Divo menatap wanita yang kini tengah asik mendorong kereta bayi di Supermarket. Ada sebersit rasa sakit, melihat wanita yang dulu sering ia ajak berdiskusi soal masa depan justru merangkai masa depan bukan dengannya. Matanya masih fokus ke wanita itu. Lupa posisinya ada diantrian pembayaran. “Maaf pak. Totalnya 159.700. Ingin dibayar tunai atau non tunai?” “Pak...” panggil penjaga kasir “PAK DIVO” ucap penjaga kasir lumayan keras. Kasir wanita itu tahu nama Divo karena laki-laki itu sering berbelanja di Supermatket. “Tunai.” Jawab Divo setengah kesal. Ia mengeluarkan beberapa lembar pecahan lima puluh ribuan, lalu pergi setelah melakukan pembayaran. Sambutan menyebalkan di pagi hari. “Divo, dia itu bukan lagi Salsa─mu yang manis.” Kalimat itu terus Divo ulang hingga sepanjang perjal