Bab - 27

1307 Words
Mawar masih belum bisa memejamkan matanya hingga saat ini. Mungkin karena adanya Rendra di dalam kamarnya. Pasalnya, ini adalah kali kedua mereka tidur bersama setelah satu bulan mereka menikah. Sudah beberapa kali dirinya pindah posisi. Terlentang, memunggungi Rendra, bahkan sampai tengkurap. Tapi hasilnya nihil! Dirinya masih juga belum terpejam. "Astaga! Lo kenapa, sih? Ga mau diem banget!" keluh Rendra karena sedari tadi istrinya tidak mau diam. "Maaf ...." lirih Mawar dengan posisi masih memunggungi suaminya. Sedangkan Rendra memilih posisi terlentang, dengan guling di tengah-tengah mereka, sebagai pembatas. "Kenapa?" tanya laki-laki itu dengan suara dinginnya. "Nggak apa-apa." "Gue tanya kenapa?" Rendra kembali menanyakan pertanyaan yang sama. "Aku kangen mama," ucap wanita itu dengan nada seperti menahan tangis. Rendra menghela napas. Iya, dia hampir saja lupa. Dirinya pernah berjanji akan mempertemukan Mawar dan Desri sebulan sekali. Dan ini sudah hampir sebulan ibu dan anak itu tidak bertemu. Bagi Rendra tidak bertemu dengan kedua orang tuanya adalah hal yang biasa. Karena dirinya sudah tinggal sendiri sejak lima tahun yang lalu. "Maaf, gue belum bisa nganter Lo buat ketemu sama mama," ucap laki-laki itu merasa bersalah. "Hiks ... hiks ...." Terdengar isakan dari Mawar. Punggung wanita itu bergetar, dan Rendra mengetahui hal itu. Ingin sekali dirinya memeluk wanita itu, dan menenangkannya dalam pelukannya. Tapi, masa sih dia duluan yang memulai? "Udah, jangan nangis," ucap Rendra menenangkan. Tapi sialnya tangis Mawar malah semakin menjadi. Sampai-sampai membuat Rendra kalang kabut. "E - eh ... udah dong, jangan nangis!" Rendra bangkit dari tidurnya, lalu menyingkirkan guling yang menjadi penghalang mereka. Tanpa sadar, Rendra membawa wanita yang kini berstatus sebagai istrinya itu ke dalam pelukannya. Lalu mengelus-elus pucuk kepalanya. "Ssst ... udah, jangan nangis," ucap Rendra menenangkan. Sambil sesekali laki-laki itu mengecup pucuk kepala istrinya. Sepertinya Rendra melakukan hal itu semua karena khilaf, hingga tanpa sadar laki-laki itu sampai menghujani kepala Mawar dengan kecupan. "Hiks ... aku kangen mama," rajuk Mawar pada suaminya. Wanita itu memasrahkan dirinya pada Rendra. Bukan karena dirinya tidak sadar dipeluk dan dicium oleh Rendra. Tapi entah kenapa, untuk kali ini saja. Mawar butuh sebuah pelukan, untuk mengurangi rasa rindunya pada sang mama. "Iya, nanti ya ... kalo kerjaan gue udah nggak terlalu banyak, kita ke rumah mama ya ...." ucap Rendra masih menenangkan istrinya. Memang akhir-akhir ini pekerja Rendra menumpuk, apalagi Wijaya Group akan membangun hotel di Bali. Mawar mengangguk mendengar ucapan Rendra. Tapi tangisnya masih juga belum reda. Wanita itu masih saja terisak, meski tidak seperti tadi. Iya, Mawar adalah anak yang manja. Anak yang tak bisa jauh dari mamanya. Bahkan saat dulu sekolah pun ada acara camping, wanita itu sempat tidak akan ikut. Tapi karena diancam oleh mamanya, akhirnya dengan terpaksa dia pun ikut. Lalu setiap malamnya dia menangis karena merindukan Desri. Akhirnya tangis Mawar pun mereda. Wanita itu sudah terlelap, dalam pelukan Rendra. Tanpa sadar Rendra tersenyum, lalu menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah istrinya. "Ternyata dia cantik juga," gumam Rendra tanpa sadar. Buru-buru laki-laki itu menutup mulutnya. Karena sudah berani-beraninya memuji wanita lain cantik, selain Michelle. Mawar menggeliat, dengan cepat Rendra pun kembali menepuk-nepuk tubuh istrinya hingga terlelap. Akhirnya Rendra pun ikutan terlelap juga, dengan posisi masih memeluk istrinya, Mawar. ********** Max, laki-laki itu tak bisa tidur. Sudah beberapa kali dirinya mencari posisi tidur yang nyaman. Tapi hasilnya nihil! Hujan di luar masih saja deras. Sambil dibarengi oleh kilatan-kilatan yang menyambar langit Jakarta malam itu. Sudah dipastikan, di beberapa titik akan terkena banjir. Mengingat hujan deras yang turun hampir semalaman. "Astaga!" keluh laki-laki itu baru saja melakukan push up. Max mengelap keringatnya dengan handuk kecil. Padahal, ini bukan kali pertamanya menginap di apartemen milik Rendra. Tapi kenapa matanya tak kunjung juga terpejam? Mengingat besok akan ada meeting dengan klien, yang akan bekerjasama dalam pembangunan hotel di Bali nanti. Laki-laki itu merebahkan tubuhnya pada ranjang, menatap langit-langit kamar yang ia tempati. Sambil menerka-nerka, kira-kira apa yang sedang dilakukan oleh sepasang suami istri itu di kamar sebelah? Apalagi malam itu diguyur oleh hujan deras, dan udara pun mendingin. Kira-kira, apa yang sedang mereka lakukan? Yah ... apalagi jika tidak bergulat di atas kasur? s**t! Max menggigit bibir bawahnya, membayangkan Mawar yang sedang di jamah oleh Rendra, lalu menggeliat tak berdaya di bawahnya. Astaga, Max benar-benar tidak tahan. Baru membayangkannya saja sudah mampu membuat adik kecilnya terbangun. Ingin sekali dirinya mendobrak kamar Rendra, lalu membawa Mawar ke dalam kamarnya. Dan menyekap wanita itu di dalam sana. Menerkam Mawar, melahapnya dengan buas, lalu meremukkan setiap tulangnya. Merasakan hangatnya lubang milik Mawar, lalu bergerak dengan tempo yang perlahan, namun sedikit demi sedikit gerakannya menjadi cepat. Dan .... "Sial!" gerutu Max. Laki-laki itu bangun dari rebahannya, lalu berjalan menuju kamar mandi. Sebenarnya ini adalah ruang kerja Rendra, tapi disulap menjadi sebuah kamar. Saat Max menanyakan kenapa ruang kerjanya diubah menjadi kamar? Sahabatnya itu hanya menjawab, 'untuk jaga-jaga, jika suatu saat nanti Mama Desri akan menginap' begitulah alasannya. Max masuk ke dalam kamar mandi, mengambil sabun cair. Selebihnya kalian bisa tau, kan? Apa yang laki-laki itu lakukan? Ya, begitulah. Saat sudah selesai dengan adik kecilnya, Max memutuskan untuk tidur. ******* Mawar menggeliat saat merasa tubuhnya ditindih oleh sesuatu yang berat. Perlahan mata bulat itu terbuka. Sempat beberapa kali ia mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. "Uh ...." keluh gadis itu saat merasakan benda berat menindih bagian dadanya. Lalu mata Mawar melihat sebuah tangan kokoh sedang memeluknya dengan erat. Gadis itu pun terkejut, lalu melihat siapa pemilik tangan itu. "Astaga!" gumam Mawar tau siapa yang sedang memeluknya. Wanita itu buru-buru kembali menutup matanya, saat merasakan pergerakan dari suaminya. Rendra, laki-laki itu menggeliat. Merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Lalu matanya melihat ke arah tangannya, yang masih setia memeluk erat tubuh istrinya dari semalam. Laki-laki itu diam sejenak, mengingat kejadian semalam. Hal apa yang membuatnya sampai memeluk istrinya. Oh ... dia baru ingat, semalam istrinya menangis karena merindukan mamanya. Alhasil, dirinya pun terpaksa memeluk istrinya untuk menenangkan wanita itu. Dengan sangat hati-hati Rendra turun dari ranjangnya. Laki-laki itu tak ingin membuat istrinya terbangun karena pergerakan dirinya. Dengan langkah yang sangat pelan, Rendra masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Mawar, wanita itu perlahan-lahan membuka matanya. Jantungnya sedikit berdegup kencang saat merasakan bagaimana suaminya - Rendra, turun dari ranjang. Dengan sangat pelan-pelan, mungkin karena tak ingin membuat dirinya terbangun. Mawar pun turun dari ranjang, dan berjalan ke luar. Dia akan membuat sarapan untuk dirinya, Rendra dan Max. Saat dirinya keluar dari kamar, hampir saja ia bertabrakan dengan Max yang baru saja keluar dari kamar milik Rendra. Karena posisi kamar mereka yang bersebelahan. "Astaga!" pekik Mawar karena kaget. "Awas!" teriak Max, saat Mawar yang kaget dan memundurkan tubuhnya sehingga membuat kepala wanita itu hampir saja membentur pintu. Dengan gerakan cepat, Max menarik kepala Mawar, dan membawanya ke dalam pelukannya. Cukup lama laki-laki memeluk tubuh istri dari sahabatnya. "Lepasin aku!" pinta Mawar, sambil mendorong tubuh Max dengan tangan kecilnya. "Oh, maaf!" kata Max sambil melepaskan pelukannya. Laki-laki menatap Mawar dengan kagum. Bagaimana bisa, wanita itu tetap cantik di saat dirinya baru saja bangun tidur? Rambutnya yang acak-acakan, belek yang menyempil di matanya, dan iler yang memutih di sudut bibir Mawar. Di mana Max, kecantikan Mawar semakin bertambah di saat wanita itu baru bangun tidur. Apakah ini yang dinamakan istri orang lain lebih menggoda? Padahal, di mata Rendra, Mawar saat bangun tidur terlihat sangat kacau. Rambut yang acak-acakan seperti rambut singa betina, lalu belek yang terang-terangan menampilkan dirinya, dan juga terkadang iler yang menghiasi sudut bibir istrinya. Cantik dari mananya coba? Ya begitulah, istri di mata suami jelas berbeda di mata orang lain. Apalagi di mata laki-laki lain. Jadi, jagalah istri kalian sebaik-baiknya ya. Untuk kesekian kalinya, dalam hidupnya, laki-laki itu - Max, iri terhadap sahabatnya, Rendra. Max iri kepada Rendra, karena setiap pagi sahabatnya itu bisa melihat wajah Mawar yang terlihat sangat cantik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD