Bab - 19

1087 Words
Mawar sedang memilih beberapa daleman untuknya. Ia memilih bahannya yang nyaman, jaitannya rapih, warnanya bagus, sesuai dengan ukurannya, dan yang terpenting murah! Gadis itu sudah di bagian tempat daleman wanita. Sudah cukup lama ia berada di sana, sampai-sampai membuat Rendra malu sendiri. Rendra? Iya, Rendra! Laki-laki itu selalu mengekor kemana pun Mawar pergi. Termasuk ke bagian daleman wanita. Memalukan memang. Tapi, apa boleh buat? Dia tidak terlalu hafal dengan Kota Kuningan, sehingga mau tak mau ia mengikuti kemana pun Mawar pergi. Padahal, dia bisa saja pergi sendiri. Tapi laki-laki itu trauma, saat dirinya dikerubungi oleh ibu-ibu. Sampai akhirnya Mawar datang, dan menyelamatkan dirinya dari terkaman ibu-ibu. "Lo masih lama?" tanya Rendra pada Mawar yang sedang memilih celana dalam. "Masih!" "Cepatan, dong! Bukan Lo aja yang mau beli baju! Tapi gue juga!" ketus Rendra. Dengan maksud agar Mawar segera keluar dari bagian daleman wanita, malu katanya. Apalagi sedari tadi banyak wanita yang menatay dirinya dengan tatapan menjijikkan. "Ya udah, tinggal beli aja. Apa susahnya?" "Lo juga tau, kan? Tadi aja gue hampir diperkosa sama ibu-ibu itu! Lo mau punya suami korban pelecehan?" tanya Rendra kesal. Jujur saja, saat dirinya sedang dikerubungi oleh ibu-ibu tadi. Berbagai bagian tubuhnya terjamah oleh tangan-tangan jahil mereka. Ada yang memegang p****t, d**a, perut, paha, dan ada yang juga hampir menyentuh adik kecilnya Rendra! Astaga, apakah ini karma karena semalam dia sudah berani menjamah tubuh istrinya? Tunggu, bukannya itu sudah menjadi haknya, ya? Dia boleh meminta haknya sebagai suami. Tapi ... karena rasa gengsinya sebesar gunung, sedalam lautan, setinggi langit, Rendra enggan memintanya. "Salah sendiri, punya muka ko ganteng banget," gumam Mawar sambil terus memilih daleman yang akan ia kenakan nanti. "Apa?" Rendra pura-pura tak mendengar. Padahal dia mendengar gumaman Mawar dengan sangat jelas. "Nggak!" balas Mawar sambil melenggang pergi, meninggalkan Rendra yang masih di bagian daleman wanita seorang diri. Merasa dirinya ditinggalkan, Rendra langsung kembali mengikuti Mawar. ___________ Di dalam kamar hotel, seorang laki-laki tengah duduk di atas sofa. Otaknya sedang memikirkan istri sahabatnya, Rendra. "Ah, sial!" umpat laki-laki itu sambil mencengkram rambutnya. Lalu punggungnya ia sandarkan pada sofa, dan matanya menatap langit-langit kamar hotel. Memikirkan bagaimana caranya, agar dirinya bisa mendapatkan Mawar. "Michelle ...." Satu nama terlintas di dalam pikirannya. Iya, dia harus menemukan Michelle. Karena wanita itulah yang menjadi kelemahan Rendra! Max beranggapan, jika hadirnya Michelle ke dalam kehidupan rumah tangga sahabatnya, akan membuat Rendra meninggalkan Mawar. Dan pada saat itulah kesempatannya untuk mendapatkan hati Mawar. Diambilnya ponsel miliknya, lalu ia pun mencari kontak yang selalu ia panggil. Hingga akhirnya dia pun menemukannya, lalu buru-buru ia menekan tombol berwarna hijau. Tut Tut Tut Dering ketiga, panggilannya sudah diangkat oleh seseorang dari seberang sana. "Halo." "Iya, halo. Ada apa, Tuan?" "Carikan seorang wanita untukku," titah Max pada Yudhi, sekretarisnya. "Tuan ingin wanita yang seperti apa? Nanti akan saya kirim ke Kuningan, Pak." "Oh, jadi kamu udah bosen kerja, ya?" sindir Max dengan nada dingin. "Maksud Tuan?" Yudhi tak mengerti. Max tersenyum kecut. Menyesal dirinya sudah menjadikan Yudhi sebagai sekretarisnya. Jika saja bukan karena dia adalah teman yang pernah menolongnya, Max tidak akan pernah menjadikan laki-laki lemot itu sebagai sekretarisnya. "Oh, kamu mau aku nyari seseorang, Max?" tanya Yudhi tiba-tiba berubah menjadi santai. Max tersenyum, jika Yudhi memanggil dirinya Tuan, maka kerja otaknya akan sedikit lambat. Beda jika laki-laki itu sudah memanggil dirinya dengan sebutan nama, Yudhi akan cepat mengerti apa yang diinginkan oleh Max. Begitulah Yudhi, sedikit unik memang. "Iya, aku pengen kamu nyari orang, Yud." "Siapa?" tanya Yudhi. "Dia -" "Michelle? Michelle Aurora?" tebak Yudhi. Max hanya tersenyum. Bukankah Yudhi terlalu tau isi hatinya. Apakah laki-laki itu seorang cenayang? "Kamu cenayang?" "Bukan, aku Yudhi Alamsyah Putra, sahabat, sekaligus sekretaris dirimu." "Ah, maksudku -" "Bagaimana aku bisa tau?" "Nah, iya. Ko kamu bisa tau apa yang aku pikirkan?" tanya Max heran. "Aku cuma nebak aja," jawab Yudhi. "Serius?" "Iya." Setelah itu, panggilan pun berakhir. Max hanya bisa berharap, jika Yudhi bisa menemukan Michelle secepatnya. Dia takut, jika di antara Rendra dan Mawar akan tumbuh perasaan. Karena mereka yang selalu bersama. Bukankah cinta hadir karena terbiasa? Nah, itu pun yang ditakutkan oleh Max. Jika keduanya sudah jatuh cinta, akan sulit baginya untuk memisahkan keduanya. Dan usahanya akan sia-sia yang mencari Michelle, wanita yang akan ia gunakan untuk kehancuran rumah tangga antara Rendra dan Mawar. __________________ Kini gantian, Rendra yang akan membuat Mawar malu. Dengan membawanya ke bagian daleman pria, dan berlama-lama di sana. Mawar, gadis itu hanya diam. Menunggu sang suami selesai memilih daleman. Gadis cantik itu tak merasakan malu sama sekali, tidak seperti sang suami yang malu-malu meong saat menunggu dirinya sedang memilih daleman. Rendra memilih beberapa daleman. Sebenarnya laki-laki itu tidak bisa memilih daleman, dia hanya pura-pura saja. Ingin balas dendam katanya. Tapi sayangnya ajang balas dendam nya sia-sia. "Jangan yang itu!" teriak Mawar saat Rendra akan mengambil sebuah daleman. "Kenapa?" tanya Rendra tak mengerti. Dengan cepat Mawar berjalan ke arah sang suami, lalu mengambil daleman yang sedang di genggam oleh Rendra. "Nih liat, karetnya jelek. Nanti cepet kendor," jelas Mawar sambil menarik-narik daleman iti ke samping. "Biarin! Kalo kendor tinggal beli lagi!" "Sayang uangnya! Tuh, liat! Bahannya juga jelek gini, karetnya apalagi!" Rendra, laki-laki malah diam. Wajahnya terasa panas, malu! Bagaimana bisa perempuan itu dengan mudahnya memegang pengaman milik laki-laki? Dengan cepat Rendra mengambil daleman yang sedari tadi di tarik-tarik oleh istrinya, Mawar. "Udah diem, ini baju gue! Mau beli yang kayak gimana juga terserah gue!" tegas Rendra. Lalu meninggalkan Mawar sendiri di sana. Setelah berjalan cukup jauh, Rendra terkejut saat dirinya tak mendapati Mawar di belakangnya. Dengan cepat dia kembali ke bagian daleman, dan alangkah terkejutnya saat dia melihat pemandangan di dalam sana. Istrinya - Mawar, sedang dikerubungi oleh laki-laki dari berbagai golongan! Mulai dari golongan muda, sampai golongan tua! Astaga, dengan cepat Rendra menarik lengan istrinya yang sedang memilih daleman. "Lo -" Belum sempat Rendra menyelesaikan kalimatnya, Mawar malah memotongnya dengan menyodorkan tiga daleman kepada Rendra. Rendra terdiam, tak mengerti. "Ini apa?" tanya laki-laki itu heran. "Daleman, buat kamu," kata Mawar sambil menyodorkan pada suaminya. Rendra kembali menatap daleman yang diberikan oleh istrinya. Ada tiga warna ternyata, warna abu-abu, hitam, dan navy. "Buat gue?" "Iya. Ini bagus, bahannya adem, lembut, karetnya juga bagus," jelas Mawar. Rendra malah diam, tak mengambil daleman yang disodorkan oleh istrinya. Berbagai macam rasa ia rasakan, nano-nano pokonya! Karena sang suami tak cepat mengambil dalemannya Mawar pun menyerahkannya dengan sedikit paksa. Lalu meninggalkan Rendra yang masih mematung di sana seorang diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD