Part 2

857 Words
Pleura kini sedang menatap kosong ke arah tugas matematika yang diberikan bu Tuti. Sedari tadi Pleura sudah selesai mengerjakannya. Berbeda dengan teman-temannya yang belum selesai. Satu soal saja belum terjawab. "Pleura, kesini." pinta Bu Tuti, yaitu guru matematika. "Ada apa bu?" tanya Pleura sopan. "Tolong panggilkan Alexander Johnson kelas XII MIPA 4." "Apa? KAK ALEX?" pekik Jesylin. "Jangan Pleura bu, biar saya aja." Jesylin menawarkan diri. Alexander Johnson merupakan ketua osis sekaligus kapten basket sma twilight. Dengan wajahnya yang tampan di tambah lagi anak dari pemilik yayasan twilight menjadikannya most wanted school yang di idam idamkan oleh seluruh siswi. Namun sangat disayangkan Alex memiliki sifat yang ketus. Hal itu membuat para siswi harus berfikir dua kali untuk mendekatinya. Namun tidak bagi Jesylin. Jesylin merupakan fans berat Alex. "Kamu sudah selesai Jesylin?" tanya bu Tuti. "Be- sudah bu." Jesylin berbohong. Bu tuti pun berjalan menuju meja Jesylin dan langsung membuka buku tugas matematika Jesylin. Dan hasilnya nihil! tidak ada jawaban disana. "Kamu bohongin saya?" "E-enggak bu i-itu." "Sudah, Pleura kerjakan apa yang saya perintah dan kamu Jesylin karena telah membohongi saya setelah pelajaran ini selesai ikut saya ke ruang bk!" kata bu Tuti panjang lebar. "T-tapi bu." "Gak ada tapi-tapian!" "Pleura kenapa kamu masih disini? laksanakan apa yang saya perintah!" "Baik bu." "Awas ya lo Pleura, tunggu pembalasan gue." bisik Jesylin kepada Pleura sebelum pergi. Deg. Hati kecil Pleura lagi-lagi gelisah. Dia takut akan ancaman Jesylin. *** Tok... Tok... "Assalamualaikum." Pleura mengucap salam. "Waalaikumsalam, ada apa?" kata guru yang sedang mengajar di kelas XII MIPA 4 itu. "Mohon izinnya bu. yang bernama kak Alexander Johnson di panggil bu Tuti di kelas XI MIPA 1." "Oh, baiklah." "Yang bernama kak Alexander Johnson di panggil bu Tuti di kelas XI MIPA 1." kata Pleura lembut.  Sontak saja perkataan Pleura yang lembut ditambah wajah cantik Pleura, membuat siswa dikelas itu menggoda dirinya. "Hai cewek." "Boleh kenalan gak?" "Minta id line boleh lah ya." "Cantik amat dek." "Mukanya kek ada manis-manisnya gitu." "Udah punya cowok belum?" "Jadi pengen halalin." Daripada menghiraukan perkataan yang tidak bermutu itu Pleura meninggalkan kelas itu dengan diikuti oleh Alex di belakangnya. Jarak antara kelas 11 dengan 12 bisa dibilang agak terlalu jauh. Kelas 11 berada di lantai dasar sedangkan kelas 12 berada di lantai 4. Hal itu membuat Pleura kelelahan karena harus naik turun tangga.  dia takut jika sewaktu-waktu saat kelelahan penyakitnya akan kambuh. Pleura mengidap penyakit vertigo. Saat Pleura dan Alex melewati lapangan basket tanpa sadar seseorang siswa yang tengah asyik bermain basket tidak sengaja melempar bola basket dengan tinggi di hadapannya dengan meleset. Bruk... Bola basket itu mengenai kepala Pleura. Pleura pingsan! Sontak saja Alex yang mengekori Pleura terkejut dan langsung menggendong Pleura dengan gaya ala bridal style menuju uks. Para siswi yang melihat kejadian langka seorang Alex yang ketus menggendong wanita dengan gaya bridal style itupun langsung berteriak histeris. "KAK ALEX, GUE JUGA MAU!" "GILA. ITU BENERAN ALEX?" "KAK ALEX!! AKU JUGA MAU DI GENDONG!" "ALEX GENDONG CEWEK?" "SERIOUSLY?" "PURA-PURA PINGSAN AJA KALI AH, TUH CEWEK." "MENEL BANGET SIH CEWEKNYA!" *** Pleura membuka matanya secara perlahan. "Dimana ini?" gumamnya. "Di uks." Refleks Pleura menoleh ke arah sumber suara. disana terdapat seorang siswa tampan dengan postur tubuh yang tegap sedang duduk menatap layar ponsel membuat Pleura bingung. "Siapa kamu?" tanya Pleura. Alex tak menggubris perkataan pleura. "Hei, apa kamu mendengar aku? Namamu si-" perkataan Pleura terpotong. "Alex." "Alex siapa?" Pleura bingung. Jujur saja Pleura memang tidak mengenal para penghuni Sma Twilight. Alex yang famous dikalangan para siswi saja Pleura tidak mengenalnya. maklumlah Pleura jarang berinteraksi menjadikannya tidak banyak memiliki teman. "Lo gak kenal gue?" "Kamu yang di panggil bu Tuti itu bukan?" Lagi-lagi Alex diam tidak membalas pertanyaan Pleura. "Apa yang terjadi?" Pleura mengalihkan topik. "Lo kena lempar bola dan lo pingsan." "Ekhem, untuk apa kamu disini menemani aku? Kamu ada rasa sama aku?" tanya Pleura polos. Uhuk.. Uhuk..  Perkataan Pleura membuat Alex terbatuk. "Di suruh sama bu Tuti jagain lo, kalo gak disuruh juga gue bakal pergi dari sini. Kurang kerjaan amat nungguin lo." jelas Alex. Dada Pleura seakan ditusuk. Dia benar benar malu sekarang. terkadang Pleura kesal dengan kepolosannya sendiri. kalau tidak di kontrol, kepolosannya akan membuatnya di permalukan. Tiba-tiba Tenggorokan Pleura terasa kering, dia ingin minum namun airnya berada jauh di meja depannya. "Boleh minta ambilkan air?" pinta Pleura. Hening. "Boleh minta am-" "Fungsi tangan untuk apa?" potong Alex cepat. "Aku mohon, ambilkan aku haus." "Percuma aja, kalo tuhan menciptakan dua tangan dan lo gak menggunakannya." "Dasar manja!" ketus Alex yang masih menatap layar ponsel. Pleura menghela nafas. sepertinya siswa di depannya ini tidak ingin membantunya. Pleura pun dengan sekuat tenaga yang dia miliki berjalan ke arah dispenser air yang terletak di dekat meja. Langkahnya gontai dan. Bruk... Dia terjatuh! Namun kali ini berbeda Alex yang tadi menggendongnya dengan ala bridal style tidak lagi menolongnya. Alex hanya melihat sebentar dan fokus dengan ponselnya kembali. Sudah cukup. Pleura tidak ingin meminta bantuan kembali! Pleura pun berdiri dengan perlahan memegang kursi yang berada di uks. Terkadang Pleura berfikir, mengapa seseorang begitu teganya melihat seseorang yang lain menderita? Mereka hanya memikirkan kebahagiaannya sendiri. Sementara dirinya? Pleura selalu memikirkan tentang kebahagiaan orang lain tanpa memikirkan kebahagiaannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD