Ana mendapati dirinya di pagi hari di dalam kungkungan dua lengan kokoh dengan tanpa busana. d**a bidang yang berada di depannya tertampang begitu gagah dan memabukan. Ia tidak bisa melupakan bagaimana sentuhan Rama yang begitu indah dan menggetarkan. Kedua mata biru yang selalu berhasil membuat semua pertahanannya roboh dalam hitungan detik, membawa Ana pada permainan indah yang Rama ciptakan. Permainan yang bermandikan gairah dan kehilangan akal sehatnya. Tidak ada yang mampu mengalahkan pesona seorang Rama, bahkan Ana melupakan tentang sebuah kesepakatan yang mereka buat untuk pernikahan ini. Bagaimana sepasang bibir menawan nan sensual itu begitu buas menikmati setiap inci dirinya. Dan sialnya Ana malah menikmati semua yang dilakukan Rama padanya. Entah karena bawaan bayi yang ada d