Pov Rama Aku membawa Anna pergi dari butik Nisa, sahabatnya. Lama bertengkar dengan Anna membuatku tak nyaman dan ingin segera mencumbu tubuhnya, istri kecilku yang mungil. Kumasukkan Anna ke dalam mobil dan setelah selesai, kuciumi wajahnya sampai memerah, bahkan bukan hanya wajah, tapi bagian lain juga tak luput dari ciumanku, sangat gemas melihat mimik mukanya, masih sama seperti dulu, malu-malu. "Anna ... seandainya kau tahu, betapa aku sangat mencintaimu, mendambakanmu, bahkan sangat ingin hidup bersamamu, selama ini, aku berusaha menahan gairahku yang selalu ingin mencumbumu, tentu saja dengan limpahan kasih mesraku, hanya saja ... aku takut kau tak nyaman dengan sikapku, Sayang. Bagaimanapun juga, kita dulu adalah saudara ipar," batinku sembari menggigit pelan bibir Anna. "Kak