Aku sudah duduk lebih dari sepuluh menit di sebuah kafe tempat aku berjanjian dengan Vino tapi laki-laki itu tidak kunjung datang. Tidak biasanya Vino terlambat, dia adalah orang paling tepat waktu di dunia. Karenanya aku lumayan khawatir. Tapi ketika aku hendak menelpon Bram menanyakan keberadaan kakaknya itu, Vino terlihat berlari di pintu masuk kafe dan segera berlari kecil menuju ke arahku setelah aku mengangkat tangan. “Thanks banget Al mau ketemu gue.” Ucapnya dengan napas memburu. Aku mengernyit heran melihat si sempurna ini terlihat berantakan. Apakah terjadi sesuatu dalam perjalanan ke tempat ini? “Lo kenapa sih? Nggak biasanya lo telat?” Tanyaku curiga. Vino mendesah kemudian tersenyum. Sepertinya dia tidak ingin memberitahuku tentang apa yang sebenernya terjadi. “Nggak papa A