Awal dan akhir

718 Words
Selama ini aku percayakan hatiku kepadamu. Hebatnya, satu kalimat saja berhasil memporak- porandakan dunia Indahku.  Shella Maulina Cantika Wanita dengan perawakan cantik itu maju satu langkah. Berupaya mensejajarkan tingginya dengan laki-laki berjas hitam yang sedari tadi menatap balik lewat sorot luka. Bibirnya menarik seulas senyuman. Wanita itu tahu  paksaan yang ditunjukkan saat lekung bibirnya menerbitkan senyuman. Arti sorot mata itu tentu saja sebuah penyesalan. "Saya disini hanya turut berbahagia. Melihat anda, menikmati kebahagian bersama pasangan anda lewat ikatan suci pernikahan. Saya rasa setelah ini, mungkin cukup. Kita tidak perlu saling  mengenal lagi." Wanita itu adalah Shella Maulina Cantika. Kedatangannya,  memenuhi undangan pernikahan Adit. Awalnya Shella tidak ingin datang tapi jika dia tidak melakukan ini. Pasti wanita yang kini menjelma menjadi istri sah Adit akan merasa menang tak tertandingi. Sudah cukup. Sekarang Shella hanya ingin terfokus kepada cita-citanya saja. Hanya itu "Aku akan menceraikannya setelah anak itu lahir, seperti kesepakatan di awal. Kita akan menikah sayang!" Shella tersenyum kecut. Bahkan, Shella sama sekali sudah tidak mengenal karakter laki-laki ini. "Maaf saya tidak bisa. Saya kira pernikahan adalah sesuatu yang sangat sakral tidak bisa dilakukan hanya untuk main-main. Anda kira anda Tuhan yang bebas membolak balikkan hati manusia." "Lepass.." Adit spontan menarik tangan Shella menuju sebuah lorong. Lorong  remang-remang dengan sedikit pencahayaan. Shella terus melangkah dengan kaki tertatih. Tarikan Adit sangat kuat, Shella tersandung akibat menyamai langkah Adit. Adit memaksa Shella masuk ruangan. Ruang itu terdiri dari ruang tamu lalu kamar tidur mewah. Desainnya lebih mirip kamar pengantin. Tanpa perlu banyak berpikir Shella sudah tahu tujuan Adit. Shella mendorong Adit hingga laki-laki itu terjungkal di karpet. Masa bodoh dengan punggung mantan pacarnya itu. Shella harus keluar dari tempat ini sekarang juga. Shella membuka pintu dengan perasaan panik. Tangannya sibuk memutar kunci yang tak kunjung berhasil. Ceklek,  Pintu berhasil terbuka. Sebelum Shella berhasil memutar kenop pintu, tubuhnya sudah melayang di udara. Adit sukses menggagalkan rencana kaburnya. Adit  membanting  tubuh Shella ke atas kasur dengan kasar. Shella berupaya menetralkan detak jantungnya. "Kamu harus tahu Shella, kalau aku tuh cinta sama kamu. Cuma sama kamu. Persetan dengan pernikahan aku sama dia. Aku cuma ingin sama kamu. Sekarang, seharusnya malam pertama kita bukan?!" Adit menyeringai nakal "Kamu, juga mau kita punya anak kembar bukan?!" Adit mulai beraksi mendekati tubuh Shella. Shella ingin menghindari Adit. Apapun yang bisa Shella jangkau sebisa mungkin dilempar kearah Adit.  Karena tenaga Shella semakin terkuras untuk melawan Adit maka dengan gampangnya Shella ditaklukan. Shella mencakar punggung Adit hingga menimbulkan luka dan darah. Shella yakin cakaran itu akan meninggalka bekas.  Laki-laki itu seperti tidak punya rasa sakit. Dia terus melancarkan aksinya pada  Shella.                                                                                          ♡♡ Malam ini seperti bencana bagi Shella. Ia memilih kabur setelah mantan kekasihnya itu kembali menyetubuhi dirinya. Hancur, tentu saja. Itu yang dirasakan Shella. Seharusnya dia tidak terjebak pada cinta serumit ini. Siapa yang saat ini pantas untuk di salahkan? Dirinya yang terlalu murahan, atau malah Adit si makhluk mesum yang sudah berhasil mencabik cabik hatinya hingga sejauh ini. Setelah semua ini terjadi. Shella jadi berfikir, masih maukah Tuhan menerima permintaan maaf atas dosa yang sudah ia lakukan. Apa semua yang terjadi kepadanya merupakan wujud karma atas salahnya selama ini?! Shella duduk dipinggiran jalan, keadaan lumayan sepi. Maklum saja,  sudah pukul tiga pagi. Tidak ada taxi lewat atau kendaraan yang bisa Shella tumpangi untuk pulang, hanya kebetulan banyak truk-truk besar yang berlalu lalang untuk mengirim barang. Sudah satu jam Shella hanyut dalam pikirannya. Tidak ada tujuan, tidak lagi ada harapan yang tercipta. Shella menyerah akan keadaan.  Bodohnya lagi, Shella melupakan kakinya yang bertelanjang tanpa alas. Dia terlalu tergesa meninggalkan Adit sampai lupa keadaan dirinya yang sangat kacau. Gaun tipis tak mampu melindungi tubuhnya dari dingin malam. Berjalan di atas aspal, sesekali menginjak batu kerikil tidak lagi menimbulkan rasa sakit bagi Shella. Shella lupa, sungguh hidupnya saat ini berada pada roda paling bawah. Minggu kemarin Shella merasa hidupnya masih baik baik saja. Dengan Adit sebagai cahaya itu. Shella lupa, cahaya bisa padam kapan saja. Dia terlalu menggantungkan semua kepada Adit hingga lupa bahwa dia masih memiliki Allah yang selalu ada kapan saja Shella butuh. Sorot lampu kendaraan menyilaukan penglihatan Shella. Sebuah mobil sport berhenti tepat di depan Shella. Shella tidak kenal siapa pemiliknya. Dia hafal betul mobil Adit atau  teman-temannya. Kemungkinan besar, itu hanya pengguna jalan yang hendak beristirahat. Tapi kenapa si pemilik malah keluar dan berjalan mendekati dirinya?!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD