Mulan mengerjabkan kedua matanya perlahan, menyesuaikan sinar yang masuk ke retinanya.
"Mulan? Akhirnya kamu sadar! Ya Tuhan.. Terimakasih.."
Mulan yang masih belum sepenuhnya sadar, melirik seorang lelaki yang tak asing lagi baginya, nampak tersenyum haru sambil menciumi punggung tangannya dengan jejak air mata yang begitu kentara.
Ingatan Mulan memutar kembali kejadian terakhir yang ia ingat sebelum gelap menyergapnya.
Mata belo Mulan yang nampak sayu membelalak seketika, ia menarik paksa tangannya yang digenggam erat oleh Damian dan meraba perut datarnya, seolah memastikan masih adakah kehidupan di sana(?)
"Anakku?" Tanya Mulan parau, Damian kembali menggapai tangan Mulan dan mengecupnya dalam.
Mulan terbelalak kala merasakan punggung tangannya basah, menangis kah dia? Batin Mulan.
Tak tahan lagi, Damian bangkit dari kursinya dan memeluk tubuh lemas Mulan dengan erat diiringi dengan isak tangisnya.
"Maafkan aku Lan, maaf..." bisik Damian.
Mulan mencoba mengeyahkan pikiran buruknya, "Anakku nggak papa kan kak?"
Tak ada jawaban, seketika Mulan mendorong kuat d**a bidang Damian, hingga pelukannya terlepas dan membuat Damian sedikit terhuyung.
"Katakan dia baik-baik saja!" teriak Mulan dengan suara parau dan linangan air mata.
"Lan.. Tenanglah.. Dengarkan penjelasannku.", Damian kembali mendekati Mulan.
"Tuhan lebih menyayangi nya Lan, dia akan jauh lebih bahagia disurga.", Mulan tertawa sumbang mendengar ucapan Damian.
"Omong kosong! Jangan bercanda!!", teriak Mulan membahana sambil berusaha bangkit, "akh!" Mulan menjerit seketika, kala merasakan ngilu dan perih pada kewanitaannya.
Damian berusaha membantu Mulan, namun dengan kasar langsung ditepis oleh wanita itu.
"Jangan sentuh aku!!!" Gertak Mulan, "Katakan!!! anakku masih ada disinikann??" tanyanya dengan lirih.
Damian menggeleng, tangisan Mulan terdengar begitu nyaring dan memilukan, ia kehilangan satu-satunya cinta yang ia punya, anaknya.
Berulang kali Damian mencoba menenangkan Mulan, namun dengan kasar Mulan selalu menepisnya.
"Jangan begini Mulan! Pikirkan kesehatanmu!! Ikhlaskan dia pergi." Ucap Damian dengan suara meninggi, ia tak tahan melihat Mulan yang begitu histeris, hal itu bisa membuat tubuh Mulan kembali drop.
Mulan menatap tajam Damian. "Ikhlas?!! Kamu pikir bisa semudah itu?!! Aku yang mengandungnya!! Aku ibunya, aku berjuang mati-matian, merelakan semuanya agar dia tetap bisa bertahan!! Namun apa?!! Kamu!! Kamu yang tidak tau apapun tentang anakku, tiba-tiba datang memaki ku, menghancurkan semuanya!! Kamu pembunuh!!" Maki Mulan mengeluarkan semua unek-uneknya selama ini pada Damian dengan derai tangisnya.
Damian tak tahan lagi, lelaki itu pergi meninggalkan istrinya yang tengah dirundung duka sendirian di dalam kamar inapnya.
Hati Damian remuk seketika, tubuhnya luruh bersandar di depan pintu ruangan inap Mulan. Mulan benar, ia memang jahat, ia pembunuh!
Tangis Damian pecah, sejujurnya, jauh dilubuk hatinya ia mencintai anaknya, ia menginginkan anak itu ada. Namun, lagi-lagi egonya telah mengubur rasa simpati dan kemanusiaannya pada istrinya sendiri, istri yang tengah berjuang ditengah-tengah kondisi buruk agar anaknya dapat terselamatkan.
Sungguh ia adalah suami paling buruk, ia bahkan tidak memberikan nafkah apapun pada istrinya, bahkan untuk menjalani pengobatan itu pun, Mulan harus menjual apartemennya, dan ia pula yang menghancurkan semuanya! Dan secara tak langsung ia membunuh calon anaknya. Akankah Mulaj memaafkan kesalahannya yang bertubi-tubi dan Menyakitkan ini?
"Kenapa kamu tinggalin mamah dek?!! Kenapa?!!!"
Sayup-sayup Damian mendengar teriakan Mulan, saat itu juga air mata Damian meleleh seketika.
Terlambat sudah, Damian baru menyadari semuanya, menyadari betapa dirinya mencintai dan menginginkan calon anaknya yang telah tiada, terlambat menyadari bahwa dirinya telah menyakiti Mulan sedemikian dalamnya. Sudi kah Mulan memaafkannya(?) dan memulai semuanya dari awal lagi(?)
Damian memasuki kembali kamar inap Mulan yang sudah tampak beres kembali, karena sebelumnya kamar ini begitu berantakan akibat amukan Mulan, beberapa menit yang lalu dokter menyuntikan obat penenang pada Mulan karena tangisnya yang semakin histeris, dan sekarang Mulan nampak tertidur dengan pulasnya.
"Lan, kenalin ini kakak gue Kak Damie, kak Dam, ini Mulan, temen Rinda." Damian menjabat tangan seorang gadis berseragam smp itu, gadis yang sangat manis dan sangat cantik.
"Masyaallah.. Kakak lu cakep amat dah!" pekik gadis itu saat Damian kembali sibuk dengan ponsel nya, tak terasa senyum Damian tersungging.
**
"Halo kak Damian calon suamiku.." Gadis berkuncir kuda itu menyambut Damian yang baru saja pulang dari kantor.
"Sudah saya bilang, jangan bicara ngawur." ketus Damian sambil berjalan melewati gadis itu.
"Ye.. Nggak papa kali kak. Siapa tau ada malaikat lewat terus diaminin sama malaikat, habis itu kita beneran nikah deh.. Pasti anak kita bakalan lucu-luc-
"Diam!"
Brak!
Damian menutup kasar pintu kamarnya.
**
"Kak Damian!! Lihat nihh.. Mulan bawa cup cakes buat kakak.."
Damian menoleh kala seorang gadis berdiri di ambang pintu ruang kerjanya. 'Gadis itu lagi?? Astaga! Apakah dia tidak punya pekerjaan lain?' batin Damian.
"Nihh cup cakes buat kakak Damie seorang!" pekik gadis itu girang.
"terimaksih. Keluarlah sekarang!" titah Damian, namun gadis itu tetap alot dan malah mendudukan dirinya semakin dekat dengan Damian. "Habisin dulu, baru Mulan pulang."
Damian mendesah pasrah, dan memakan cup cakes yang begitu memanjakan lidahnya itu.
**
"Kak tolong! Aku salah! Aku minta maaf! lepaskan aku!! Tolong.. Aku bersumpah akan berhenti mengejar Kakak!!" tangis Mulan pecah, namun sayang Damian tak menghiraukan nya.
"Menjeritlah! percuma Tak akan ada yang mendengarmu!" tanpa aba-aba Damian menyingkap dress yang gadis itu kenakan, dan merobek kain segitiga yang melindungi inti tubuh gadis yang kini menangis menjerit itu.
**
"Saya terima nikah dan kawinnya Mulandari Arya binti Almarhum Mahardika Arya dengan maskawin perhiasan senilai Rp28.180.000,00 dibayar tunai!"
"Sah!"
**
"Mulan mohon kak.. Sekali ini saja.. Mulan janji nggak akan minta kakak nemenin Mulan lagi.. Mulan cuma takut ada sesuatu sama anak kita." ucap wanita itu memohon sambil menundukan kepalanya, mencoba menyamarkan tanggul air matanya yang mulai merembes. Wanita hamil itu ingat betul dokter mengatakan ada hal penting yang harus ia bicarakan dengan Damian menyangkut bayi mereka.
"Anak kamu!" ralat Damian dengan penuh penegasan, lelaki itu pun masuk ke dalam kamarnya lalu membanting pintu dengan kuat-kuat hingga menimbulkan suara menggelegar.
***
"Istri Pak Damian mengalami pengentalan darah, dan itu sangat membahayakan kandungannya, saya telah menawarkan pada Bu Mulan, agar melakukan kuretase, namun ibu menolaknya, lalu 2 minggu yang lalu saya menyarankan ibu untuk melakukan terapi penyuntikan pengencer darah, dan kemarin ibu Mulan baru datang dan menebusnya, memang harga obat dan segala perlengkapannya tidaklah murah, maka dari itu ibu Mulan baru menebusnya separuh, saya kira bapak tau, karena setiap kontrol ibu Mulan bilang bapak sibuk."
Damian meraup wajahnya frustasi kala otaknya memutar kembali semua tentang Mulan.
"izinkan aku menebus semuanya lan." lirih Damian lalu mengecup dalam kening Mulan.
"Aku tau semuanya sudah terlambat, Tapi izinkan aku memperbaikinya."