Seseorang di dalam mobil sedang menunggu lampu hijau menyala, ia menyipitkan kedua matanya melihat wanita yang tak asing baginya.
" Itu Sinta bukan sih? Ngapain dia disana? " Gumam pria itu yang ternyata Ivan.
Matanya beralih ke barang bawaan Sinta, setelah lampu hijau menyala, Ivan lalu melajukan mobilnya menghampiri tempat Sinta berdiri.
Sinta sempat kebingungan melihat Mobil yang menepi menghampirinya.
" Cih, dia terlihat lebih cantik juga, kalo rambutnya terurai begitu " Gumam Ivan, tersenyum di dalam mobil. Ia semakin terpesona melihat Sinta dengan rambut terurai. Pasalnya, Sinta selalu mengikat rambutnya ketika di Rumah.
Perlahan Ivan pun turun dari Mobil, kedatangannya yang tiba-tiba membuat mata Sinta membelalak.
" Kamu ngapain Sin, disini? " Tanya Ivan basa-basi, meski sebenarnya tahu bahwa Sinta baru saja selesai berbelanja.
" Saya lagi nunggu ojek online pak. Bapak dari mana? " Sinta begitu terkejut bisa berpapasan dengan Ivan di Luar rumah, Sinta juga sedikit takut karena pergi tanpa izin.
" Ayo naik, aku juga mau pulang " Ujar Ivan mengajak. Hari ini pekerjaan Ivan selesai begitu cepat, jadi ia bisa pulang cepat.
Ivan bekerja di Perusahaan keluarganya, ia menjabat sebagai Direktur Pemasaran.
Perusahaan besar di bidang Fashion ini sudah berkembang selama bertahun-tahun, Ivan sendiri sudah menjabat sebagai direktur Pemasaran sejak dua tahun lalu, setelah dirinya menikah.
" Ta..tapi nanti ojeknya gimana pak? " Tanya Sinta agak canggung.
" Cancel saja, ayo naik " Perintah Ivan, ia berjalan menuju ke mobil, namun Ivan mendapati Sinta hanya berdiam diri saja.
Ivan lalu menghampiri Sinta dan merebut barang belanjaannya.
" Duh lama, ayolah Sin! " Ivan kembali masuk ke Mobil dengan membawa Tiga paper bag milik Sinta.
Mau tak mau, Sinta pun menurut. Ia memasuki mobil Ivan untuk pertama kalinya. Sinta sedikit canggung, apalagi mengingat kejadian semalam, tetapi Sinta berusaha sebisa mungkin untuk tak memedulikan hal itu.
Lagi-lagi Sinta di buat bergidik saat Ivan tiba-tiba mendekat ke Arahnya. Wajah mereka kini sangat dekat.
" Aa..ada apa pak? " Tanya Sinta, gagap. Jantungnya yang sudah relax terpaksa harus berdebar kembali.
" Kamu lupa mengenakan seatbelt fit " Ivan tersenyum ringan, seolah itu bukan hal apapun.
Sinra bernafas lega, lalu Ivan pun mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
" Kamu habis belanja apa, Sin? " Tanya Ivan mengisi keheningan.
" Ehm, saya beli peralatan mandi pak sama baju juga " Sahutnyaa apa adanya. Ivan hanya mengangguk mengerti.
" Baju? "
" Iya, saya beli baju tidur soalnya di Jakarta panas banget. Saya ngga bisa tidur tiap malam? " Jawab Sinta polos. Kamarnya hanya terdapat Kipas angin, sehingga tidak cukup untuk mendinginkan panasnya Ibukota.
" Benar juga, Di kamar itu kan ngga ada Ac-nya " Batin Ivan, sambil menganggukkan kepalanya.
" Pantesan dia selalu pakai daster bahkan ngga pakai bra? Ternyata sepanas itu ya ? " Ivan terus bermonolog dalam hatinya.
" Bapak tumben jam segini udah pulang? " Tanya Sinta bergantian, hari ini Ivan pulang lebih awal, bahkan sebelum matahari terbenam.
" Iya nih, kerjaan ku ngga terlalu menumpuk hari ini, jadi mending pulang " Jawabnya dengan pandangan lurus kedepan.
Sinta melirik Ivan yang sedang fokus menyetir, ia menatap otot lengan Ivan yang sedikit terekspos. Ivan melipat sedikit kemejanya, sehingga memperlihatkan Otot tangannya.
Pandangan Sinta beralih menatap wajah Ivan, hidung-nya yang mancung serta bulu matanya yang lentik membuat Sinta terpesona.
Pandangannya turun ke bibirnya yang tipis, Sinta hanyamenelan salivanya saat matanya tertuju pada jakun Ivan.
" Astaga, sebenarnya apa yang ku lakukan sih? " Gumam Sinta dalam hati, ia merutuki tindakan bodohnya.
" Jangan menatapku begitu Sin, aku kan jadi malu " Tutur Ivan, tersenyum dan membuat Sinta jadi salah tingkah karena ketahuan mencuri-curi pandang.
" ng..nggak kok pak " Sinta mengelak keras!! Bodoh namanya, jika ia mengakui perbuatannya.
" Umur ku baru 28 tahun, memangnya aku setua itu di panggil Pak, Sin? " Protes Ivan, dirinya merasa keberatan tentang Panggilannya.
" Tee...terus sa..saya harus manggil apa? Tuaan? " Sinta kembali gugup.
" Udahlah fit, lupain " Memilih tak membahas hal tersebut, Ivan memfokuskan diri untuk menyetir.
20 menit kemudian, mereka sampai di pelataran rumah lalu seorang tukang kebun membuka-kan pintu gerbang.
" Terimakasih tumpangannya, Pak " Tutur Sinta, lalu turun dari mobil. Ivan hanya mengangguk pelan dan turut keluar dari mobilnya.
“”
Malam hari seusai mandi, Sinta mencoba pakaian yang telah di belinya tadi.
" Aku coba yang mana dulu ya? " Gumamnya memilih antara warna pink atau hitam. Sinta sengaja mengambil dua warna untuk satu model baju tidurnya.
Terlihat Sinta mencoba warna hitam lebih dulu, perlahan ia mengenakannya lalu menatap ke arah cermin yang ada di kamarnya.
" Duh, kok agak pendek ya. Ku pikir bakal panjang selutut " Gumamnya melihat panjang daster yang ternyata berukuran seatas lutut.
" Dah lah, mau gimana lagi? Udah di beli, toh cuma di pakai buat tidur " Gumamnya melepas daster hitam tersebut, lalu bergantian mencoba dengan warna pink-nya.
Meski dengan ukuran yang sama, namun daster berwarna pink ini lebih ketat dari yang hitam.
" Yang ini malah lebih sempit " Sinta kegerahan karena daster pink-nya yang agak ketat.
Tok....tok...tok...
" Sin, kamu udah tidur belum? " Sinta membelalak mendengar Ivan memanggilnya.
" A..ada perlu apa pak? " Jawabnya tanpa membuka pintu.
" Keluar dulu aku mau bicara "
" Nggak bisa pak? Bilang aja ada perlu apa? " Katanya dari balik pintu kamar-nya.
" Aku lapar. Tolong buatkan aku makanan, mie goreng atau apapun terserah kamu " Ujar Ivan, terdengar kesal.
" Baik pak, saya ke dapur sekarang "
" Oke, aku tunggu di Kamar. Kalau udah selesai panggil aja " Ivan lalu segera kembali ke Kamarnya.
Merasa hening, Sinta pelan-pelan membuka pintu kamar-nya. Matanya memerhatikan Ivan yang sudah tak terlihat , tampaknya Ivan benar-benar kembali ke Kamarnya.
Sinta lalu ke dapur tanpa mengganti pakaiannya, ia takut majikannya kelaparan. Beruntungnya masih ada nasi di Rice cooker, Sinta lalu mengambil sepiring untuk di masak.
Sinta menyiapkan bumbu dan juga toping untuk membuat Nasi goreng untuk majikannya, ia buru-buru membuatnya agar bisa segera kembali ke Kamarnya sebelum Ivan turun.
Sementara itu, Ivan di kamarnya sedang nonton streaming bola di Laptopnya, hidungnya mencium aroma sedap sehingga membuat perutnya semakin keruyukan.
" Fitri masak apa ya? Wangi banget baunya? " Gumamnya beranjak dari sofa.
Mata Ivan terbelalak ketika melihat Sinta yang sedang memasak di Dapur.
" Astaga, dia beneran Sinta? Ada apa dengannya malam ini? " Gumam Ivan dalam hati, perlahan melangkah menghampiri Sinta yang sedang sibuk memasak.
Ivan menelan salivanya saat melihat bok*ng Sinta yang begitu padat, bahkan bahunya terekspos karena Sinta menggelung rambutnya membentuk bulat ke atas.
" Sin, kamu masak apa? " Tanya Ivan santai, ia tak ingin membuat suasana menjadi canggung.
Sinta tersentak ketika mendengar suara Ivan, bagaimanapun saat ini dirinya sedang mengenakan pakaian yang cukup terbuka.
" Sebentar lagi matang kok pak, bapak tunggu saja " Katanya tanpa menoleh ke Ivan.
Ivan tersenyum melihat Sinta yang tampak malu.
" Hem, pantesan tadi ngga mau bukain pintu, ternyata dia lagi pakai baju sexi. Apa ini yang dia beli tadi? Bagus juga, aku jadi ingin menggodanya " Ivan bermonolog dalam hatinya.
Bukannya kembali ke Kamar, Ivan malah mendekat ke arah Sinta.
" Gimana kalo aku nunggu disini aja? " Tutur Ivan lirih, berada tepat di belakang Sinta.
Sinta tercengang, posisi mereka saling berdekatan. Sialnya, lagi-lagi ia mengingat Mimpi basahnya.
" Bapak bisa menunggu di meja makan, ini akan segera selesai pak " Sinta kini sangat gugup.
" Sin, kamu lagi menggodaku ya makanya pakai pakaian sexy begini " Tak di pungkiri, Ivan begitu tergoda pada Sinta. Selama ini, ia sudah menahannya.
" Nggak pak, saya ngga bermaksud " Sahutnya tanpa membalikkan tubuh. Ivan makin mendekat, tangannya kini melingkar ke pinggang Sinta.
" Pakk " Pekik Sinta, ia merakan gelayar atas sentuhan mendadak Ivan.
" Tapi aku tergoda padamu Sin. Gimana nih? " Ivan terus menggoda Sinta. Dagunya kini menempel pada pundak Sinta, hingga membuatnya merinding dan Ivan terlihat senang melihat reaksi Sinta.
" Maaf pak, saya ngga bermaksud menggoda atau apapun pada bapak. Saya hanya mencoba pakaian tidur saya " Jawab Sinta jujur, namun Ivan malah semakin tertarik untuk menggodanya.
Ivan yang tergoda pun mencium tengkuk leher Sinta.
' Cup '
Sinta memejamkan matanya, tak di pungkiri dirinya terlihat menikmati kecupan tersebut. Ivan seperti hilang akal sehat, ia kembali menciumi leher Sinta dengan penuh gairah.
" Shhh, aaahhhh " Sinta mengeluarkan suara sensualnya, hingga membuat Ivan makin menjadi.
Ivan membalikkan tubuh Sinta , mereka pun kini saling berhadapan. Kedua tangan Ivan membelai pipi Sinta, lalu turun ke leher dan memegangi kepalanya.
Sejenak mereka saling menatap, namun Ivan segera melumat bibir tipis Sinta. Ini kedua kalinya mereka berciuman, Sinta sendiri tak menyangka jika Ciuman pertamanya akan ia berikan pada Ivan.
Sejenak Ivan mematikan kompor yang masih menyala. Sinta yang mulanya terlihat kaku pun sekarang menjadi lebih relax, tak di pungkiri bahwa Sinta juga sebenarnya cukup tertarik pada Ivan.
Cukup lama Ivan melumat bibir Sinta, bibirnya kembali turun ke leher jenjang Sinta.
" Ahhhh, pakkk.... " Sinta tak tahan untuk tak bersuara, namun hal itu justru membuat Ivan semakin beringas.
" Jadilah milikku Sin? " Ucap Ivan melepas cumbuannya tiba-tiba. Sinta yang terlihat sedikit lemas pun hanya menganggukkan kepalanya, ia benar-benar di buat enak oleh Ivan.
Ivan tersenyum, lalu kembali melumat bibir Sinta. Lidahnya dengan lihai beradu pada lidah Sinta, meski terlihat seperti akan kehabisan nafas, namun Sinta sangat menikmati cumbuan Ivan.
Kedua tangan Ivan meremas bok*ng Sinta, tangan satunya mengangkat Kaki Sinta dan memeganginya. Sinta saat ini tak memikirkan apapun, ia benar-benar tak menyangka akan merasakan yang pernah ia mimpikan bersama Ivan.
Ivan menggunakan giginya untuk menurunkan Tali daster Sinta.
" Ahhh, pakk " Desah Sinta, penuh gairah. Tubuh Ivan semakin memanas, ia melilitkan kedua kaki Sinta ke pinggangnya, dan membopong Sinta menuju ke Kamar tamu sambil mencium bibir serta lehernya.
" Ahhhh, aaahhh pakkk " Sinta merintih keenakan, tangannya melingkar di leher Ivan.
Ivan mendorong tubuh Sinta ke Ranjang, ia terlentang lemas di Ranjang kamar Tamu tersebut...
Lalu....
Bersambung...