Pertanyaannya ku tanggapi dengan gelengan kepala, tidak mungkin kan kalau bilang 'iya, hatiku yang sakit lihat kamu sudah punya orang lain, punya anak pula selucu Rishi' jayus banget jatuhnya. Lalu kudengar ia menghela nafasnya sebelum duduk dengan benar di kursi sebelahku. Di kursi single lain, Nenek Rishi menemani kami. "Maaf ya, Mbak, jadi merepotkan gini. Sampai Mbak luka gitu." "Lagian Mama juga aneh-aneh. Masa biarin orang asing masuk rumah. Memangnya Mama sudah kenal siapa dia?" tanya laki-laki itu masih dengan nada yang sarat akan kekesalan. Loh eh, orang asing maksudnya apa ya? Kenapa konotasi ini terdengar negatif ditelingaku. Aku segera memperbaiki dudukku. Benar saja, kalau kuingat dari tadi aku memang belum mengenalkan diri. Lagipula mana sempat, karena Rishi yang sibuk nem