Teka teki
Di sebuah kubikel kantoran pada saat jam istirahat. Beberapa karyawan sedang berkumpul di meja karyawan bernama Cahaya.
" Lihat gue dapat love s**m dari siapa ? " ujar Aya, begitu ia dipanggil. Dua orang temannya datang mendekatkan mata mereka pada ponsel Aya. Mereka terbelalak dan terbahak bersama.
" Gila ! itu foto pak Surya di catut penipu " ucap karyawan dengan nametag, Messy. Aya terus mengetik dan geleng geleng kepala.
" Siapa tau itu bener dia Ay..., gue denger dia sudah lama ngejomblo sejak mantan pacarnya menikah. Patah hati mungkin, jadi nyariin cewek buat dimain mainin " ucapan Messy disambut tawa yang lain.
" Lu kira pak Surya punya waktu buat hal begituan, makanya kalau dapat pesan pesan love s**m itu coba dipikir baik baik. Si penipu akan mengirimkan kata kata manis setiap hari. Lu tiba tiba jadi bidadari yang cantik aduhai. Lihat pertemanannya non, semuanya cewek, masa orang penting seperti itu semua temannya cewek "
" Yaa...deh "
" Eh..ngomong ngomong apa pendapat lu tentang pak Surya " tanya Wanda yang kembali mendekati Aya. Keduanya saling pandang dan mengulum senyum. Kena Aya dikerjai. Gadis itu akan nyerocos dengan bahasa bijak tapi kadang pahit juga.
" Pak Surya..Hmmm...baik dia baik. Tapi nggak bisa diajak ngobrol, paling pelit kata. Mungkin curhat sama dia, lu disuruh masuk jurang daripada nangisin cinta atau kalau dia jadi dokter lu ngeluh sakit bakal disuntik mati ! Ha..ha..ha " Aya tertawa lebar. Kedua temannya saling pandang dan menyembunyikan senyum. Sebuah deheman membuat Aya berhenti tertawa. Ia menoleh kebelakang dan meringis melihat siapa yang berdiri di belakang mejanya. Kedua temannya lari ngacir setelah menyapa sang bos. Di tangga darurat mereka tertawa terbahak menertawakan kesialan Aya.
Aya mengepalkan tangannya saat atasannya sudah masuk ruangan. Memang tak ada teguran yang ia dengar, bosnya itu hanya melihat sekilas lalu berjalan melewati meja Aya. Tapi Aya merasa cukup malu sudah ketahuan menggosip dan membuat pernyataan yang menyinggung sang bos. Ia memukul bibirnya sendiri.
Keesokannya Aya mendiamkan kedua temannya itu. Ia makan siang di mejanya tidak ke kantin seperti biasa. Ia bawa makan siang buatan ibunya. Tiba tiba atasannya menghubungi.
" Aya...tolong temui pak Surya katakan kalau saya mengalami kecelakaan jadi saya tak bisa kembali kekantor "
" Apa pak ? kecelakaan ? bapak bagaimana sekarang ? gimana keadaan pak Daffa "
" Hanya lecet lecet Ya, sekarang saya di rumah sakit "
Aya mengetuk ragu ruang CEO perusahaan itu. Mengingat omongannya kemarin, ia jadi malu sendiri. Tapi kalau ada kesempatan ia akan minta maaf.
" Masuk ! " perintah didalam membuat jantung Aya berdebar hebat.
" Permisi pak, maaf saya menganggu. Tadi pak Daffa menghubungi saya, dia bilang dia mengalami kecelakaan pak, sekarang dia ada dumah sakit " jelas Aya dengan posisi berdiri berjarak tiga meter dari Surya. Laki laki itu berhenti menulis dan memandang Aya dengan datar.
" Duduk ! " titahnya yang membuat Aya terkejut. Ia sangka ia akan langsung di suruh keluar. Aya buru buru duduk dan merasa canggung karna beberapa saat sang bos tak memberi respon apa apa.
" Kamu gantikan pak Daffa menemui klien, siapkan berkas berkasnya yang sudah ada di meja bos kamu "
" Eh...? " tanya Aya meminta pengulangan kalimat kalau ia tidak salah dengar.
" Kamu tahu saya tidak suka mengulang perintah ! " sentaknya yang membuat suasana jantung Aya semakin tidak aman.
" Baik pak " ucap Aya yang langsung berdiri.
" Saya belum suruh kamu keluar " Aya semakin salah tingkah. Ia duduk lagi. Beberapa detik ia disuruh menunggu.
" Saya tunggu kamu di mobil saya " ucapnya lalu menyambar jas yang ada di sandaran kursi. Aya ikut berdiri dan mendahului sang bos. Ia ingat kalau itu ia tak sopan, ia menunjukan jempolnya agar Surya berjalan lebih dahulu.
Aya tergesa gesa ke basement, semua lift penuh. Ia akhirnya memakai tangga darurat agar cepat sampai ia berlari menuruni tangga hingga peluh bercucuran di dahinya.
Wanda dan Messy terbahak dengan sikap kalang kabut Aya mengikuti perintah atasan mereka yang terkenal dingin. Aya sampai di depan mobil bos dan membuka pintu belakang.
" Duduk di depan " ucap Surya setelah menurunkan kaca. Aya mengangguk dan membuka pintu depan. Ia duduk disamping atasannya yang menghidupkan mesin mobil. Mereka meluncur ke suatu tempat. Terjadi keheningan yang cukup lama. Aya tak berani buka suara.
" Kamu nggak nanya kita mau kemana ? " tanya Surya setelah lima belas menit mereka diam. Aya berdehem menetralkan hatinya, ia pilih kosakata yang pantas untuk menjawab pertanyaan bosnya.
" Kita akan menemui klien kan pak ? " Aya balik bertanya. Sepasang mata itu melihatnya sekilas lalu kembali fokus menyetir.
" Kamu pikir saya nggak punya rasa peka terhadap karyawan saya. Kita ke rumah sakit, jenguk pak Daffa " jawab Surya yang membuat Aya menelan ludahnya. Ia rasa sang bos sedang menyindirnya gara gara ucapannya kemarin. Ia memukul bibirnya.
" Maaf pak atas ucapan saya kemarin "
" Kenapa harus minta maaf kalau apa yang kamu simpulkan itu menurut kejujuran kamu, saya nggak memaksa orang harus menganggap saya baik "
Rasanya pahit betul kerongkongannya. Aya hanya tertunduk.
" Apa kamu acak acakan begini saat bertemu klien ? Kamu tahu kan kesan pertama akan mendapat penilaian apa ? "
" Tadi liftnya penuh pak, saya harus turun tangga biar tidak membuat bapak menunggu "
" Saya tidak pernah menyuruh kamu buru buru. Saya hanya bilang saya tunggu di mobil mengerti "
" Astagaaa...kenapa buram benar kesan pertama pergi dengan bos "keluh Aya dalam hati. Ia menarik nafas dalam.
Setelah itu tak ada lagi percakapan. Mereka sampai di rumah sakit. Aya melihat sisi lain dari sang bos yang dingin itu. Ia terburu menuju kamar rawat pak Daffa yang diberitahukan perawat. Tampak sekali wajah itu khawatir.
" Kenapa harus dipaksakan mengantar surat itu pakai motor pak, saya tahu kondisi bapak masih belum sehat " ucapnya sambil mencium tangan laki laki lima puluh tahun itu. Aya menatap heran, pak Daffa adalah bawahan Surya tapi kelihatan sekali hubungan mereka bukan sekedar atasan dan bawahan.
" Saya nggak mau mengecewakan kamu, Surya. Kamu harus dapat memenangkan tender itu "
Kok sekarang manggil kamu. Ada hubungan apa mereka ?