Lamaran mendadak

1182 Words
Aya berjalan sambil menendang kerikil kerikil ke selokan. Hari ini adalah hari apesnya, di kerjai teman, di bully bos dan sampai rumah pasti ada tetangga yang melapor kelakuan ibunya. Tapi tak ada gunanya mengeluh, ia sudah terbiasa menjalankan hari hari berat. Ada yang lebih berat dari itu. " Sudahlah.., semuanya sudah berlalu. Yang penting aku harus semangat ! " ucap Aya pada dirinya sendiri. Benar saja sesampainya dirumah, ada tetangga yang melapor tentang asap yang berasal dari halaman belakang rumah Aya. " Nona Aya.., tolong diingatkan ibunya jangan bakar sampah. Disini padat penduduk, nanti kalau kebakaran gimana. Sampahnya dibuang di tong sampah yang ada di luar " omel seorang tetangga. Lagi lagi Aya hanya bisa bilang. " Maaf buk...lain kali tidak lagi " Aya akan menunduk meminta maaf. Ia segera masuk ke dalam dan menghela nafas, sebelum ia mulai ngomel pada sang ibu, terlebih dahulu ibunya minta maaf dan menangis. Lagi lagi Aya akan luluh dan memeluk ibunya. " Mak..janji Ya. Mak nggak akan buat ulah lagi. Tapi jangan pulangkan mak ke kampung " Aya menggeleng dan menahan tangis. Jika ingat bagaimana Emak mempertahankan hidupnya setelah menderita penyakit semasa kecil. Ia tak bisa marah. Aya akhirnya memilih tinggal di pinggir kota, dimana disana tidak terlalu padat penduduk tapi agak jauh dari kantornya. Ini solusi terbaik agar Mak tetap merasakan suasana pedesaan yang mungkin dirindukannya. Aya harus berangkat subuh subuh biar tidak terlambat datang ke kantor. Satu minggu ia sudah mencoba dan syukurnya ia selalu datang tepat waktu bahkan lebih awal. Satu kali, ia datang berpas pasan dengan Surya yang baru datang. Aya mengangguk hormat. Namun kehadirannya seperti diabaikan, tapi Aya sudah biasa dengan itu jadi ia tak terlalu ambil pusing. Toh dia hanya karyawan biasa. Pagi itu belum banyak karyawan yang datang. Aya mendengar suara ribut ribut di ruangan CEO. Saat ia duduk dikubikelnya, Aya melihat seorang wanita paruh baya, nyelonong masuk ke ruangan Surya. Aya melihat ada benda jatuh saat wanita itu melewati meja Aya. Aya memungut benda itu, ia ternganga melihat benda bening mengkilat ditangannya. Sebuah cincin berlian. Ia menyusul ke dalam ruangan Surya yang tidak dikunci. " Ada apa denganmu Surya, kenapa kamu tega meninggalkan Lisa dijalanan. Sudah berapa banyak wanita yang kamu tolak ! Sampai kapan kamu terus memikirkan mantan kamu yang sedang menikmati bulan madunya itu " " Bisa mama tinggalkan saya, mulai sekarang jangan pernah jodoh jodohkan saya lagi " " Mamanya hanya memikirkan apa yang terbaik buat kamu, kalau kamu menikah dengan salah seorang putri pemilik perusahaan besar. Perusahaan papa kamu ini semakin besar " " Mama...tolong keluar, saya banyak kerjaan " bentak Surya sambil menyeret wanita paruh baya itu kearah pintu dimana Aya mematung menonton perdebatan ibu dan anak itu. Ia tak suka dengan sikap Surya, nilai minus sang bos semakin bertambah dalam catatan pikirannya. minus simpathy, sombong. Berapapun tampannya dia, Aya tetap tidak suka. Wanita itu hampir terjatuh di depan Aya. Untung Aya segera menyambutnya, ia memandang kesal laki laki tampan itu. Wajah saja lebih akhlak minus. umpat Aya. " Ada apa kamu berdiri disitu ? " sentak Surya yang menyadari kehadiran Aya. Karyawan yang memakai blazer biru muda itu kaget dengan suara keras Surya. Ia segera mendekat. Wanita tadi sudah pergi tanpa sempat ia berikan cincin ditangannya. " Maaf pak, cincin ibu anda terjatuh di depan meja kerja saya " ucap Aya sambil meletakkan cincin berlian itu di meja. Ia lalu berbalik, suara teguran bos galak itu menghentikan langkahnya. " Kamu pake atau kamu buang terserah tapi jangan hadapkan saya dengan benda itu " Aya berbalik dan hanya berdiri melongo, ia rasanya ingin mengorek kupingnya jangan jangan ia salah dengar. Surya menyuruhnya memakai cincin mahal itu, yang benar saja. Apa otak bosnya itu sedeng. Mimpi apa dia semalam dapat durian runtuh. " Permisi pak " ucap Aya lalu kembali berbalik. Ia terkejut ketika Surya menarik tangannya dan jarak mereka begitu dekat, dengan gerakan cepat cincin di atas meja berpindah ke tangannya. " Pake !! " titah Surya, tak peduli dengan keheranan bawahannya. " Pak, ini bukan cincin saya dan banyak konsekuensi buruk jika saya memakai cincin ini. Saya dituduh mencuri " Aya mencoba menanggalkan cincin yang sudah melekat dijari manisnya. Tapi cincin itu susah keluar. " Kalau kamu tidak suka buang saja, tapi jangan pernah berikan cincin itu pada saya " Aya terpaksa keluar karna sekretaris Surya memberitahukan ada jadwal meeting yang harus ia hadiri. Aya mencari plester di meja kerjanya. Ia menutupi cincin itu dengan plester, biar disangka tangannya terluka. Ia masih berusaha mengeluarkan cincin itu dengan menggunakan sabun tapi belum berhasil juga. Aya bertekad mengembalikan cincin secepatnya sebelum ia dianggap mencuri cincin mahal itu. " Bisa saya ketemu pak Surya, Des " pinta Aya ketika sore hari tiba, ia melihat bosnya itu sudah kembali dari meeting diluar. " Mau apa ? mau menggodannya. Kamu itu bukan level dia Aya, jangan mimpi " ledek Desi sambil memandang Aya dari atas sampai bawah. " Gue nggak bakal tertarik sama bos dingin kaya dia belkedes ! " maki Aya sambil mendorong tubuh Desi ke dinding, tepat saat Surya keluar ruangan. Seperti biasa Desi akan playing victim. Untungnya tak ada yang dibela CEO itu, keduanya sama sama kena marah. Aya akhirnya pulang malam menunggu Surya keluar dari ruangannya. Ia harus segera menyelesaikan perkara cincin dijarinya. Aya menghentikan mobil sang bos dengan membentangkan tangannya. Surya terkejut dan merem mendadak. " Apa apaan kamu ! " bentak Surya. Aya tanpa babibu langsung masuk ke dalam mobil sang bos sambil menunjukan jarinya. " Kita harus selesaikan masalah cincin ini secepatnya pak, saya nggak mau kena masalah " ucap Aya sambil berusaha menarik cincin berlian itu dijarinya namun tetap tak mau keluar. " Oke...kalau kamu begitu. Dikasih barang mahal nggak mau dasar bodoh ! " ungkap Surya yang dibalas tatapan tajam Aya. Ia sudha tak takut lagi karna mereka erada diluar jam kerja. " Saya mending dikatain bodoh pak daripada dibilang mencuri " sanggah Aya ketus. " Surya..? kamu pacaran dengan karyawan kampung ini ? " mereka dikejutkan oleh suara wanita yang tadi pagi bertengkar dengan Surya. Aya ingin membantah tapi suaranya kalah cepat dari Surya. " Kalau iya kenapa ma ? dan saya sudah melamarnya " ucap Surya sambil menunjukan cincin di jari Aya. Mulut Aya terbuka lebar sambil memandang dua orang bersiteru itu bergantian. b******k dia dijadikan alat oleh sang bos untuk melampiaskan rasa sakit hati pada sang ibu. " Mama akan laporkan kelakuan kamu itu pada papa kamu " teriak ibu Surya yang Aya tak tahu namanya. Wanita itu langsung pergi. Tinggal Aya yang kebingungan dengan cerita yang dibangun Surya. " Antarkan saya pulang pak, cincin ini sudah buat saya dalam masalah. Ditambah cerita bohong bapak " omel Aya. Ia menuliskan alamat dan menyerahkan dengan kasar ke tangan Surya. Laki laki itu tak protes ia menghidupkan mesin mobil dan mengendalikan kemudi dengan tenang. Perjalanan ke rumahnya cukup jauh membuat Aya tertidur sepanjang jalan. Ia bermimpi melihat kembali kejadian yang membuat ia sedih. Seorang wanita sosialita mencercanya dengan kata kata pedas. " Kamu jangan harap jadi menantu saya, status sosial kita berbeda. Anak saya sudah saya jodohkan dengan wanita yang lebih pantas dari kamu ! "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD