"Ara." "Hm." Sahut Barbara tanpa menatap lawan bicaranya. Matanya terus tertuju pada layar datar di depannya. Aarav menghembuskan napas, katakan lah dia lebay menjadi seorang pria karena terlalu terpengaruh pada seorang Barbara tapi kenyataannya memang seperti itu. Jadi jika sekarang dia gagal untuk membuat Barbara jatuh cinta itu sama saja membuang waktunya selama bertahun-tahun. "Aku minta maaf." "Hm." "Ara, aku tahu kau kesel padaku. Tapi aku punya alasan tersendiri untuk masalah itu." "Hm." "Jangan marah." Aarav menarik lengan Barbara lalu menggenggamnya dengan erat. Barbara berdecak sebal saat permainan miliknya mati. "Kan! liat punya ku mati. Kau, sih." Barbara melemparkan stik PSP dengan sebal. Menarik kasar lengan yang di genggam erat oleh Suaminya. Aarav mengusap wa