otakku chaos. Kalau Rama si manusia tidak peka itu saja tau kalau aku mendambakan Kafa, masa iya, Kafa benar-benar clueless padaku? Aku bergidik ngeri membayangkan hipotesis yang ada dikepala. Semoga Kafa memang sepenuhnya tidak tau-dan tidak sedang mengambil kesempatan dari wanita polos semacam diriku. Aku masih bergulat ditengah kasur saat kudengar pintu kamarku terbuka. Kasurku sedikit ringsak. Aku menoleh, mendapati Mbak Ine bersama Fahmi menyusulku kesini. Ini masih pagi, untuk apa dua orang manusia itu kesini sekarang. "Bangun Tee..." ucap Mbak Ine menggerakkan Fahmi agar membangukanku. "Heeh... Cium dulu sini," kataku sambil memberikan pipi pada

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD