Prolog

262 Words
"Cepatan! Dia kan masuk kelas kita hanya seminggu sekali, ini adalah kesempatannya. Jangan nunda-nunda," bisik Wawa di samping Hana, mendesak gadis itu agar melakukan tantangan yang ia dan teman-temannya ajukan semalam pada Hana yang kalah saat main Truth or Dare. Hana menelan ludahnya susah payah saat Pak Firman selesai menjelaskan sedikit tentang bab mata kuliah mereka. "Pak!" panggil Hana. Hana berusaha mengendalikan raut tegangnya, saat Pria yang berstatus--Dosen mata kuliah--serta teman sekelasnya--menoleh penuh tanya. Hana gugup, ketika seisi kelas menjadikannya pusat perhatian. "Ada apa Hana?" tanya Pak Firman, terlihat sedikit mengintimidasi. Dalam hati, Hana merutuki teman-temannya, yang memberikan dare menembak si Dosen kalem yang setahu Hana adalah duda anak satu itu, hingga Hana harus berada di posisi ini. Bisa-bisa nilai Mata Kuliahnya yang akan menjadi korban setelah ini. "Uswatun Hasanah?" Hana tersentak kaget saat Pak Firman menyebut nama lengkapnya. "Bapak mau nggak jadi pacar saya?" ucapnya cepat membuat seisi kelas menganga tak percaya, bahkan dirinya sendiri. Hening! Hana semakin tegang di tempat, begitupun seisi kelas yang masih dalam mode terkejut sekaligus menanti jawaban dari Dosen yang terkenal sangat tampan di Kampus mereka itu. "Oke! Kebetulan saya lagi mencari Ibu untuk anak saya saat ini, sekaligus anak-anak saya di masa depan nanti. Karena kamu nawarin diri, dengan senang hati saya terima." Jawaban itu tentu tambah mengejutkan seisi kelas. "Tapi..." Kelas yang tadinya riuh karena jawaban Pak Firman kini kembali hening, menunggu kelanjutan ucapan Dosen itu. "Kita bahasnya setelah Mata Kuliah selesai! Sangat tidak etis kita bahas masa depan saat jam kuliah." Hana melongo, sebenarnya, manusia seperti apa yang baru saja Hana tembak ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD